ANALISIS PENERAPAN RASIO KEUANGAN DAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA, TBK PERIODE 2008-2010 TIALONY Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk - Jakarta Barat 11530 MURNIADI PURBOATMODJO Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk - Jakarta Barat 11530 ABSTRACT The purpose of this study was to assess the financial performance of one cement company listed on the Indonesia Stock Exchange, namely PT. Indocement Tunggal, Inc. using financial ratio analysis and the method of Economic Value Added (EVA) in 2008-2010. This study is qualitative and quantitative descriptive that give an overview of the company's financial performance based on the analysis conducted on the existing information on the financial statements. Source of data used is a source of secondary data obtained from the company website. The results showed that the liquidity ratio is less well as the accounts receivable turnover, inventory turnover is lower and is below the industry average as well as the cash conversion cycle is very long. Poor profitability ratios such as total asset turnover is lower and is below the industry average. Solvency ratio is quite good. Analysis method Economic Value Added (EVA) is quite good because it produces positive EVA. Companies must improve their billing systems, determine the maximum standard inventory, slow debt payments, effective use of production machinery in generating sales, and increase operating income and reduced costs are less useful. Key words: Financial Performance, Financial Ratios, Economic Value Added (EVA), Cost of Capital. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan dari salah satu perusahaan semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan metode Economic Value Added (EVA) tahun 2008-2010. Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif deskriptif yang memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap informasi yang ada pada laporan keuangan. Sumber data yang digunakan merupakan sumber
data sekunder yang diperoleh dari website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio likuiditas yang kurang baik seperti perputaran piutang, perputaran persediaan yang semakin rendah dan berada dibawah rata-rata industri serta siklus konversi kas yang sangat lama. Rasio profitabilitas yang kurang baik seperti perputaran total aset yang semakin rendah dan masih dibawah rata-rata industri. Rasio solvabilitas tergolong cukup baik. Analisis metode Economic Value Added (EVA) tergolong cukup baik karena menghasilkan EVA positif. Perusahaan harus memperbaiki sistem penagihannya, menentukan standar maximum persediaan, memperlambat pembayaran utang, mengefektifkan penggunaan mesin-mesin produksi dalam menghasilkan penjualan, dan meningkatkan laba usaha dan mengurangi biaya-biaya yang kurang bermanfaat. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Economic Value Added (EVA), Biaya Modal. PENDAHULUAN Persaingan pada dunia bisnis semakin ketat, dimana perusahaan dituntut untuk berkinerja lebih baik lagi. Kinerja perusahaan yang baik adalah suatu kekuatan bagi perusahaan untuk semakin berkembang dan untuk mencapai tujuan dari perusahaan, maka dari itu diperlukan suatu penilaian kinerja keuangan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri dari analisis rasio likuiditas, analisis rasio profitabilitas, dan analisis rasio solvabilitas. Selain analisis rasio keuangan, untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Metode Economic Value Added (EVA) merupakan metode yang penting untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu, analisis rasio keuangan dianggap kurang efektif dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, karena analisis rasio keuangan dianggap kurang dapat memenuhi harapan pemegang saham karena tidak memperhitungkan biaya modal sendiri. EVA juga memberikan gambaran tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. EVA membantu para manajer untuk menunjang kegiatan operasi yang tujuannya untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Oleh karena itu, metode Economic Value Added (EVA) perlu dilakukan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan disamping penggunaan analisis rasio keuangan. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah bersifat kuantitatif dan kualitatif deskriptif dimana dimensi waktu penelitian adalah time series tahun 2008-2010. kedalaman risetnya adalah mendalam dan hanya melibatkan 1 objek. Metode pengumpulan datanya berdasarkan studi kepustakaan dengan mengambil literature, buku-buku dan jurnal serta data skunder berupa laporan keuangan perusahaan dari website resmi.
Lingkungan risetnya adalah lingkungan riil dan unit analisis hanya melibatkan 1 objek yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk HASIL DAN BAHASAN 1. Analisis Likuiditas 1. Current Ratio Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam melunasi hutang jangka pendek pada tahun 2008 dikatakan tidak likuid karena rasio yang berada dibawah rata-rata industri karena kenaikan aktiva lancar yang lebih sedikit dibandingkan dengan kenaikan kewajiban jangka pendek yang lebih signifikan. Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam melunasi hutang jangka pendek pada tahun 2009-2010 dikatakan cukup likuid karena berada diatas rata-rata industri. 2. Acid Test Ratio Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan yaitu pada tahun 2008 perusahaan dikatakan tidak cukup likuid dalam kemampuan membayar hutang jangka pendek karena kenaikan aktiva lancar tanpa persediaan mengalami kenaikan yang lebih kecil dari kenaikan hutang jangka pendek, selain itu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya persediaan paling besar adalah pada tahun 2008, maka hal itu mempengaruhi kecilnya acid test ratio. Kinerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Kinerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 perusahaan dikatakan cukup likuid karena berada diatas rata-rata insustri, hal tersebut terjadi karena aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan mengalami kenaikan lebih besar daripada penurunan kewajiban jangka pendek. 3. Receivable Turnover Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam penagihan piutangnya pada tahun 2008 dikatakan cukup likuid karena sama dengan rata-rata industri. Hal tersebut ditunjukan pada kenaikan penjualan yang sebanding dengan kenaikan piutang usaha sedangkan pada tahun 2009 dan tahun 2010 dikatakan tidak cukup likuid karena lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata-rata industri dan lebih kecil dibandingkan dengan kedua pesaingnya. Hal yang menyebabkan ketidaklikuid pada tahun 2009 dan tahun 2010 adalah kenaikan penjualan yang lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan piutangnya yang cukup signifikan. Hal itu menandakan pada tahun 2008 terdapat modal kerja yang lebih rendah pada piutang sehingga dinyatakan lebih bagus sedangkan modal kerja pada tahun 2009 dan tahun 2010 cenderung meningkat dalam piutangnya sehingga dinyatakan kurang bagus. 4. Average Collection Period Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam penagihan piutang yang akan dijadikan kas pada tahun 2008 dikatakan cukup baik karena sama dengan ratarata industri. Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam penagihan piutang yang akan dijadikan kas pada tahun 2009 dan tahun 2010 dikatakan kurang baik
karena periode penagihannya lebih lama dibandingkan dengan rata-rata industri serta lebih rendah bila dibandingkan dengan PT. Semen Gresik, Tbk serta pada tahun 2009 lebih rendah dibandingkan dengan PT. Holcim Indonesia, Tbk. Hal yang menyebabkan periode penagihan perusahaan kurang baik karena kegiatan dari penagihannya dikatakan kurang baik. 5. Inventory Turnover Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam mengelola persediaan pada tahun 2008-2010 dikatakan kurang baik karena berada dibawah rata-rata industri serta mengalami penurunan setiap tahunnya.pada tahun 2008 hal itu terjadi karena adanya kenaikan persediaan yang sangat signifikan yang tidak diimbangi dengan kenaikan HPP sehingga dapat disimpulkan masih ada persediaan yang menumpuk. Pada tahun 2009 hal itu terjadi karena penurunan hpp yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan persediaan sehingga menimbulkan persediaan menumpuk. Pada tahun 2010 hal itu terjadi karena adanya kenaikan persediaan yang signifikan terutama pada barang jadi tidak disertai kenaikan harga pokok produksi yang signifikan sehingga menimbulkan persediaan yang menumpuk. 6. Average days to sell Inventory Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pada tahun 2008-2010 dalam waktu pengelolaan persediaan kurang baik karena berada di atas rata-rata industri serta lebih tinggi dari kedua pesaingnya dalam waktu pengelolaan persediaan. Hal itu terjadi karena ketidakefektifan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam mengelola persediaannya. 7. Siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle) Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pada tahun 2008-2010 dalam konversi kas dikatakan kurang baik karena lebih tinggi dari rata-rata industri, hal itu dapat menyebabkan tingkat pendanaan yang dibutuhkan lebih tinggi sedangkan konversi kas lebih lama. Hal tersebut terjadi karena konversi persediaan dan piutang yang rendah serta periode penangguhan utang yang terlalu cepat. 2. Analisis Profitabilitas 1. Profit Margin kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam menghasilkan laba bersih dari setiap penjualan cukup baik pada tahun 2008-2010 karena berada diatas ratarata industri. 2. Gross Profit Margin kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam menghasilkan laba kotor pada tahun 2008-2010 cukup bagus karena berada di atas rata-rata industri dan mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010. Hal tersebut menandakan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk cukup baik dalam menghasilkan laba kotor serta perhitungan hpp yang sudah sesuai dengan harga produk yang sesuai.
3. Asset Turnover Kinerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam efisiensi penggunaan assetnya untuk menghasilkan penjualan pada tahun 2008 dikatakan cukup baik karena berada diatas rata-rata industri. Kinerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam efisiensi penggunaan assetnya untuk menghasilkan penjualan pada tahun 2009-2010 dikatakan kurang baik karena Kenaikan penjualannya lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan total aktivanya, dan dapat disimpulkan bahwa kenaikan total asset tidak dapat mendorong kenaikan penjualan serta bisa dilihat dari perputaran persediaannya dan perputaran piutang yang kurang baik di tahun 2009 dan tahun 2010 sehingga berpengaruh pada ketidakefektifan penggunaan total asset untuk menghasilkan penjualan. 4. Return on Asset Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dari tahun 2008-2010 pada tingkat pengembalian atas aset cukup baik karena berada diatas rata-rata industri hal itu menunjukan bahwa laba bersih yang meningkat dari tahun ke tahun. 5. Return on Equity Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam mengukur seberapa banyak laba bersih dalam rupiah yang diperoleh dari setiap rupiah yang diinvestasikan pada tahun 2008 dan tahun 2010 dikatakan cukup baik karena berada di atas rata-rata industri sedangkan pada tahun 2009 dikatakan kurang baik karena rasionya dibawah ratarata industri serta lebih rendah dibandingkan dengan kedua pesaingnya karena Kenaikan ekuitas yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan laba bersih dari tahun sebelumnya sehingga menghasilkan rasio yang lebih kecil. 6. Earning per Share Kemampuan Laba bersih yang dihasilkan dari setiap lembar saham pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2008-2010 dikatakan cukup baik karena lebih unggul dibandingkan dengan kedua pesaingnya. 7. Price Earning Ratio Pada tahun 2008, Price Earning Ratio PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, hal tersebut menunjukan bahwa harga saham perusahaan yang tidak terlalu mahal serta perusahaan mampu menghasilkan laba bersih. Pada tahun 2009, Price Earning Ratio PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk mengalami penurunan sebesar 1 kali dari tahun 2008 serta rasionya lebih tinggi dibandingkan kedua pesaingnya, hal tersebut menunjukan mahalnya harga saham pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Pada tahun 2010 Price Earning Ratio PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata industri serta lebih tinggi dari pesaingnya PT. Semen Gresik, Tbk, hal tersebut menunjukan bahwa harga saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk masih mahal harganya.
8. Payout Ratio Pada tahun 2008-2009 rasio pembayaran pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk lebih rendah dari rata-rata industri dan dari pesaingnya, hal itu menandakan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk menginvestasikan sebagian laba bersihnya untuk perkembangan bisnis mereka. Pada tahun 2010 rasio pembayaran pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk lebih tinggi dari rata-rata industri yaitu 26% dengan 25% serta mengalami peningkatan 6 % dari tahun 2009, hal itu menandakan bahwa peningkatan perusahaan dalam membagikan devidennya dibandingkan dengan investasi kembali 3. Analisis Solvabilitas 1. Debt to Total Asset Ratio kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam melunasi kewajiban yang jatuh tempo pada tahun 2008-2010 dikatakan cukup baik karena berada dibawah rata-rata industri, hal ini menunjukan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk mampu dalam melunasi kewajibannya karena total asetnya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan total kewajibannya. 2. Timed Interest Earned Kemampuan Perusahaan pada tahun 2008 Pada PT. Indocement Tunggal, Tbk dikatakan kurang mampu dalam melunasi pembayaran bunga ketika jatuh tempo tanpa memperhitungan pajak yang dibebankan dikarenakan Penurunan laba usaha sebelum bunga dan pajak lebih besar dibandingkan dengan penurunan beban bunga dari tahun sebelumnya sedangkan pada tahun 2009-2010 dikatakan cukup baik karena berada diatas rata-rata industri. 4. Analisis Economic Value Added (EVA) Kemampuan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dalam menghasilkan nilai tambah bagi pemegang saham pada tahun 2008-2010, menunjukkan nilai Economic Value Added yang positif, hal tersebut menunjukan kinerja manajemen yang baik dari tahun 2008-2010 serta adanya nilai tambah bagi pemegang saham, nilai tambah terus meningkat dari tahun 2008 sampai tahun 2010 dan tertutupinya biaya modal dari tahun 2008-2010 karena NOPAT lebih besar dibandingkan dengan biaya modalnya. Kinerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pada tahun 2008-2010 jika dinilai menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dinyatakan cukup baik dan lebih baik dari pesaingnya yaitu PT. Holcim Indonesia Tbk, tetapi kinerjanya dalam menghasilkan nilai tambah masih lebih rendah dibandingkan dengan PT. Semen Gresik, Tbk, hal itu terjadi karena NOPAT yang dihasilkan oleh PT. Semen Gresik, Tbk lebih besar dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk serta biaya modal yang lebih kecil dibandingkan dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. SIMPULAN DAN SARAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan dari salah satu perusahaan semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa,
Tbk dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan metode Economic Value Added (EVA) tahun 2008-2010. Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif deskriptif yang memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap informasi yang ada pada laporan keuangan. Sumber data yang digunakan merupakan sumber data sekunder yang diperoleh dari website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio likuiditas yang kurang baik seperti perputaran piutang, perputaran persediaan yang semakin rendah dan berada dibawah rata-rata industri serta siklus konversi kas yang sangat lama. Rasio profitabilitas yang kurang baik seperti perputaran total aset yang semakin rendah dan masih dibawah rata-rata industri. Rasio solvabilitas tergolong cukup baik. Analisis metode Economic Value Added (EVA) tergolong cukup baik karena menghasilkan EVA positif. Perusahaan harus memperbaiki sistem penagihannya, menentukan standar maximum persediaan, memperlambat pembayaran utang, mengefektifkan penggunaan mesin-mesin produksi dalam menghasilkan penjualan, dan meningkatkan laba usaha dan mengurangi biaya-biaya yang kurang bermanfaat. REFERENSI Bringham,E.F., & Houston J.F. Alih bahasa oleh Ali, M (2006). Dasar Dasar Manajemen Keuangan Buku 1 ( edisi10) Jakarta: Penerbit Salemba. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan (SAK 2009). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Iramani, Rr dan Febrian Erie (2005) Financial value Added: Suatu Paradigma dan Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan,Jurnal Ekonomi Akuntansi, Volume 7 Nomor. Weygandt, J.J., Kieso, D.E., Kimmel P.D. Alih bahasa oleh Adhariani, D. & Diyanti, V. (2008). Accounting Principles (Pengantar Akuntansi). Buku 2. (edisi7) Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Young S. David & O Byrne Stephen F.Alih bahasa oleh Widjaja, L. (2001), EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai (edisi 1) Jakarta :Penerbit Salemba Empat. RIWAYAT PENULIS Tialony lahir di kota Binjai pada 12 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ekonomi dan Komunikasi pada tahun 2012.