3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

3. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

INVENTARISASI BIODIVERSITAS EKOSISTEM PERAIRAN SITU GEDE SEBAGAI KAJIAN DASAR PENDUKUNG KONSEP AGROEDUWISATA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR-DARMAGA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

III. MATERI DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 7. Situ burung dan Lokasi stasiun pengamatan. Sumber peta ( ; Surfer 8.0).

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN ANALISA STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES PLANKTON. Encik Weliyadi, 2) Dedy Harto

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

DAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

Transkripsi:

15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini berada pada titik koordinat 6 33' 8,1" LS dan 106 44' 46,5" BT. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juni tahun 2010. Keadaan sekitar Situ Gede dan stasiun pengambilan contoh pada saat dilakukan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Lampiran 5. 6,551 106,745 106,751 (Outlet) Hutan Pemukiman Situ Gede Perkebunan Kolam warga 6,554 Pemukiman (Inlet) Kolam warga Gambar 2. Peta lokasi penelitian Situ Gede Sumber: Data primer tahun 2010 (Diolah) Kegiatan penelitian terbagi menjadi dua tahap yaitu kegiatan penelitian di lapangan dan kegiatan penelitian di laboratorium. Kegiatan di lapangan meliputi kegiatan pengambilan data morfometri, pengambilan contoh air dan biota akuatik, serta pengambilan data sosial masyarakat sekitar Situ Gede. Kegiatan di laboratorium meliputi analisis contoh air dan identifikasi biota akuatik. Analisis

16 contoh air dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan. Identifikasi biota akuatik dilakukan di Laboratorium Biomikro I, Bagian Produktivitas Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2. Pelaksanaan Penelitian 3.2.1. Penentuan stasiun Penentuan stasiun pengambilan contoh air dan biota akuatik dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik dari setiap titik di perairan Situ Gede. Penentuan stasiun dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Stasiun pengambilan contoh air dan biota disajikan pada Gambar 2. Pengambilan contoh air dan biota dilakukan secara spasial, baik horizontal maupun vertikal. Pengambilan contoh air dan biota secara horizontal dilakukan pada empat titik stasiun yang mewakili. Stasiun 1 mewakili wilayah inlet, stasiun 2 mewakili wilayah tengah, stasiun 3 mewakili wilayah tengah dekat pulau, dan stasiun 4 mewakili wilayah outlet. Pengambilan contoh air secara vertikal dilakukan pada dua titik kedalaman yaitu kedalaman permukaan dan kedalaman dasar. 3.2.2. Pengambilan data morfometri Morfometri adalah kegiatan pengukuran untuk mengetahui ukuran-ukuran dimensi dari suatu situ. Pengambilan data morfometri dilakukan untuk mengetahui keadaan dimensi permukaan dan bawah permukaan Situ Gede. Pengambilan data ini dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan tali berskala. Pengambilan data keadaan dimensi permukaan Situ Gede dilakukan dengan mengelilingi garis pantai Situ Gede menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Setelah bentuk garis pantai Situ Gede selesai diukur, selanjutnya adalah dilakukan pengukuran kontur kedalaman dengan menggunakan tali berskala secara sistematis untuk mendapatkan data keadaan bawah permukaan Situ Gede. Metode pengukuran morfometri situ mengacu pada Hariyadi et al. (1992). Data morfometri yang dibutuhkan pada saat pengamatan disajikan pada Tabel 1.

17 Tabel 1. Data morfometri yang dibutuhkan saat pemetaan (Hariyadi et al. 1992) No Parameter A. Dimensi permukaan 1 Panjang maksimum (Lmax) 2 Panjang maksimum efektif (Le) 3 Lebar maksimum (Wmax) 4 Lebar maksimum efektif (We) 5 Lebar rata-rata (W) 6 Luas permukaan (Ao) 7 Panjang garis keliling pantai (SL) 8 Indeks perkembangan garis pantai (SDI) 9 Insulosity (In) B. Dimensi bawah permukaan 1 Kedalaman maksimum (Zm) 2 Kedalaman relatif (Zr) 3 Kedalaman rata-rata (Z) 4 Volume Total (V) 5 Perkembangan volume danau (VD) 3.2.3. Pengambilan contoh 3.2.3.1. Kualitas air Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia. Parameter fisika terdiri dari warna perairan, kecerahan, temperatur, ph, bau, busa, debris, TSS, dan tipe substrat. Parameter kimia terdiri dari DO, BOD, nitrat, dan orthofosfat. Metode dan alat yang digunakan untuk pengukuran parameter kualitas air disajikan pada Tabel 2. Pengambilan contoh pada setiap stasiun pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu satu minggu. Pengambilan contoh dilakukan pada pukul 07.00-09.00 WIB. Pengambilan contoh dilakukan pada dua titik kedalaman yaitu permukaan dan dasar perairan. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan alat Van Dorn Water Sampler bervolume 5 liter. Setelah contoh air diambil dari perairan, kemudian contoh air dimasukkan ke dalam botol polyetilene bervolume 1 liter. Penanganan contoh parameter kualitas air secara in-situ seperti warna, kecerahan, temperatur, bau, busa, debris, DO, dan ph tidak memerlukan pengawetan secara langsung. Sedangkan penanganan contoh parameter kualitas air secara ex-situ seperti TSS, BOD, Nitrat, DHL, tipe substrat, dan Orthofosfat memerlukan pengawetan dengan bahan kimia yang mengacu pada Eaton et al. (1989).

18 Tabel 2. Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air menurut Eaton et al. (2005) Nomor Parameter Unit Metode Alat 1 Warna - Visual - 2 Kecerahan Meter Visual Sechii disk 3 Temperatur 0 C Pemuaian Termometer Hg 4 ph - Visual Kertas ph 5 Bau - Penciuman - 6 Busa - Visual - 7 Debris - Visual - 8 Tipe Substrat - - Eikman grab 9 Nitrat mg/l Brucine Spektrofotometer 10 Orthofosfat mg/l Asam Ascorbid Spektrofotometer 11 DHL µmhos/cm Gravimetrik DHL-Meter 12 TSS mg/l Gravimetrik Vacuum Pump 13 DO mg/l Winkler Titrimetrik 14 BOD mg/l Modifikasi Winkler Titrimetrik 3.2.3.2. Biota Akuatik Pengambilan contoh biota akuatik terdiri dari pengambilan contoh plankton, perifiton, dan benthos. Pengambilan contoh plankton dilakukan dengan menggunakan alat plankton net bermata jaring 20 µm pada kolom perairan, pengambilan contoh perifiton dilakukan secara langsung dengan mengambil bebatuan atau dedaunan kemudian bebatuan atau dedaunan tersebut dikerik seluas 4 cm 2 dan diencerkan dalam 10 ml aquades, sedangkan pengambilan benthos dengan menggunakan alat Eikman grab di dasar situ sebanyak tiga kali ulangan. Penanganan sampel untuk plankton dan perifiton selanjutnya adalah diawetkan dengan menggunakan Lugol sebanyak 3 tetes, sedangkan untuk benthos adalah dengan menggunakan Formalin 5%. Pengambilan data tumbuhan air dilakukan dengan cara pengamatan secara visual, sedangkan data nekton diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap 30 orang secara berkala. 3.2.4. Pengumpulan dan pengolahan data 3.2.4.1. Kelimpahan plankton dan perifiton Kelimpahan plankton dan perifiton yang terdapat di Situ Gede diperoleh dengan melakukan pencacahan. Pencacahan plankton dan perifiton dilakukan

19 dengan mengidentifikasinya terlebih dahulu kemudian dihitung kelimpahannya menggunakan metode lapang pandang. Jumlah individu plankton dan perifiton dihitung dengan menggunakan rumus menurut Eaton et al. (1989). n x V x A t cg N = (1) u x V cg x A a N adalah jumlah total fitoplankton (ind/l), n adalah jumlah rataan individu yang teramati (ind), u adalah ulangan (3), V t adalah volume air tersaring (30 ml), V cg adalah volume air dibawah coverglass (0,05 ml), A cg adalah (20x50mm 2 ), dan A a adalah luas satu lapang pandang (20x50 mm 2 ). luas coverglass 3.2.4.2. Kepadatan benthos Kepadatan benthos yang terdapat di tiap situ diperoleh dengan melakukan identifikasi pada setiap jenis yang diperoleh, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus menurut Brower & Zar (1990). X= xm n X 1000 (2) X adalah kepadatan benthos (ind/m 2 ), n adalah jumlah individu benthos jenis ke-i yang diperoleh, M adalah luas bukaan mulut Eikman Grab, x adalah jumlah ulangan, dan nilai 1000 adalah nilai konversi cm 2 menjadi m 2. 3.2.4.3. Kekayaan jenis nekton Kekayaan jenis nekton yang terdapat di Situ Gede diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 30 orang secara berkala. Data wawancara yang diinginkan merupakan data mengenai seberapa sering jenis nekton ditangkap dan ditemukan di situ tersebut dalam satu kali penangkapan selama periode pengambilan sampel. Data yang didapatkan merupakan data yang bersifat semi kuantitatif. 3.2.4.4. Kelimpahan tumbuhan air Kelimpahan tumbuhan air yang terdapat di Situ Gede diperoleh dengan melakukan pengamatan secara visual. Kelimpahan setiap tumbuhan air dapat

20 diketahui dengan melihat persentase luas penutupan tumbuhan air terhadap luas permukaan air situ (%). 3.2.5. Sosial masyarakat sekitar Situ Gede Keadaan sosial masyarakat sekitar Situ Gede dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kesiapan masyarakat sekitar Situ Gede dalam menerima dan mengaplikasikan konsep agroeduwisata. Keadaan ini dapat diketahui dari persentase persepsi, aspirasi, dan preferensi masyarakat sekitar Situ Gede terhadap pengembangan dan pengelolaan agroeduwisata di Situ Gede. Persepsi adalah kesan dan penilaian masyarakat terhadap pengembangan dan pengelolaan Situ Gede sebagai lokasi agroeduwisata. Aspirasi adalah pendapat dan saran masyarakat terhadap pengembangan dan pengelolaan Situ Gede sebagai lokasi agroeduwisata. Preferensi adalah harapan masyarakat terhadap pengembangan dan pengelolaan Situ Gede sebagai lokasi agroeduwisata. Data diperoleh berdasarkan kuisioner yang dibagikan secara acak terhadap 30 reponden di sekitar Situ Gede. Kuisioner yang digunakan pada saat penelitian dapat dilihat dalam Lampiran 3. Setelah data kuisioner terkumpul, kemudian data tersebut dipersentasekan. Bila hasil persentase yang diperoleh adalah 100%, maka menunjukkan bahwa 30 responden menyatakan setuju terhadap hal yang ditanyakan. Sebaliknya bila hasil persentase yang diperoleh 0%, menunjukkan bahwa tidak ada satupun responden yang menyatakan setuju terhadap hal yang ditanyakan. 3.3. Analisis Data 3.3.1. Kualitas air Dalam menganalisis kualitas air, contoh air yang telah diukur dari setiap stasiun dibandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 peruntukkan kelas II bagi sarana rekreasi, perikanan, pertanian, dan peternakan (Lampiran 1) serta literatur-literatur lain yang mendukung penelitian (Lampiran 2).

21 3.3.2. Indeks keanekaragaman Indeks keanekaragaman adalah suatu perhitungan statistik yang digunakan untuk mengukur keragaman dari satu set yang terdiri dari beragam jenis objek (Claude Shannon-Wienner in Krebs 1989. Untuk menghitung indeks keankearagaman plankton, perrifiton, benthos diperlukan keterangan yaitu H adalah indeks keanekaragaman Shannon, pi adalah ni/n merupakan komposisi organisme jenis ke-i, ni adalah jumlah organisme, dan N adalah jumlah total organisme. 3.3.2.1. Plankton dan perifiton Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: H = -Σ pi ln pi = -2,303Σ pi log pi (3) Bila hasil yang diperoleh 0 H 2,303 maka persentase keanekaragaman rendah dengan tekanan ekologis tinggi, 2,303 H 6,909 maka persentase keanekaragaman sedang dengan tekanan ekologis sedang, H 6,909 maka persentase keanekaragaman tinggi dengan tekanan ekologis rendah. 3.3.2.2. Benthos Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: H = -Σ pi log 2 pi = -3,32 Σ pi log pi (4) Bila hasil yang diperoleh 0 H 3,32 maka persentase keanekaragaman rendah dengan tekanan ekologis tinggi, 3,32 H 9,96 maka persentase keanekaragaman sedang dengan tekanan ekologis sedang, H 9,96 maka persentase keanekaragaman tinggi, tekanan ekologis rendah. 3.3.3. Indeks keseragaman Indeks keseragaman yang didapatkan merupakan turunan dari formulasi indeks keanekaragaman menurut Claude Shannon-Wienner in Odum (1971). Untuk menghitung indeks keseragaman plankton, perifiton, dan benthos

22 diperlukan keterangan E adalah indeks keseragaman dan S adalah jumlah spesies atau genus organisme. 3.3.3.1. Plankton dan perifiton Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: H ' H ' E = = (5) ln s 2,303log S 3.3.3.2. Benthos Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: H ' H ' E = = (6) log 2s 3,32 log S Baik untuk plankton, perifiton, maupun benthos memiliki kisaran 0 E 0,4 maka keseragaman rendah, 0,4 E 0,6 maka keseragaman sedang, 0,6 E 1 maka keseragaman tinggi. 3.3.4. Indeks dominansi Berikut adalah rumus perhitungan untuk mencari nilai dominansi baik untuk plankton, perifiton, maupun benthos menurut Odum (1971) dengan keterangan C adalah indeks dominansi Simpson, pi adalah ni/n sebagai komposisi organisme jenis ke-i, ni adalah jumlah organisme, dan N adalah jumlah total organisme. C = Σ pi² (7) Bila hasil yang diperoleh 0 C 0,4 maka dominansi rendah, tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya, kondisi lingkungan stabil, tidak terjadi tekanan ekologis terhadap biota di lingkungan tersebut. Bila 0,4 C 0,6 maka dominansi sedang, kondisi lingkungan cukup stabil. Bila 0,6 C 1 maka dominansi tinggi, terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya, kondisi

23 lingkungan tidak stabil, terjadi tekanan ekologis terhadap biota di lingkungan tersebut. 3.3.5. Potensi bagi pengembangan konsep agroeduwisata Penentuan bagi pengembangan konsep agroeduwisata yang tepat di Situ Gede dapat dilihat melalui potensi alamiah dan keadaan sosial masyarakat di sekitar situ. Potensi alamiah dapat diketahui melalui dua hal. Hal pertama yaitu dari keadaan alamiah ekosistem yang dilihat melalui parameter kualitas airnya. Sedangkan hal kedua dapat diketahui melalui tingkat biodiversitas dari ekosistem. Melalui kedua hal tersebut, selanjutnya dapat diketahui tingkat kekayaan, kesehatan, dan kestabilan suatu ekosistem. Sehingga pada akhirnya, suatu potensi alamiah dari ekosistem dapat dijadikan sebagai kajian dasar untuk mendukung dan merekomendasikan pengembangan dan pengelolaan konsep agroeduwisata di Situ Gede. Melalui kajian dasar ini, suatu ekosistem dapat dikatakan layak atau tidak layak bagi pengembangan dan pengelolaan konsep agroeduwisata. Keadaan sosial masyarakat sekitar Situ Gede dapat diketahui melalui persentase persepsi, aspirasi, dan preferensi masyarakat sekitar Situ Gede terhadap pengembangan dan pengelolaan konsep agroeduwisata. Keadaan ini dapat diketahui dengan cara menyebarkan kuisioner secara acak terhadap 30 responden yang berada di sekitar Situ Gede. Keadaan sosial masyarakat dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kesiapan masyarakat sekitar Situ Gede dalam menerima dan mengaplikasikan konsep agroeduwisata.