BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. moral bagi masyarakat, salah satunya ialah melalui karya sastra. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. melalui para tokoh imajinatifnya, dan memberikan cara-cara memahami

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

ASPEK MORAL DALAM NOVEL LELAKI PEMBAWA MUSHAF KARYA NAFI AH AL-MA RAB: TINJAUAN SOIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu, Junus (dalam Siswanto, 2008:192). Pada masa-masa tertentu, setiap daerah akan mengalami peristiwa yang berbeda-beda. Semua peristiwa yang terjadi dalam masyarakat akan dijadikan sebuah cerita yang diolah pengarangnya sehingga menjadi sebuah karya sastra. Latar sosial budaya masyarakat akan menjadi dasar pembentukan sebuah karya sastra. Oleh karena itu, sebuah karya sastra muncul akibat peristiwa yang terjadi dalam sebuah masyarakat secara nyata. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Pradopo (2002:61) bahwa karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya. Karya sastra bisa disebut sebagai karya imajinatif yang sengaja dibuat oleh pengarang berdasarkan pengalaman hidupnya dan disusun semenarik mungkin serta digunakan sebagai sarana hiburan oleh pembacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2010:3) yang menyatakan bahwa pembaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Pembaca karya sastra akan merasa dirinya terhibur dan puas setelah ia menikmati cerita yang disuguhkan. Seorang penulis karya sastra akan menyertakan unsur estetika untuk memperindah karyanya. Dalam hal ini, unsur estetika sebuah karya sastra sangat penting untuk menunjang kepuasan pembaca. Seperti yang dikemukakan oleh Semi (1993: 8) bahwa sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Dalam hidup manusia menginginkan hal-hal yang indah dan menghibur. Berdasarkan hal tersebutlah seorang penulis menciptakan sebuah karya sastra. Penulis tidak lain bertujuan untuk 1

2 menyalurkan daya kreatifnya agar menjadi sebuah karya yang bermanfaat dan dapat dinikmati banyak orang. Selain itu, secara implisit, penulis ingin membawa dan mempengaruhi pembaca agar merasakan masalah yang dirasakan atau dialaminya saat itu. Jika diulas secara mendalam sebuah karya sastra diteliti bermula dari kajian strukturalnya. Tidak lengkap rasanya jika melakukan penelitian sastra tanpa mengkaji aspek strukturalnya. Selain mengkaji aspek strukturnya, untuk memperkuat dan menyeimbangkan struktur karya sastra memerlukan adanya kajian lain. seuai dengan pendapat Ratna (2009:121) bahwa dalam rangka memberikan keseimbangan antara karya sastra dengan aspek-aspek yang ada di luarnya, yaitu antara hakikat ekonomi dengan hakikat ketergantungan sosialnya. Hal serupa dikemukakan secara tidak langsung oleh Goldmann, ia tidak secara langsung menghubungkan karya dengan struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya dengan kelas sosial dominan. Oleh karena itu, kajian strukturalisme dalam karya sastra menjadi kuat dengan adanya kajian sosiologi sastra. Seorang peneliti karya sastra menggunakan metode penelitian sastra untuk mempertimbangkan karya sastra dari segi bentuk, isi dan sifat sastra sebagai subjek kajian. Penelitian sastra digunakan untuk menjembatani antara penulis, teks sastra dan pembaca. Dalam penelitian, metode digunakan sebagai cara untuk mengoperasionalkan hal yang ingin diteliti. Sementara pendekatan dalam sebuah penelitian digunakan sebagai sudut pandang penelitian sastra. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan masing-masing. Begitu pula dengan penelitian sastra. Menurut Pradopo (dalam Faruk, 1999:10) tujuan dan peranan penelitian sastra adalah untuk memahami karya sastra sedalam-dalamnya. Dengan adanya penelitian sastra dapat terungkap permasalahan-permasalahan yang disajikan penulis secara imajinatif menjadi nyata. Seperti yang diungkapkan Endraswara (2003:7), penelitian sastra memiliki tugas untuk mengungkap elemen-elemen dasar pembentukan sosial dan menafsirkan sesuai dengan paradigma dan/atau teori yang digunakan.

3 Nilai-nilai sosial tidak lepas dari unsur sosial budaya yang membentuknya. Oleh karenanya, banyak peneliti sastra yang menggunnakan kajian sosiologi sastra sebagai tinjauan dalam penelitiannya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu (Endraswara, 2003:78). Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak terlepas dari kehidupan lingkungan dan sosial suatu masyarakat. Sosiologi sastra muncul dan berkembang sejak teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran. Seperti yang dikemukakan Ratna (2009:332) analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru asal-usulnya. Novel sebagai salah satu karya sastra sering dikaji dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Di antara genre utama karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unur-unsur sosial, (Ratna, 2009:335-336). Alasan mengapa novel terpilih sebagai karya sastra yang menampilkan banyak unsur sosial adalah karena novel mencakup masalah-masalah kemasyarakatan secara kompleks, ceritanya lengkap, dan media yang dimiliki luas. Ratna (2009:72) menyebutkan bahwa klasifikasi yang dianggap genre utama sastra yaitu epik, lirik dan dramatik, di Indonesia dikenal dengan nama prosa, puisi, dan drama. Dalam sebuah novel terdapat perubahan nasib yang dialami tokohtokohnya. Oleh karena itu, banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti novel. Menurut Nurgiantoro (2012:9-10) novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Italia Novella. Secara harfiah Novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Salah satu nilai yang terkandung dalam karya sastra khususnya novel adalah nilai moral. Di setiap karya sastra yang sengaja dibuat seorang penulis pasti mengandung pesan moral yang ingin disampaikannya. Pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah karya satra sengaja dibuat agar pembaca dapat memahami maksud penulis. Terkadang nilai moral juga dianggap sama dengan tema. Seperti yang dikemukakan Kenny (dalam Nurgiantoro,

4 2012:320) moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral. Anggapan terebut dikerenakan moral dan tema mempunyai kemiripan dari sudut pandang pembaca dalam menentukannya. Sebagai seorang pembaca, moral dan tema dapat diambil dari cerita, sama-sama terkandung dalam sebuah cerita dan dapat ditafsirkan dari cerita sebuah karya sastra. Namun, tidak semua tema adalah moral, karena tema lebih komplek dari pada moral dan tema tidak memiliki nilai seperti moral. Baik buruknya seseorang bisa dilihat dari tindakan yang dilakukan orang tersebut. Menurut Suseno (1994:14) norma moral adalah norma untuk mengukur betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Apabila seseorang melakukan tidakan yang tidak baik bisa dikatakan bahwa orang tersebut moralnya buruk. Akan tetapi, apabila orang tersebut berkelakuan baik, bisa dikatakan orang tersebut memiliki moral baik. Moral bisa dikatakan sebagai perilaku baik-buruk seseorang. Jadi, terdapat moral baik dan buruk dalam diri seseorang. Pembelajaran sastra di sekolah merupakan bahan pengenalan siswa untuk memberikan kesempatan dalam melakukan proses kreativitas dalam diri masing-masing siswa. Setiap siswa berhak mendapatkan pembelajaran tentang sastra. Selain digunakan sebagai hiburan bagi siswa, dalam mempelajari sastra siswa juga dapat merasakan masalah yang sedang dialami oleh penulis dan membuat dirinya merasa lega. Hal ini dapat terjadi karena siswa dilatih untuk mampu mengungkapkan perasaannya melalui sebuah karya sastra. Di dalam pembelajaran sastra dibutuhkan sebuah bahan ajar. Guru dalam memberikan pengarajannya terhadap siswa berdasarkan bahan ajar yang ia miliki. Bahan ajar diadakan untuk membantu guru dalam menciptakan suasana baik ruang kelas maupun dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain itu, bahan ajar akan memudahkan guru dalam mengajar serta siswa dalam memahami dan menguasai materi yang diajarkan. Mengacu dari Dismenjur (dalam Prastowo, 2014:138) bahan ajar merupakan

5 seperangkat materi atau substansi pemebelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam novel Lelaki Pembawa Mushaf karya Nafi ah Al-Ma rab diceritakan kisah cinta seorang lelaki yang awalnya benci melihat apabila ada lelaki membawa Al-Qur an. Lelaki tersebut bernama Khalid. Kebenciannya terhadap lelaki yang membawa Al-Qur an disebabkan oleh kisah cintanya yang kandas bersama Shafira. Khalid dan Shafira sudah lama bersahabat hingga akhirnya Khalid memutuskan untuk meminang Shafira. Namun, suatu ketika Shafira berkata pada Khalid bahwa ia akan dijodohkan dengan lelaki lulusan Mesir dan ia seorang hafizh Al-Qur an bernama Shofian. Kabar yang tidak sedap itu pun sangat memukul diri Khalid. Hingga akhirnya, sakit hati yang diderita Khalid malah membawa dia menuju jalan taubat. Khalid ingin dirinya belajar Al-Qur an dan ia pun ingin menjadi seorang hafizh. Selain itu, dalam novel ini, diceritakan perjalanan Khalid untuk bertemu dengan jodohnya setelah banyak lika-liku dalam hidupnya. Walaupun novel tersebut mengisahkan tentang perjalanan taubat dan cinta Khalid, tetapi banyak ditemukan nilai moral yang dapat diambil dari cerita tersebut. Kepercayaan, tanggungjawab, kejujuran, pemikiran-pemikiran kritis yang ada di dalamnya, kerendahan hati para tokoh, berani dan kemandirian yang tergambar dalam cerita tersebut membuat novel Nafi ah tersebut menjadi menarik. Terdapat masih banyak masalah yang muncul dalam novel LPM karya Nafi ah Al-Ma rab terutama masalah moral yang timbul dalam novel. Untuk mengetahui masalah moral yang timbul dalam novel tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Aspek Moral dalam Novel LPM karya Nafi ah Al-Ma rab: Tinjauan Soiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. B. Pembatasan Masalah Supaya tidak menimbulkan kerancuan dalam penelitian dan agar penelitian lebih mengarah pada penelitian yang intensif, efisien dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan

6 masalah pada penelitian ini mencakup unsur-unsur struktural dan aspek moral yang terkandung dalam novel LPM karya Nafi ah Al-Ma rab. Jadi, penelitian dibatasi hanya pada aspek moral, yaitu aspek moral baik dan tidak baik yang terkandung dalam novel LPM karya Nafi ah Al-Ma rab dan implementasinya sebagai pembelajaran sastra di SMA. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah diperlukan agar penelitian menjadi terarah. Ada tiga rumusan masalah dalam penelitian ini. 1) Bagaimana struktur yang membangun novel LPM karya Nafi ah Al- Ma rab? 2) Bagaimana nilai moral dalam novel LPM karya Nafi ah Al-Ma rab dengan Tinjauan Sosiologi Sastra? 3) Bagaimana implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran sastra di SMA? D. Tujuan Penelitian Agar penelitian tercapai, maka diperlukan tujuan penelitian yang jelas. Ada tiga tujuan dalam penelitian ini. 1) memaparkan struktur yang membangun novel LPM karya Nafi ah Al- Ma rab. 2) memaparkan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel LPM karya Nafi ah Al-Ma rab dengan tinjauan Sosiologi Sastra. 3) memaparkan implementasi hasil penelitian ini dalam pembelajaran sastra di SMA. E. Manfaat Penelitian Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pembaca maupun penulis baik secara teoritis ataupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksud yaitu: 1) Manfaat Teoritis a) Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra Indonesia terhadap aspek moral dalam sebuah novel.

7 b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi acuan dalam penelitian berdasarkan tinjauan Sosiologi sastra terutama dalam mengkaji aspek moral dalam novel Lelaki Pembawa Mushaf karya Nafi ah Al-Ma rab. 2) Manfaat Praktis a) Penulis Adanya penelitian ini diharapkan penulis lebih paham bagaimana penelitian karya sastra terfokus pada nilai moral sebuah karya sastra dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. b) Pembaca Pembaca dapat memperluas pengalaman membacanya dalam bidang sastra terkait dengan nilai-nilai moral dalam sebuah karya sastra. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi dan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.