BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

PELAKSANAAN CUCI TANGAN HAND RUB PERAWAT DI RUANG PRE OPERASI KAMAR BEDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok (one group pre-test post-test design) karena rancangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

DAYA ANTIMIKROBA DAN PERBANDINGAN ACCEPTABILITY SERTA TOLERABILITY CAIRAN PENCUCI TANGAN FORMULA WHO DENGAN CAIRAN

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Vol XI Nomor 3 Julil 2016 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Rahayu Setyowati

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera yang dapat mengancam jiwa dan kelangsungan hidupnya.adapun tugas IGD adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan kondisi gawat darurat. Menurut Depkes R.I (2006), petugas kesehatan IGD di rumah sakit terdiri dari dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah mendapatkan pelatihan penanganan kegawatdaruratan yang dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang bekerja di IGD. Mencuci tangan adalah suatu pedoman yag di terapkan oleh Centers for Disease Control (CDC) (1985) untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang dikeluarkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu cara mencegah tertularnya mikroorganisme sehingga dapat menurunkan dan mencegah

insiden kejadian infeksi nosokomial yaitu hand hygiene, baik itu melakukan proses cuci tangan maupun disinfektan tangan (Akyol, 2005). Cuci tangan merupakan tindakan utama dalam pengendalian nosokomial, adapun lima waktu (five moment) yang penting bagi tenaga kesehatan untuk melakukan kebersihan tanganyaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terkena/terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien. Hal ini ditujukan untuk mencegah risiko penularan mikroba untuk pasien dan mencegah risikotransmisi mikroba kepetugas kesehatan dan lingkungan pasien (WHO,2009). Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan selama 20 detik yaitu, mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya sampai 50%. Mencuci tangan dapat mencegah tertular penyakit serius seperti hepatitis A, meningitis, dan lain-lain. Mencuci tangan dapat menurunkan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan lainnya.apabila mencuci tangan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, sejuta kematian bisa dicegah setiap tahun. Selain itu mencuci tangan dapat menghemat uang karena anggota keluarga jarang sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 yang dikutip oleh Depkes RI (2009), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian kejadian diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas(ISPA) adalah perilaku mencuci tangan pakai sabun. Perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Dalam The Journalist of Infection Control Nursing, sebagaimana yang di tulis oleh Nancy Roper(1998) mengadakan survey prevelensi pada 43 rumah sakit di Inggris yang

menunjukan bahwa kira-kira 20% pasien rumah sakit terkena infeksi dari komunitas, yang sudah ada pada saat pasien masuk rumah sakit serta 1% lagi infeksi nosokomial. Lokasi dan presentase infeksi yaitu saluran kemih 30%, luka operasi 20%, saluran pernafasan 20%, luka lain 30%. Dwiyanto, et al (2014)dengan judul penelitian Efektifitas Povidon Iodine Spray (PIS) 10% terlarut dalam alkohol 50% dengan Alkohol Swab (AS) 70% terhadap Koloni Bakteri dan Kejadian Plebitis pada Area Pemasangan Infus di Rumah Sakit Advent Bandung, hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah pemberian AS dan PIS di area pemasangan infus dengan nilai 0,011 (P<0,05). Purnomo, Wahyu (2009) dengan judul Efektifitas Kombinasi Chlorhexidine Gluconate-Alkohol 70%, Chlorhexidine Gluconate- Povidon Iodine 10% sebagai Antiseptik terhadap Penurunan Kepadatan Kuman pada Operasi Fraktur Tertutup Elektif Simple di IBS RSO. Prof Dr. R Soeharso Surakarta, hasil penelitian ini menunjukan kombinasi antiseptic Chlorhexidine Gluconate Povidon Iodine 10% (CP3) ataupun kombinasi antiseptic Chlorhexidine Gluconate-Alkihol 70%, Povidon Iodine 10% (CAP3) 1 jam setelah operasi berlangsung lebih efektif kombinasi antiseptic Chlorhexidine Gluconate- Povidon Iodine 10% (CP) dalam menurunkan jumlah kuman pada kulit medan operasi fraktur tertutup simple elektif. Pernyataan di atas didukung dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 November 2016, melalui pengambilan sampel pada 5 responden di Ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga yaitu mengambil sampel pada tangan responden yang belum mencuci tangan. Bakteri didapatkan dari hasil usapan ± 10 cm

pada sela-sela jempol jari dan jari telunjuk pada tangan responden, jumlah bakteri didapatkan dengan membagi total koloni yang tumbuh pada media Plat Count Agar (PCA) luas permukaan tangan adalah 180 dan luas permukaan sela sela jari adalah 41 (Supeni, 2009). Hasil di bandingkan dengan jumlah normal bakteri pada tangan yaitu sebesar 847 CFU/ pada telapak tangan dan 233 CFU/ pada jari-jari tangan (Fiere, 2008). Sehingga total bakteri normal adalah 1070 CFU/. Pada studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada responden adalah mengusap sela-sela jari jempol dan telunjuk, yaitu seluas ±10 dengan hasil normal bakteri adalah 53 CFU/. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan usapan pada responden di sela-sela jari jempol dan telunjuk yaitu seluas±10, sehingga diperoleh hasil perhitungan jumlah normal berkisar ±53 CFU/. Dengan perhitungan tersebut peneliti akan jadikan sebagai tolak ukur pada responden yang akan di teliti. Hasil dari studi pendahuluan yang sudah peneliti lakukan pada 5 responden (sebelum mencuci tangan) di RSUD Dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga di dapatkan sebagai berikut Tn.D pada telapak tangannya terdapat 200 CFU/, Ny.ST 100 CFU/, Tn.H 500 CFU/, Ny.S 300 CFU/, dan Ny.W 300CFU/. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah bakteri pada tangan responden lebih banyak dari jumlah bakteri normal. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebelum mencuci tangan karena peneliti ingin mengetahui berapa jumlah kuman sebelum mencuci tangan, dan tertarik ingin melalukan penelitian tentang penurunan dari masing-masing cara mencuci tangan menggunakan hand rub dan hand wash. Dengan pertimbangan cara mencuci tangan pada tenaga pelaksana di ruang IGD, peneliti sudah melakukan penelitian mengenai perbedaan

jumlah kuman pada perawat pelaksana yang mencuci tangan menggunakan hand rub dan hand washdi ruang IGD RSUD Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. B. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan dalam latar belakang di atas, tentang dua teknik cara mencuci tangan di rumah sakit terhadap jumlah kuman pada perawat pelaksana, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada perbandingan jumlah kuman pada perawat pelaksana yang mencuci tangan menggunakanhand rub dan hand wash di ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan jumlah kuman pada perawat pelaksana dengan metode menggunakan hand rub dan hand wash di IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purnalingga. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tentang karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja di IGD. b. Mengidentifikasi perbandingan rata-rata jumlah kuman pada perawat pelaksana sebelum dan sesudah mencuci tangan dengan metode menggunakan hand rub di ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. c. Mengidentifikasi perbandingan rata-rata jumlah kuman pada perawat pelaksana sebelum dan sesudah mencuci tangan dengan metode menggunakan hand wash di ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.

d. Membandingkan rata-rata jumlah kuman pada perawat pelaksana yang mencuci tangan sebelum dan sesudah dengan metode hand rub dan hand wash di ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang jenis kuman di tangan, jumlah kuman di tangan dan perhitungan jumlah kuman. 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi mengenai cuci tangan yang lebih baik untuk menurunkan jumlah kuman pada tangan. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai efektifitas penggunaan hand wash terhadap penurunan jumlah kuman. Selain itu sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mencuci tangan pada perawat IGD. 4. Bagi Instansi Terkait Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan pengambilan kebijakaan bagi petugas kesehatan khususnya perawat yang bekerja di ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga dalam mencuci tangan, khususnya menggunakan hand wash sehingga dapat menurunkan jumlah kuman yang lebih baik dibandingankan hand rub.

E. Penelitian Terkait Penelitian dengan judul perbandingan jumlah kuman pada perawat pelaksana yang mencuci tangan mengguanakan hand rub dan hand wash di ruang IGD RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga belum pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian sejenis yang relevan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Rezki, Purnama Sari (2012) dengan judul penelitian Perbandingan Daya Bakteri Cairan Pencuci Tangan Formula World Health Organization (WHO) dengan Cairan Pencuci Tangan Komersial. Jumlah sampel mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2009 yang berjumlah 114 orang, kemudian dipilih secara simple random sampling berjumlah 20 orang yang terdiri dari 13 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Berdasarkan uji statistik komparatif parametrik t berpasangan didapatkan nilai p = 0,000 ( p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni sebelum dan setelah mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan komersial. Hal ini menunjukkan bahwa cairan pencuci tangan komersial memiliki daya antibakteri yang dipaparkan pada tangan subjek penelitian. 2. Fajar, Ardi D (2013) dengan judul penelitian Efektifitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) terhadap Jumlah Angka Kuman. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian posttest only control group design. Subjek penelitian adalah telapak tangan probandus dengan enam kali ulangan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa p=0,010, artinya ada perbedaan jumlah angka kuman antara mencuci tangan menggunakan air mengalir, sabun, hand sanitizer A, hand sanitizer B, dan kelompok kontrol (tanpa cuci tangan). Kelompok yang mempunyai perbedaan jumlah angka kuman

adalah kelompok kontrol dan kelompok mencuci tangan menggunakan sabun dengan nilai p= 0,008, kelompok kontrol dan kelompok mencuci tangan menggunakan hand sanitizer A dengan nilai p= 0,016, dan kelompok kontrol dan kelompok mencuci tangan menggunakan hand sinitizer B dengan nilai p= 0,005. 3. Dwiyanto, et al (2014) dengan judul penelitian Efektifitas Povidon Iodine Spray (PIS) 10% terlarut dalam Alkohol 50% dengan Alkohol Swab (AS) 70% terhadap Koloni Bakteri dan Kejadian Plebitis pada Area Pemasangan Infus di Rumah Sakit Advent Bandung. Penelitian ini menggunkan design pretest posttest control grup. Jumlah sampel berdasarkan table Krejie 83 klien yang di pasang infus terdiri dari 62 pasien (75%) adalah kelompok intervensi PIS, dan 21 pasien (25%) adalah kelompok control. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah pemberian AS dan PIS di area pemasangan infus dengan nilai 0,011 (P<0,05). 4. Achmad, V. S. (2013) dengan judul penelitian Perbedaan Jumlah Kuman pada Pasien Kritis yang di Mandikan dengan Metode Tradisional ditambah Antiseptik dan Disposable Bed Baths di Ruang Pediatric Intensive Care RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain yang di pakai dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan jenis rancangan two group before and after design. Jumlah sampel 20 dimana 10 sampel untuk kelompok I yang di beri intervensi memandikan metode tradisional ditambah antiseptik dan 10 sampel untuk kelompok II yang diberi intervensi disposable bed baths. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara metode tradisional di tambah antiseptik dan disposable bed baths. Hasil uji Statistik Man Witney pada dua

kelompok p value 0.880 > nilai alpha 0.05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara metode tradisional di tambah antiseptic dan disposable bed baths. 5. Purnomo, Wahyu (2009) dengan judul Efektifitas Kombinasi Chlorhexidine Gluconate- Alkihol 70%, Povidon Iodine 10% dengan Chlorhexidine Gluconate- Povidon Iodine 10% sebagai Antiseptik terhadap Penurunan Kepadatan Kuman pada Operasi Fraktur Tertutup Elektif Simple di IBS RSO. Prof Dr. R Soeharso Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan tinjauan crossectional terdiri dari 2 kelompok sampel bebas, yaitu kelompok Chlorhexidine Gluconate-Alkihol 70%, Povidon Iodine 10% (CAP) dan kelompok kedua Chlorhexidine Gluconate- Povidon Iodine 10% (CP). Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, dengan besar sample sebanyak 60. Hasil penelitian ini menunjukan kombinasi antiseptikchlorhexidine Gluconate Povidon Iodine 10% (CP3) ataupun kombinasi antiseptic Chlorhexidine Gluconate-Alkihol 70%, Povidon Iodine 10% (CAP3) 1 jam setelah operasi berlangsung lebih efektif kombinasi antiseptic Chlorhexidine Gluconate- Povidon Iodine 10% (CP) dalam menurunkan jumlah kuman pada kulit medan operasi fraktur tertutup simple elektif.