1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX. Bursa Efek Indonesia berpusat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan Niaga Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bursa Efek Indonesia untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut
2 adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai beberapa jenis indeks, ditambah dengan sepuluh jenis indeks sektoral, indeks-indeks tersebut adalah : 1. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks. 2. Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar. 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. 4. Indeks IDX30, menggunakan 30 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. 5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas. 6. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam sektor yang sama. 7. Jakarta Islamic Index, menggunakan 30 saham terpilih yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (Kini OJK). 8. Indeks Bursa Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI)), yang menggunakan semua saham yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (kini OJK). 9. Indeks Bisnis-27, menggunakan 27 saham terpilih bekerja sama dengan Harian Bisnis Indonesia.
3 10. Indeks Pefindo25, menggunakan 25 saham terpilih bekerja sama dengan Pefindo. 11. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 saham terpilih yang menerapkan prinsip tata kelola yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan, bekerjasama dengan Yayasan KEHATI. 12. Indeks SMinfra18, menggunakan 18 saham terpilih yang bergerak dalam bidang infrastruktur dan penunjangnya, bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). 13. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. BEI memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal (go public) bagi perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan Efek saham melalui prosedur IPO atau efek utang. Go public adalah dimana suatu perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamsahamnya kepada masyarakat pemodal.
4 Pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, pasar akan merespon positif melalui peningkatan saham, jika kondisi keuangan perusahaan baik (Alwi, 2003:11). Perusahaan yang telah terdaftar sebagai perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia diharuskan untuk memenuhi segala kewajiban-kewajiban yang telah sebelumnya disepakati secara bersama oleh pihak pasar modal dan pihak emiten yang terdaftar. Perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan go public tidak mampu memenuhi keawajiban yang telah disepakati, maka perusahaan dapat terancam di delisting melalui Bursa Efek Indonesia. Pencabutan hak sebagai perusahaan go public dikarenakan perusahaan tidak mampu memenuh kewajiban sebagai perusahaan go public seperti melaporkan kinerja keuangan dengan baik, harga saham yang membaik. Beberapa perusahaan properti yang telah di delesting oleh Bursa Efek Indonesia dari 2010-2013 sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar perusahaan publik yang dikeluarkan (delisting ) dari Bursa Efek Indonesia No. Kode Nama Tanggal Tanggal Penghapusan Pencatatan (delisting) (IPO) 1 PTRA New Century Development Tbk 28/Mar/1994 24/Jan/2011 2 SIIP Suryainti Permata Tbk 8/Jan/1998 28/Feb/2012 3 PWSI Panca Wirasakti Tbk 10/Mar/1994 17/May/2013 Sumber : www.sahamok.com/emiten/saham-delisting (diakses tanggal 27/11/15) Perusahaan delisted merupakan indikator perusahaan bangkrut di pasar modal. Bagi investor, perusahaan yang sudah di delisted adalah identik dengan
5 kebangkrutan, karna mereka sudah tidak bisa lagi investasi di perusahaan tersebut. Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Weston and Copeland (1992) dalam Rantelino et al, (2015) mengemukakan kebangkrutan diartika sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kabangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti : a. Kebangkrutan Ekonomi (economic failure), dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, hal ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada kewajiban. Kegagal terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari pada biaya modal perusahaan. b. Kegagalan keuangan (financial failure), biasa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan dasar saham. Tyas (2009), mengemukakan setiap perusahaan tidak ingin mengalami kebangkrutan khususnya perusahaan yang berada pada sektor properti sebab sektor
6 tersebut merupakan indikator perekonomian nasional. Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan metode analisa Altman Z-score dapat dijadikan salah satu alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Kebangkrutan bukan hanya menjadi beban perusahaan tetapi juga bagi para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Indikasi kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dan ditelusuri dari laporan keuangan perusahaan. Dalam menganalisa laporan keuangan, terdapat beberapa rasio-rasio keuangan yang perlu diperhatikan untuk mengetahui keadaan perusahaan. Weston and Copeland (2010:228) mengemukakan bahwa Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Rasio Altman meliputi, yaitu rasio net working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and tax to total asset, book value of equity to book value of total liabilities. Rasio keuangan tersebut mengalami perombakan sebanyak tiga kali sehingga model yang dihasilkan diberi kode Z-score. Model Altman yang ketiga ini telah dilakukan pada perusahaan yang berada di negara berkembang, pada perusahaan publik dan non publik, pada berbagai jenis ukuran perusahaan, semua jenis perusahaan yang berbeda-beda pada semua industry telah diterapkan pada perusahaan non manufaktur.
7 Fatmawati dalam Savitri (2012) mengemukakan bahwa metode Zmijewski memiliki nilai lebih akurat dibandingkan dengan metode Altman dan Springate, hal ini disebabkan karena metode Zmijewski lebih menekankan besarnya hutang dalam memprediksi delisting. Fanny dan Saputra dalam Savitri (2012) mengemukakan bahwa metode Altman (Z Score dan Z Score) mempengaruhi ketepan pemberian opini audit. Hal ini terjadi karena pertumbuhan asset perusahaan tidak diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba serta meningkatkan saldo labanya. Metode Altman memiliki keakuratan 70% pada prediksi kebangkrutan perusahaan untuk dua tahun sebelumnya dan 95% untuk periode satu tahun sebelumnya oleh karena itu dalam penelitia ini menggunakan metode Altman. Tujuan dari analisa ini adalah untuk dapat memberikan gambaran bagi manajemen perusahaan eksternal maupun internal perusahaan agar dapat terus bertahan dalam persaingan bisnis yang terus berkembang. Untuk itu penulis ingin melakukan penelitian tentang Analisis prediksi kebangkrutan perusahaan bergerak dibidang property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
8 B. Rumusan masalah penelitian Berdasarkan fakta-fakta dan fenomena yang berkembang pada sektor properti, peneliti tertarik menjadikan perusahaan sektor properti sebagai objek penelitian ini. Metode Altman digunakan sebagai salah satu alternative untuk memprediksi kebangkrutan, sehingga diharapkan dapat memberikan peringatan kepada perusahaan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa tingkat akurasi atau ketepatan pada metode Altman dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013? 2. Apakah metode Springate lebih baik dari metode Altmant dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?
9 C. Tujuan dan Kontribusi Peneliatian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, tujuan peneliti ini adalah untuk : a. Untuk memprediksi tingkat akurasi atau ketepatan pada metode Altman dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013. b. Untuk memprediksi tingkat akurasi atau ketepatan pada metode Springate dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013. 2. Kontribusi Penelitian Secara umum, adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain: a. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam bidang analisis kebangkrutan dan bidang
10 lainnya. Selain itu, peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bahan masukan dan referensi bagi berbagai pihak. b. Bagi perusahaan property Dapat dijadikan sebagai peringatan agar perusahaan dapat segera melakukan tindakan korektif untuk kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. c. Kreditor dan investor Dapat dijadikan sebagai analisa dasar sebelum memutuskan untuk berinvestasi dan bahan pertimbangan untuk melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap kemungkinan terburuk sebelum pengambilan keputusan. d. Bagi pihak lain Sebagai bahan referensi untuk karya ilmiah atau penelitian yang dilakukan selanjutnya.