KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 ( atau

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Analisis Isu-Isu Strategis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

Transkripsi:

34 IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18"0" - 6 47"10" Lintang Selatan dan 106 23"45" - 107 13"30" Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibu kota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup tinggi. Letak dan batas wilayah Kabupaten Bogor secara administratif dapat dilihat pada Gambar 2, luas wilayah untuk setiap kecamatan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan batasan wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten), Kabupaten/ Kota Bekasi dan Kota Depok, Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Provinsi Banten Bagian Tengah : Kota Bogor Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur PARUNG PANJANG untuk kegiatan pertanian, GN.SINDUR perkebunan, dan kehutanan, yang terdiri dari 22 jenis tanah, yang meliputi jenis tanah Asosiasi Latosol/Merah, Latosol/Coklat Kemerahan dan Laterit Air. Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2,500-5,000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur yang memiliki curah hujan kurang dari 2,500 mm/tahun, suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor antara 20-30 C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25 C. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor

35 Tabel 3. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bogor No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) 1 Babakan Madang 9.181,09 21 Jonggol 11.578,12 2 Bojonggede 2.980,98 22 Kemang 3.212,28 3 Caringin 8.474,71 23 Klapanunggal 9.639,12 4 Cariu 8.564,89 24 Leuwiliang 9.205,82 5 Ciampea 3.430,06 25 Leuwisadeng 3.464,93 6 Ciawi 4.744,26 26 Megamendung 6.198,03 7 Cibinong 4.575,68 27 Nanggung 16.414,34 8 Cibungbulang 3.535,55 28 Pamijahan 11.242,24 9 Cigombong 4.325,16 29 Parung 2.583,72 10 Cigudeg 18.846,46 30 Parung Panjang 7.070,61 11 Cijeruk 4.639,00 31 Rancabungur 2.391,21 12 Cileungsi 6.993,60 32 Rumpin 13.648,13 13 Ciomas 1.637,13 33 Sukajaya 16.011,09 14 Cisarua 7.281,03 34 Sukamakmur 18.931,00 15 Ciseeng 4.063,26 35 Sukaraja 4.452,92 16 Citeureup 6.848,82 36 Tajurhalang 2.949,95 17 Dramaga 2.445,46 37 Tamansari 4.121,64 18 Gunung Putri 6.094,74 38 Tanjungsari 15.962,49 19 Gunung Sindur 4.971,11 39 Tenjo 8.188,37 20 Jasinga 13.563,64 40 Tenjolaya 4.556,38 Sumber: Bappeda Kabupaten Bogor dan P4W LPPM IPB, 2009 Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah 298.838,304 ha terbagi kedalam 40 administrasi kecamatan (411 desa dan 17 kelurahan), dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 4.251.838 jiwa, yang terdiri atas 2.185.809 laki-laki dan 2.066.029 perempuan. Topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berupa daerah pegunungan di bagian selatan, hingga daerah dataran rendah di sebelah utara. Keberadaan sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bogor posisinya membentang dan mengalir dari daerah pegunungan di bagian selatan ke arah utara. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki 6 (enam) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, Sub DAS Kali Bekasi serta Sub DAS Cipamingkis dan Cibeet. Sungai-sungai pada masing-masing DAS tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis yaitu sebagai sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta

36 berfungsi sebagai drainase utama wilayah. Disamping itu, di Kabupaten Bogor terdapat 94 danau atau situ dengan luas total 496,28 ha serta 63 mata air. Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoir atau tempat resapan air dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi dan budidaya perikanan. Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor menurut RTRW Kabupaten Bogor, yaitu : (1) Kawasan Lindung seluas 133.548,41 ha atau 44,69 %, (2) Kawasan Budidaya seluas 165.289,90 ha atau 55,31 %. Perincian lebih lanjut dari ruang lingkup kawasan lindung serta kawasan budidaya, yaitu : (1) Kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan terdiri dari hutan konservasi seluas 42.559,72 ha (14,24 %) dan hutan lindung seluas 8.745,06 ha (2,93 %) dari luas wilayah Daerah. Kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan terdiri dari kawasan lindung lainnya di luar kawasan hutan, yang menunjang fungsi lindung seluas 82.243,63 ha (27,52 %). (2) Kawasan budidaya di dalam kawasan hutan terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas dan kawasan hutan produksi tetap. Kawasan budidaya di luar kawasan hutan terdiri dari kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan industri, kawasan pariwisata, dan kawasan permukiman. Kawasan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah seluas 42.789,78 ha (14,32%), pertanian lahan kering, tanaman tahunan, perkebunan, peternakan dan perikanan. 4.2. Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian/profesi, terdiri dari PNS sebanyak 52.923 orang (4,36%), TNI/Polri sebanyak 11.328 orang (0,93%), karyawan/pegawai swasta sebanyak 327.350 orang (26,95%), wiraswasta/pengusaha sebanyak 361.463 orang (29,75%), petani sebanyak 71.010 orang (5,85%), peternak sebanyak 1.211 orang (0,10%), jasa sebanyak 56.354 orang (4,64%), buruh sebanyak 325.718 orang (26,81%) dan profesi lainnya sebanyak 7.489 orang (0,62%). Diagram jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian/profesi dapat dilihat pada Gambar 3.

37 Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2008 Gambar 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Profesi Terlihat dari Gambar 3 di atas, sebagian besar atau 83,71 % dari seluruh mata pencaharian penduduk Kabupaten Bogor adalah berprofesi sebagai wiraswasta, karyawan/pegawai swasta dan buruh serta penduduk yang berprofesi sebagai petani dan peternak dengan persentase nya sangat kecil. Jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor relatif masih tinggi, yaitu 459.167 orang atau 15,99% dari angkatan kerja pada tahun 2007. Tingginya jumlah pengangguran terbuka ini disebabkan oleh rendahnya peluang kerja dan kesempatan kerja yang bisa dimasuki oleh tenaga kerja yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk yang berumur 15 tahun keatas menurut jenjang pendidikan yang telah ditamatkan, yaitu tamat SD/sederajat sebanyak 1.810.208 orang (47,28%), SLTP/sederajat sebanyak 1.319.564 orang (34,47%), SLTA/sederajat sebanyak 549.871 orang (14,36%), Diploma I/II sebanyak 30.618 orang (0,80%), Diploma III/Sarjana Muda sebanyak 31.018 orang (0,81%), Diploma IV/Sarjana (S-1) sebanyak 62.241 orang (1,63%), Pasca Sarjana/Magister (S-2) sebanyak 23.388 orang (0,61%) dan Pasca Sarjana/Doktor (S-3) sebanyak 1.432 orang (0,04%) (Gambar 4).

38 Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2008 Gambar 4. Jumlah Penduduk yang Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Terlihat dari Gambar 4 bahwa penduduk Kabupaten Bogor masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hampir sebagian besar penduduknya hanya menamatkan pendidikan sampai SD (47,28%). Sedangkan rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bogor adalah 11 tahun atau setara dengan SMP kelas satu. Ini menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bogor masih rendah. Rata-rata lama sekolah ini belum dapat memenuhi program nasional yang mencanangkan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Pertama Kelas Tiga atau sampai dengan lulus Sekolah Menengah Pertama. Kondisi ini hampir terjadi di seluruh wilayah, rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini berimplikasi pada lambatnya perkembangan wilayah. Tenaga kerja dengan kualitas rendah tidak dapat terserap oleh peluang kerja yang ada yang berkisar pada kegiatan industri yang membutuhkan persyaratan kemampuan yang memadai. Sementara kegiatan ekonomi andalan yaitu pertanian, belum mampu mendukung pertumbuhan penduduk yang tinggi karena kegiatan pertanian masih dilakukan dengan caracara konvensional yaitu mengandalkan lahan yang luas. Surplus tenaga kerja dengan kualitas rendah, bisa terserap pada kegiatan ekonomi informal seperti supir angkutan, tukang ojeg, pedagang asongan,

39 pedagang kecil dan buruh. Kegiatan ekonomi informal tersebut umumnya terdapat di luar Kabupaten Bogor yaitu Kota Bogor dan Jakarta. Sehingga terjadi pergerakan tenaga kerja dengan kualitas rendah dari Kabupaten Bogor ke wilayah lainnya untuk mengisi pasar kerja di sektor informal. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan informal juga tidak terlalu besar, sehingga terjadinya pola mobilitas yang tinggi belum dapat berimplikasi pada peningkatan ekonomi Kabupaten Bogor secara signifikan, hal tersebut berdampak kepada besarnya tingkat pengangguran terbuka mencapai 204.858 jiwa, dan angka kemiskinan sebesar 1.157.391 jiwa (27,46%) tahun 2006 dari total penduduk Kabupaten Bogor. Sebagai akibat dari tidak tertampung dalam sektor-sektor yang berkembang di perkotaan (sektor modern), dan rendahnya penyerapan tenaga kerja disektor pertanian yang hanya menyerap 155.497 jiwa yang bekerja di sektor pertanian atau 3,7 % dari total penduduk. Sementara jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2007sebesar 1.017.879 jiwa, atau mencapai 24,02% dari jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 4.237.962 jiwa. Besarnya jumlah penduduk miskin ini menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Bogor dalam melaksanakan program pembangunannya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebesar 70,18. Bila dibandingkan tahun 2006 angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,73 poin. Secara rinci nilai tersebut terdiri dari Angka Harapan Hidup (67,58 tahun), Angka Melek Huruf (95,78%), Rata-rata Lama Sekolah (7,11 tahun), dan Kemampuan Daya Beli Masyarakat sebesar Rp 559.300/kapita/bulan. Angka IPM ini diharapkan dapat ditingkatkan setiap tahunnya sehingga kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Bogor semakin baik. 4.3. Pemanfaatan Lahan Kabupaten Bogor, sebagai salah satu hinterland Kota Jakarta merupakan kawasan yang dipandang strategis bagi investasi. Kegiatan investasi yang berkembang saat ini perumahan, industri, peternakan, pertambangan dengan sektor perumahan yang paling banyak diminati oleh investor. Pemanfaatan lahan pada periode 1994-2000 meliputi industri, perumahan seluas 29.145,416 ha, perumahan paling besar terdapat di Kecamatan Babakan

40 Madang (13,2%), Kecamatan Sukamakmur (13,0%), Kecamatan Tenjo (11,2%), Kecamatan Gunung Putri (7%), dan Kecamatan Cileungsi (6%). Pemanfaatan lahan untuk agrowisata dan industri seluas 929,6 ha atau (2,3 %), lokasi penyebarannya paling luas terdapat di Kecamatan Citeureup seluas 1.715,7 ha (39%), Kecamatan Cigombong seluas 744,16 ha (17,06%) dan Kecamatan Babakan Madang seluas 490,78 ha atau 11,25%, sedangkan pemanfaatan untuk industri terbesar seluas 314,9 ha (30,34%) terdapat di Kecamatan Citeureup, dan di Kecamatan Klapanunggal seluas 162,84 ha atau (15%), di Kecamatan Cileungsi seluas 105,17 atau (10%), Kecamatan Babakan Madang seluas 63,62 ha atau (6,13%), dan selebihnya <10 ha di Kecamatan Caringin dan Kecamatan Kemang, pemanfaatan lainnya yang ada diperuntukkan untuk pemakaman, sirkuit, gelanggang olah raga, tower, pusat pengolahan limbah industri, pertanian, kehutanan dan TPST. 4.4. Arahan Pengembangan Untuk mengembangkan sektor Kabupaten Bogor, tentunya harus melihat arahan pengembangan yang ada khususnya dalam RTRW Jawa Barat dan Kabupaten Bogor. Ada 2 arahan penting dalam RTRW Jawa Barat, yaitu masuknya Kabupaten Bogor ke dalam 2 Kawasan Andalan, yaitu 1. Kawasan Andalan Bogor Depok Bekasi (Bodebek) dengan kegiatan prioritas industri, pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia 2. Kawasan Andalan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dengan kegiatan prioritas agribisnis dan pariwisata Untuk arahan pengembangan internal Kabupaten Bogor adalah: 1. Adanya batasan kawasan hutan lindung (Gunung Halimun-Salak, Gunung Gede-Pangrango dan sekitarnya) pada bagian Timur dan Barat wilayah Kabupaten Bogor 2. Pengembangan infrastruktur transportasi khususnya peningkatan jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur tentunya akan meningkatkan interaksi untuk Kawasan Andalan Bopunjur.

41 4.5. Infrastruktur Wilayah Berdasarkan penyebaran fasilitas pendidikan, bangunan sekolah hampir tersebar merata di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Untuk sekolah negeri misalnya, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas terdapat hampir di semua kecamatan. Demikian pula dengan sekolahsekolah swasta (umum maupun agama), banyak tersebar di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Hal ini berlaku pula bagi sarana peribadatan, yang hampir mayoritas penduduknya beragama Islam. Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Bogor hingga tahun 2007 yaitu : (1) Jumlah SD Negeri dan swasta sebanyak 1.678 unit, jumlah MI negeri dan swasta sebanyak 540 unit, sehingga total SD/MI sebanyak 2.218 unit, (2) Jumlah SLTP Negeri dan Swasta sebanyak 474 unit, MTs negeri dan swasta sebanyak 231 unit, sehingga total jumlah SLTP/MTs sebanyak 705 unit, (3) Jumlah SLTA negeri dan swasta sebanyak 144 unit, MA sebanyak 83 unit, sehingga total jumlah SLTA/MA sebanyak 227 unit. Sedangkan sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Bogor terdiri atas 2.870 masjid, 517 mushola, 29 gereja, 4 pura dan 11 wihara. Jalan yang ada di Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional sepanjang 121.497 km (5 ruas), jalan provinsi 129.989 km (5 ruas), jalan Kabupaten yang memiliki nomor ruas 1.506.565 km (371 ruas), jalan kabupaten yang tidak memiliki nomor ruas 100.044 km (62 ruas) dan jalan desa. Jalan Kabupaten yang memiliki nomor ruas dengan kondisi rusak adalah sekitar 38,39%, kondisi sedang 18,22% dan kondisi baik 43,39%. Total panjang jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten yang melintasi Kabupaten Bogor adalah 1.858.085 Km. Kabupaten Bogor memiliki luas areal persawahan (pertanian lahan basah) seluas 58.467 ha dengan jumlah jaringan irigasi sebanyak 826. Daerah Irigasi, terdiri dari jaringan irigasi pemerintah seluas 12.579 ha (32 DI), jaringan irigasi pedesaan seluas 40.270 ha (794 DI) dan Sawah Tadah Hujan seluas 5.618 ha. Kondisi Jaringan irigasi di Kabupatan Bogor (berdasarkan penanganan teknis) diklasifikasikan sebagai berikut :

Jaringan Irigasi Teknis : 29 Daerah Irigasi Jaringan Irigasi Setengah Teknis : 20 Daerah Irigasi Jaringan Irigasi Sederhana (Belum Teknis) : 777 Daerah Irigasi Kemampuan PDAM baru mencapai 41,7% dalam penyediaan air bersih dari total yang harus dilayani, sisanya masih menggunakan sumber air terbuka berupa sumur atau mata air. Kinerja penanganan persampahan di Kabupaten Bogor terutama di perkotaan, berdasarkan tingkat pelayanan pada tiap sumber timbulan sampah adalah sebagai berikut: 1. Jumlah wilayah terlayani sampai tahun 2005, adalah 20 kecamatan, 76 desa /kelurahan atau sekitar 30 % dari luas wilayah terbangun. 2. Sumber timbulan sampah dan kondisi volume terangkut seperti terlihat pada Tabel 4. Dimana sumber timbulan sampah terbesar berasal dari rumah tangga sebesar 206.400 m 3, diikuti oleh pasar/pertokoan sebesar 154.800 m 3, industri 103.200 m 3, kantor/sekolah 20.640 m 3 dan lain-lain 30.960 m 3. Tabel 4. Sumber Sampah Timbulan dan Pengangkutannya Sumber Sampah Timbulan (m 3 ) Rumah tangga Pasar/Pertokoan Industri Kantor/Sekolah Lain lain 206.400 154.800 103.200 20.640 30.960 Terangkut Ke TPA (m 3 ) 33.322 66.643 49.982 9.996 6.664 42 Persentase Timbulan Sampah yang Terangkut ke TPA 16,14 43,05 48,43 48,43 21,52 Total 516.000 166.608 32, 29 Sumber: Bappeda Kabupaten Bogor dan P4W LPPM IPB, 2009 4.6. Kondisi Perekonomian Perekonomian di Kabupaten Bogor selama periode 2003 2007 dilihat dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor menurut lapangan usaha atau sektoral berdasarkan harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai PDRB di setiap lapangan usaha juga mengalami peningkatan pada setiap tahun kecuali sektor pertanian, peternakan dan kehutanan pada tahun 2003 dan 2006 dan sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2004 dan 2005. Hal ini menunjukkan telah terjadi

peningkatan output yang dihasilkan Kabupaten Bogor setiap tahunnya. Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. PDRB Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2007 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian 1.341.294,23 1.343.360,54 1.383.027,4 1.366.323,55 1.429.544,34 43 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 340.063,4 314.553,26 282.744,39 307.414,98 322.126,54 14.125.219,14 14.967.082,19 15.851.166,44 16.790.944,62 17.687.418,97 791.000,1 837.824,84 898.437,38 968.659,5 1.046.346,68 5. Bangunan 681.988,87 727.576,14 764.824,41 802.808,83 855.403,53 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.261.433,99 3.478.304,84 3.761.156,17 4.063.192,67 4.403.782,79 575.062,76 617.288,5 662.327,26 715.462,14 782.112,69 370.645,06 393.162,64 418.271,35 446.627,18 480.698,34 9. Jasa-jasa 934.457,53 992.276,26 1.034.410,42 1.084.753,16 1.143.884,97 Total PDRB 22.421.165,08 23.671.429,21 25.056.365,22 16.546.186,63 28.151.318,85 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2008 Secara umum semua lapangan usaha memperlihatkan pertumbuhan yang positif kecuali sektor pertanian, peternakan dan kehutanan dan sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran serta listrik, gas dan air bersih. Laju terendah terdapat pada sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor primer. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. 4.7. Kebijakan Daerah Kabupaten Bogor Kebijakan daerah Kabupaten Bogor, bila dilihat pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 mempunyai visi Kabupaten Bogor Maju Sejahtera Berlandaskan Iman dan Takwa. Makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut:

- Maju, berarti masyarakat telah mencapai atau berada pada tingkat kemajuan yang lebih tinggi atau masyarakat telah menuju ke arah yang lebih baik maupun berkembang ke arah yang lebih baik. Maju juga berarti bahwa Kabupaten Bogor sebagai wilayah terus melakukan pengembangan diri untuk terus menyesuaikan diri terhadap perubahan. Tingkat kemajuan dapat diukur berdasarkan kualitas SDM, tingkat kemakmuran, terkendalinya perubahan lingkungan alam dan binaan melalui kesadaran pembangunan yang berkelanjutan, serta kemantapan sistem dan kelembagaan politik dan hukum. Tabel 6. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 2007 Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian -5,41 0,15 2,95-1,21 4,63 2. Pertambangan dan Penggalian 9,22-7,5-10,11 8,73 4,79 3. Industri Pengolahan 5,34 5,96 5,91 5,93 5,34 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,11 5,92 7,23 7,82 8,02 5. Bangunan 5,81 6,68 5,12 4,97 6,55 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,24 6,65 8,13 8,03 8,38 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,46 7,34 7,3 8,02 9,32 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 5,68 6,08 6,39 6,78 7,63 Perusahaan 9. Jasa-jasa 5,44 6,19 4,25 4,87 5,45 Total PDRB 4,84 5,58 5,85 5,95 6,05 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2008 - Sejahtera berarti masyarakat telah berada dalam kondisi aman dan sentosa (terlepas dari segala gangguan dan kesulitan), makmur (telah terpenuhinya seluruh kebutuhan dasarnya) dan tentram (gemah ripah, repeh, rapih). Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor diukur berdasarkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). - Iman dan Takwa sebagai landasan dalam melaksanakan aktivitas guna pencapaian visi dan misi yang ditetapkan melalui pengamalan ajaran agama. Pengamalan ajaran agama secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat akan mewujudkan situasi yang kondusif untuk melaksanakan pembangunan daerah. Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan jangka panjang Kabupaten Bogor sebagai berikut : 44

45 1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah membangun sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, kompetitif dan berakhlak mulia, serta menghargai dan menerapkan nilai-nilai luhur budaya. 2. Mewujudkan perekonomian yang tangguh adalah mengembangkan dan memperkuat perekonomian regional berorientasi pada keunggulan komparatif, kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada potensi lokal sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkesinambungan dengan mekanisme pasar yang berlandaskan persaingan sehat. Perkembangan ekonomi regional didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai, tenaga kerja yang berkualitas dan regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif. 3. Mewujudkan Kabupaten Bogor yang Tertib, Segar, Bersih, Indah, Mandiri Aman dan Nyaman (TEGAR BERIMAN) dan berkelanjutan adalah membentuk suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan daerah dalam rangka mewujudkan masyarakat Kabupaten Bogor yang maju, sejahtera yang ditandai dengan terjaminnya ketertiban dan keamanan serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan, serta keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. 4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik adalah membangun akuntabilitas kepemerintahan yang bertanggung jawab, peningkatan efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi antara legislatif dengan eksekutif, penciptaan stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum serta peningkatan pelibatan dan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan pembangunan daerah sehingga pelayanan umum terus dapat ditingkatkan. Sasaran pembangunan yang ditetapkan Kabupaten Bogor dalam mencapai misinya, khususnya yang berkaitan dengan misi terwujudnya perekonomian rakyat yang tangguh adalah sebagai berikut :

46 1. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di sektor industri dan perdagangan serta didukung pertanian yang tangguh dan pariwisata yang berbasis masyarakat. 2. Meningkatnya daya tahan dan daya saing dunia usaha di Kabupaten Bogor, terutama Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) serta tumbuhnya wira usaha baru. 3. Meningkatnya pelayanan jaringan infrastruktur transportasi yang andal dan terintegrasi serta terwujudnya kemudahan dan efisiensi bagi pergerakan orang, barang dan jasa. 4. Meningkatnya pelayanan jaringan irigasi untuk pemenuhan kebutuhan air bagi pertanian. 5. Terwujudnya pengendalian pemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan untuk kemajuan perekonomian daerah. 6. Meningkatnya pelayanan sarana dan prasarana dasar pemukiman sesuai lingkungan yang sehat dan layak huni, baik di perkotaan maupun di perdesaan 7. Terpenuhinya kebutuhan energi listrik bagi seluruh masyarakat. 8. Meningkatnya jangkauan pelayanan jaringan komunikasi dan teknologi informasi (telematika) yang efisien dan modern ke seluruh wilayah. 9. Meningkatnya pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif dan terbarukan, seperti energi hidro, surya, angin, panas bumi dan bio energi lainnya untuk pembangunan daerah. 10. Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pangan masyarakat. 11. Meningkatnya investasi di daerah, perluasan lapangan kerja, nilai tambah produk unggulan Kabupaten Bogor disertai dengan meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat dan pendapatan per kapita masyarakat, sehingga jumlah penggangguran dan penduduk miskin di Kabupaten Bogor menurun. Arah pembangunan daerah menurut RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor tahun 2005-2025 meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: 1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi : (a) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata

47 dan berhirarki; (b) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah. 2. Kebijakan pengembangan pola ruang, meliputi : (a) Kebijakan pengembangan kawasan lindung; (b) kebijakan pengembangan kawasan budidaya; dan (c) Kebijakan pengembangan kawasan strategis. Sementara itu, dalam kebijakan pengembangan pola ruang, ruang lingkupnya meliputi : 1. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi : (a) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; (b) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. 2. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi : (a) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; (b) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. 3. Kebijakan pengembangan kawasan strategis, meliputi : (a) Pengembangan kawasan strategis puncak sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan andalan pariwisata melalui pembatasan pemanfaatan ruang yang lebih selektif dan efisien; (b) Pengembangan kawasan strategis industri sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui penataan dan pemanfataan ruang serta pembangunan jaringan infrastruktur yang mendorong perkembangan kawasan; (c) pengembangan strategis pertambangan dan penggalian sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan andalan sumber daya alam melalui konservasi bahan galian; (d) Pengembangan kawasan stategis lintas administrasi kabupaten sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui sinkronisasi sistem jaringan. Berdasarkan kebijakan daerah Kabupaten Bogor tersebut, misi peningkatan kualitas SDM menjadi agenda penting bagi pemerintah daerah karena merupakan misi pertama. Hal ini sejalan dengan kondisi masyarakat Kabupaten Bogor yang masih berpendidikan rendah (setara SMP kelas satu). Sedangkan arah

48 perekonomian Kabupaten Bogor adalah mengembangkan potensi lokal yang memiliki keunggulan kompetitif di sektor industri dan perdagangan serta didukung pertanian yang tangguh dan pariwisata yang berbasis masyarakat. Dalam mencapai sasaran tersebut perlu disediakan dukungan berupa peningkatan infrastruktur, sumber daya yang berkualitas dan regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif.