BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

dokumen-dokumen yang mirip
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PENGUSAHA BESI DENGAN INVESTOR (Studi Kasus Tentang Sengketa pada Perusahaan Dhemes di Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha tersebut muncul karena banyak orang yang membutuhkannya. tetapi tidak mampu membeli mobil. Kemudian banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sering diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemilikan tanah sebgai sebesar besarnnya untuk kemakmuran rakyat. 1. menetapkan kemajuan yang sudah dicapai. 2

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang -

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan. mewujudkan landasan yang lebih kokoh bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia guna meningkatkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata. Sewa-menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huurenverhuur

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan suatu perikatan. Perikatan lahir dari sebuah perjanjian, tetapi ada juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara.

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi secara harfiah diartikan sebagai aktifitas atau kegiatan penanaman modal, sedangkan investor adalah orang atau badan hukum yang mempunyai uang untuk melakukan investasi atau penanaman modal. 1 Kegiatan penanaman modal bukanlah hal yang baru dalam peradaban manusia, karena sudah sejak zaman dahulu masyarakat sudah melakukan berbagai bentuk investasi. Hanya saja pada zaman dahulu masyarakat melakukan investasi dalam bentuk investasi yang dilakukan secara langsung seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau investasi dalam pembuatan perkebunan dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, corak dan ragam investasi juga mulai mengalami perkembangan, dari investasi yang bersifat kebendaan dan dilakukan secara langsung menjadi investasi terhadap modal atau bentuk-bentuk investasi baru seperti surat berharga, seperti saham, obligasi dan lain-lain. Dunia investasi mulai menjadi ramai pada waktu kegiatan pencarian tanah jajahan dilakukan oleh negara-negara Eropa. Berita tentang penemuan dunia baru dan lahirnya berbagai ilmu pengetahuan baru membuat investasi mulai berkembang pesat. Keinginan untuk menjadi pengusaha di tanah 1 Marzuki Usman Singgih Riphat Syahrir Ika, 1997, Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Jakarta, Jurnal Keuangan dan Moneter, hal 45 1

2 penemuan baru membuat berbagai pihak di Eropa berlomba-lomba untuk berinvestasi di tanah tersebut. Dalam berinvestasi tentunya tidak dapat lepas dari resiko. Karena dalam setiap investasi pasti terdapat resiko yang besarnya tergantung dari jenis investasi tersebut dan pengetahuan para pihak yang terlibat dalam investasi tersebut. Investasi secara langsung terhadap ternak misalnya, mempunyai resiko lebih besar, karena jika terjadi kematian masal ternak maka akan menimbulkan kerugian yang sangat besar secara langsung. Tapi ada juga investasi yang cukup atau lebih aman jika dibandingkan terhadap investasi di atas tadi seperti investasi terhadap surat berharga di mana investor hanya akan dibebankan kewajiban sesuai dengan dana yang diinvestasikannya. Selain hal tersebut di atas dalam berinvestasi secara langsung diperlukan modal yang besar serta tempat yang harus memadai juga, sehingga menyulitkan untuk pihak-pihak yang mempunyai modal dan tempat yang kecil untuk melakukan investasi juga. Mengatasi hal tersebut, di tengah perkembangan investasi yang semakin cepat maka mulai dikenal dengan pasar modal, yaitu tempat untuk mempertemukan pemilik modal dengan pelaku usaha yang kekurangan modal. Seiring dengan perkembangan zaman, modal yang diinvestasikan dilakukan dengan melihat bagaimana kemajuan usaha tersebut dan apakah usaha tersebut sukses atau tidak, maka seorang investor baru menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.

3 Syarat-syarat perjanjian lisan atau tulisan berbeda pentingnya dan dapat diklasifikasikan menjadi syarat pokok (condition), dan syarat pelengkap (warranty). Syarat pokok (condition) adalah syarat yang penting, yang merupakan syarat vital bagi setiap perjanjian, sehingga tidak adanya ketaatan akan mempengaruhi tujuan utama perjanjian itu. Pelanggaran terhadap syarat vital ini akan memberikan kepada pihak yang dirugikan, hak untuk membatalkan atau melepaskan perjanjian itu. Secara alternatif pihak yang dirugikan itu jika menginginkan dapat meneruskan perjanjian itu tetapi memperoleh penggantian bagi kerugian yang telah dideritanya. 2 Setiap usaha maupun kerjasama, baik kerjasama penanaman modal, kerjasama membangun usaha, pasti memiliki resiko atau kejanggalan, dalam hal ini maka perlunya sebuah perjanjian dibuat dalam hal kerjasama, baik itu perjanjian tertulis maupun tidak tertulis karena perjanjian memiliki arti yang sangat penting dalam sebuah kerjasama baik antara pengusaha dengan investor, ataupun antara pegawai dan atasan, dan lain-lain. Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan di mana seorang atau beberapa orang mengikatkan diri untuk sesuatu hak terhadap seseorangbeberapa orang lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap perjanjian tidak dapat dilakukan hanya dengan sebuah kepercayaan saja, namun sebuah perjanjian harus dilakukan oleh kedua belah pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan, dan disaksikan oleh beberapa saksi, dengan demikian jika pihak investor 2 Abdulkadir Muhammad, 1986, Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Alumni, hal. 140

4 mengadakan sebuah perjanjian, hendaknya dengan sebuah perjanjian yang benar dan tepat untuk melakukan sebuah perjanjian, seperti lain halnya perjanjian kerjasama antara pengusaha dengan investor, di mana kedua belah pihak harus sepakat untuk melakukan perjanjian, dan pihak pengusaha pun juga harus sepakat dan konsekuenmenjalankan investasi yang diinvestasikan dari pihak investor terhadap pihak pengusaha. Kenyataannya, biasanya perjanjian hanya dibuat semata-mata hanya untuk sebagai pelengkap agar supaya kerjasama terlihat sempurna, walaupun tidak menggunakan perjanjian secara tertulis namun dapat juga perjanjian hanya dilakukan dengan cara lisan saja, karena dalam pelaksanaanya biasanya seorang pengusaha yang ingin memiliki modal besar dan tidak mengeluarkan biaya sendiri, melakukan berbagai cara dengan cara menggembor-gemborkan tentang keuntungan yang besar tanpa disertai penjelasan tentang resiko yang memadai. Seorang investor harus mampu mengusai medan bisnis, atau apa arti dari sebuah kerja sama yang harus disertai dengan perjanjian yang sah, karena untuk mengantisipasi resiko yang terjadi pada saat menjalankan kerjasama yang akan dilakukan kepada seorang pengusaha. Menurut Pasal 1338 BW, perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan sah itu mengikat para pihak seperti halnya undang-undang dan asas konsensualisme sudah tercakup dalam Pasal tersebut. Perjanjian kini diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk

5 melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 3 Oleh karena itu, dalam sebuah perjanjian khususnya dalam sebuah perjanjian yang menyangkut antara kedua belah pihak, yaitu orang yang satu dengan yang lain, hendaklah kedua belah pihak mampu dan wajib membuat sebuah perjanjian yang sah, diantaranya seperti, perjanjian kerjasama, perjanjian jual-beli, perjanjian sewa-menyewa dan lain-lain, harus didasari dengan sebuah perjanjian yang sah, atau dalam arti sebuah perjanjian yang memiliki nilai hukum sehingga kemungkinan kecil untuk melakukan kejahatan dalam sebuah kerjasama misalnya, akan sedikit mengurangi hal tersebut terjadi, dan kedua belah pihak yang bersangkutan dalam kerjasama tersebut kemungkinan besar akan tunduk pada perjanjian yang dibuat. Apabila dalam perjanjian, pihak berwajib tidak memenuhi janji, dengan perkataan lain kalau ada wanprestasi dari pihak berwajib, maka barangkali pihak berhak masih dapat menuntut pelaksanaan dari perjanjian. Tetapi ada kalanya ini tidak mungkin, baikpun karena pihak berwajib tidak mempunyai alat-alat atau bahan-bahan untuk memenuhi janjiataupun oleh karena pihak berwajib tidak mau memenuhi janji, sedang paksaan langsung terhadap badan seorang pihak berwajib. 4 Keadaan seperti yang diterangkan sebelumnya, maka seorang investor seharusnya mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan yang akan 3 R. Wirjono Prodjodikoro, 1989, Azas-azas Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Bale Bandung, hal. 9 4 Ibid., hal. 51

6 merugikannya, sehingga akan adil jika adanya sebuah perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak antara investor dengan pengusaha yang melakukan sebuah kerjasama, sehingga tidak hanya investor saja yang terikat ada pengusaha, namun pengusaha pun juga akan terikat dengan investor untuk bisa saling bekerja sama sesuai dengan yang diharapkan, dan dengan adanya sebuah perjanjian maka untuk menjalankan sebuah kerjasama pun akan terjalin dengan baik dan sepantasnya. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, tentang pentingnya sebuah perjanjian dalam menjalin hubungan kerjasama, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk judul: Perjanjian Kerjasama antara Pengusaha Besi dengan Investor (Studi Kasus tentang Sengketa pada Perusahaan Dhemes di Sukoharjo). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perjanjian pada saat menjalankan kerjasama tersebut yang dilakukan oleh pengusaha besi dengan investor. 2. Bagaimana jika pengusaha besi mengalami kerugian, sedangkan investor ingin mengambil kembali keseluruhan modal yang telah ditanamkan kepada pengusaha besi tersebut.

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perjanjian yang dibuat antara pengusaha besi dengan investor yang sudah menjalankan kerjasama. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengusaha tersebut mengembalikan modal investor yang telah ditanamkan dalam usahanya dan akan diminta kembali oleh investor tersebut. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wacana guna pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya Hukum Perjanjian yang terkait dengan sistem perjanjian kerjasama. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti di bidang hukum perjanjian yang terkait dengan sistem perjanjian kerjasama serta untuk melengkapi tugas dan syarat guna untuk mencapai derajat sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Kerangka Pemikiran Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap orang yang sudah dewasa atau aqil baliq dan sehat

8 pikirannya, adalah cakap menurut hukum. Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebut sebagai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian yaitu: 5 1. Orang-orang yang belum dewasa. 2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan. 3. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undangundang dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Pelaksanaan suatu perjanjian, lebih dahulu harus diterapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut, atau dengan kata lain apa saja hak dan kewajiban masing-masing pihak. Biasanya orang mengadakan suatu perjanjian dengan tidak mengatur atau menetapkan secara teliti hak dan kewajiban mereka. Mereka itu hanya menetapkan hal-hal yang pokok dan penting saja. 6 Oleh karena itu, perjanjian yang melibatkan orang satu dengan yang lain sebelum melangkah lebih lanjut dan mulai melakukan kerjasama misalnya, maka kita hendaklah harus teliti, dan memastikan bagaimana langkah-langkah untuk bekerjasama, harus ada tuangan-tuangan syarat yang sah dan adil dalam melakukan hubungan kerjasama, sehingga dalam menjalin sebuah hubungan kerjasama tersebut kedua belah pihak akan merasa terikat atau dalam arti luas mampu bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi tanggung jawabnya dalam kerjasama, sehingga jika keduanya mengalami problem atau kejanggalan dalam melakukan sebuah kerjasama, maka akan secara otomatis perjanjian yang dibuat di awal sebelum melakukan kerjasama 5 Subekti, 1996, Hukum Perjanjian. Cetakan Keenambelas. Jakarta: Intermasa, hal. 17 6 Ibid., hal. 39

9 tersebut mempunyai efek atau pengaruh yang besar, terlebih secara hukum, namun perjanjian yang dibuat haruslah perjanjian yang sah, dimana layaknya suatu perjanjian tersebut harus terpacu dalam sebuah undang-undang dan sah dimata hukum. Pasal 1313 KUHPerdata perjanjian, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: (1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, (2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, (3) Suatu hal tertentu, dan (4) Suatu sebab yang halal. Pasal 1338 KUHPerdata, Suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sebuah perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha dan menjadi dasar untuk melakukan sebuah kerjasama karena secara tidak langsung sebuah perjanjian dibuat akan menjadi sebuah hal yang sangat penting yang menyangkut hubungan antara kedua belah pihak dari orang yang satu dengan orang yang lain, terutama dalam dunia bisnis atau kerjasama

10 mengingat pentingnya hal perjanjian dalam sebuah kerjasama maka sebuah perjanjian harus benar-benar diperhatikan, dan harus benar-benar dibuat secara resmi atau sesuai yang telah ditentukan oleh hukum. Perjanjian kerjasama pada umumnya berawal dari adanya suatu perbedaan kepentingan para pihak bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian kerjasama senantiasa diawali proses negosiasi yang dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak. Maka melalui sebuah perjanjian, perbedaan dapat diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum, sehingga mengikat para pihak yang bertujuan agar hubungan suatu kerjasama tersebut dapat berjalan dengan seimbang dan terarah. 7 F. Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisa, selain itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 8 Dalam melakukan penelitian untuk dapat terlaksanadengan baik dan maksimal, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 7 http://repository. usu. ac. id/bitstream/123456789/28649/5/abstract. Pdf, diunduh tanggal 07 Januari 2016, pukul 19.05 WIB. 8 Bambang Sugiono, 2012, Metodelogi Penelitian Hukum, Ed. 1-13, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 38.

11 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris. Metode ini menggunakan teknik wawancara. Dalam pengumpulan data, pendekatan empiris yang dimaksud adalah menggunakan usaha untuk mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup di masyarakat. Penelitian dengan pendekatan empiris ini harus dilakukan di lapangan. 9 Dengan melakukan metode tersebut, penulis juga akan melakukan analisis dengan menggunakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan judul tersebut di atas, sistem perjanjian yang dilakukan antara pengusaha dengan investor dalam melakukan kerjasama pada dunia bisnis. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 10 Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pemecahan masalah yang diteliti menggambarkan keadaan obyek atau subyek yang akan diteliti pada saat sekarang berdasarkan fakta yang ada. Dari 9 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, hal. 61 10 Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 25

12 pengertian tersebut penulis akan menggambarkan atau mengungkap keadaan dari suatu obyek yang akan diteliti tersebut yang dijadikan permasalahan. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di sebuah tempat usaha besi yang terletak di daerah Solo Baru. Penulis mengambil lokasi di daerah Solo Baru karena berdasarkan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut penulis dapat memperoleh data yang penulis butuhkan untuk melakukan penelitian. 4. Jenis Data a. Data Primer Data primer menurut Hilman Hadikusuma adalah data dasar, data asli yang memperoleh penelitian dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain. 11 Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yang dilakukan dengan wawancara. b. Data Sekunder Data sekunder ini antara lain mencakup dokumen-dokumen, buku-buku yang berkaitan, hasil penelitian yang berwujud laporan dan lain sebagainya. 12 Data sekunder terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer yang berupa a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 11 Hilman Hadikusuma, Op.Cit., hlm. 65. 12 Amirudin dan Zainal Asikin, Op.Cit., hlm. 30

13 b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1330 tentang disebut sebagaiorang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 tentang perjanjian. d) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1320 tentang sahnya suatu perjanjian. e) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1338 tentang suatu perjanjian yang dibuat secara sah. 2) Bahan Hukum Sekunder, meliputi refrensi atau kepustakaan berupa buku literatur, artikel, makalah-makalah ataupun karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti. 5. Metode Pengumpulan Data Penulis melakukan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Teknik kepustakaan yaitu dilakukan dengan cara mencari data serta mengumpulkan data yang terdapat di dalam buku-buku refrensi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. b. Wawancara Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan

14 masalah penelitian kepada seorang responden. 13 Metode ini dilakukan oleh pihak yang berkaitan dalam permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi. 6. Metode Analisis Data Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu uraian data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis, dan tidak tumpang tindih sehingga memudahkan implementasi data dan pemahaman hasil analisis. Dalam hal ini bahan dan data yang sudah diperoleh, selanjutnya akan diperiksa kembali. Dari data tersebut akan dilakukan sebuah analisis dengan menggunakan penerapan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan kasus yang ada di dalam penulisan skripsi ini. G. Sistematika Skripsi Penulisan skripsi, ada suatu sistematika tertentu yang harus dipenuhi oleh penulis. Skripsi yang penulis susun terbagi dalam 4 bab, di mana antara bab yang satu dengan bab yang lain saling berhubungan. Setiap bab terbagi lagi dalam sub bab yang membahas satu pokok bahasan tertentu. Adapun sistematika dari skripsi ini adalah: Bab I yaitu Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Pengumpulan Data serta Sistematika Penelitian. 13 Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 82

15 Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri dari (1) Tinjauan Umum Perjanjian, berisi Pengertian Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Lahirnya Perjanjian, Asas Perjanjian, Berakhirnya Perjanjian, Pelaksanaan Suatu Perjanjian, (2) Perjanjian Kerjasama, dan (3) Sengketa Pengusaha dengan Investor. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, membahas tentang Bagaimana sistem perjanjian pada saat menjalankan kerjasamatersebut yang dilakukan oleh pengusaha besi dengan investor dan bagaimana jika pengusaha besi tersebut mengalami kerugian atau gulung tikar, sedangkan investor ingin mengambil kembali keseluruhan modal yang sudah ditanamkan kepada pengusaha besi. Bab IV adalah Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.