BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. bahkan terjadi gagal ginjal. Jika tidak diobati, penyakit ginjal bisa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun


BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Dengan prevalensi 15% di negara berkembang, dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of disease, penyakit gagal ginjal kronik menduduki tempat ke 27 penyakit penyebab kematian didunia (dengan kematian 15,7 per 100.000), namun pada tahun 2010 naik menjadi peringkat 18 (dengan angka kematian 16,3 (1) (2) per 100.000) dan diperkirakan angkanya dapat terus meningkat. Data dari Indonesia berdasarkan Indonesia Renal Registry (IRR) adanya peningkatan jumlah pasien PGK stadium akhir dari 15.353 orang pada tahun 2011 menjadi 19.621 orang pada tahun 2012, sedangkan di Sumatera Barat sendiri PGK stadium akhir dilaporkan 199 orang pada tahun 2012. (3) Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat kronis, menetap dan progresif, ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit per 1,73 m 2 area permukaan tubuh dan setidaknya telah berlangsung selama 3 bulan. Pasien gagal ginjal kronik (PGK) yang memerlukan dialisis adalah pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit. Penurunan fungsi ginjal ini akan dapat digantikan 1

dengan 3 cara utama yaitu hemodialisis (HD), continious ambulatory (1) (2) peritoneal dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal. Penyakit ginjal kronik akan menyebabkan kegagalan ginjal dalam mengekskresi sisa metabolisme sehingga akan terjadi akumulasi dari toksin uremik. Hal ini berkaitan dengan kesakitan dan kematian pada (2) (4) pasien. Pasien PGK ini akan memiliki risiko mengalami disfungsi kognitif. Kognitif merupakan proses mental dari penerimaan pengetahuan dengan menggunakan alasan, persepsi dan aktifitas sehari hari dari hal yang sederhana hingga hal yang komplek. Fungsi kognitif yang mengalami defisit antara lain fungsi memori, penurunan kecepatan memproses informasi, kesulitan dalam fungsi perencanaan, perubahan atensi, disabilitas motorik maupun defisit fungsi verbal. Prevalensi gangguan kognitif pada populasi umum sekitar 6,6% terutama pada usia >55 tahun, sedangkan prevalensinya pada pasien PGK yang menjalani dialisis mencapai 16-38%, dan pada usia yang lebih lanjut > 75 tahun risikonya akan meningkat hingga 30 55 %. Gangguan fungsi kognitif ini berkaitan dengan meningkatnya risiko mortalitas dan menurunnya kualitas hidup (5) (6) (7) (8) (9) penderita. Penelitian yang dilakukan Murray dkk(2006) terhadap 374 pasien hemodialisa yang berusia 55 tahun keatas, 37% pasien tersebut menunjukkan terdapat gangguan kognitif. (10) 2

Penelitian lainnya yang dilakukan Fadili dkk (2012) terhadap 118 orang pasien yang menjalani hemodialisis selama kurang lebih setahun dan berusia diatas > 50 tahun. Dilakukan penilaian fungsi kognitif dengan menggunakan MMSE, yang ditanyakan pada pasien dalam 4 jam pertama hemodialisis. Hasilnya menunjukkan terdapat 25% pasien memiliki gangguan kognitif. (11) Gangguan kognitif yang terjadi berkaitan dengantingkat keparahan dari penyakit ginjalnya sendiri meskipun mekanismenya belum terlalu jelas. Namun adanya toksin uremik berperan secara langsung dalam penurunan fungsi kognitif. (6) Gangguan kognitif adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. (12) Disamping toksin uremik, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi gangguan kognitif diantaranya adalah :usia, jenis kelamin, ras, genetik, tekanan darah, payah jantung, aritmia jantung, diabetes melitus, kadar lipid dan kolesterol, fungsi tiroid, obesitas, nutrisi, alkohol, merokok, trauma. (13) Penyakit kardiovaskularlah yang memiliki pengaruh cukup besar dalam meningkatkan risiko gangguan kognitif, dimana dikenal dengan gangguan kognitif vaskular. Prevalensi gangguan kognitif vaskular di eropa pada usia antara 65 69 adalah 2,2 hingga 16,3% dan prevalensi ini meningkat dua kali lipat setiap 5,3 tahun. Di US prevalensinya 3,9 hingga 19,1 %. (14) 3

Meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada pasien PGK akibat penurunan fungsi kognitif dihubungkan dengan toksin uremik. Pada tahun 2013 European Uremic Toxin Work Group menemukan terdapat lebih dari 90 komponen toksin uremik pada pasien dialisis. Adapun diantara toksin uremik tersebut adalah Methylglyoxal(MG), Advanced Glycation End Products (AGEs) berkaitan dengan fungsi kognitif. (15) (16) Methylglyoxalmerupakan salah satu toksin uremik yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien PGK, sehingga penurunan fungsi ginjal akan menyebabkan retensi MG yang akan memperburuk fungsi kognitif pasien PGK. Akumulasi MG ini dapat diturunkan dengan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis (HD), Continious Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), maupun tranplantasi ginjal. (15) Penelitian Huang dkk(2012) yang melakukan percobaan terhadap tikus terlihat bahwa terdapat gangguan kognitif berhubungan dengan diabetes dalam hal ini peninggian kadar methylglyoxal. (17) Penelitian yang dilakukan oleh Lisowka (2014) dalam menilai kadar AGEs (terbentuk dari hasil ikatan MG dengan protein) pada pasien PGK terlihat pada PGK ringan yang belum ada indikasi HD terjadi peningkatan AGEs 5X normal, dan PGK yang menjalani PD peningkatan AGEs 18X normal, sedangkan PGK yang menjalani HD terjadi peningkatan AGEs hingga 40X normal. (18) Methylglyoxal dapat bereaksi dengan protein lisin dan arginin sehingga akan membentuk AGEs, dimana AGEs ini yang akan 4

menyebabkan gangguan kognitif karena sifatnya yang dapat memicu apoptosis neuron. Beberapa penelitian yang membandingkan fungsi kognitif pada pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis dan yang tidak menjalani hemodialisis (populasi umum), seperti yang dilakukan oleh Odagiri dkk (2011). Penelitian dilakukan terhadap pasien hemodialisis, dimana 18,8% mengalami gangguan kognitif, prevalensi gangguan kognitif lebih tinggi pada hemodialisis dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 6,6%. (19) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan frekwensi atau dosis dialisis dapat pada pasien hemodialisis berpengaruh dengan fungsi kognitif yang lebih buruk. (7) Gangguan kognitif pada pasien ESRD ini dikaitkan dengan uremik yang diantaranya disebabkan adanya methylglyoxal (MG) sebagai advanced glycation end product (AGEs). MG merupakan agen glikatif yang dapat mencetuskan apoptosis pada neuron, sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan saraf. (20) Sebuah studi pada tahun 2011 yang meneliti gambaran kadar MG dan hubungannya dengan penurunan kognitif, dimana dari pada 267 pasien non-demensia yang dilakukan pemeriksaan kognitif dengan mini mental state examination (MMSE) terdapat hubungan yaitu adanya penurunan 0,36 MMSE setiap kenaikan 1 unit MG, yang artinya peningkatan kadar MG akan meningkatkan kejadian gangguan kognitif. (21) 5

Dengan dasar data diatas peneliti mencoba untuk mengetahui hubungan methylglyoxalterhadap perubahan fungsi kognitif pasien PGK yang menjalani HD sehingga dapat memberikan masukan dalam mengevaluasi gangguan kognitif pada pasien PGK sangat berkaitan dengan penatalaksanaannya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. 1.2 Identifikasi Masalah Adakah korelasi kadar methylglyoxal dengan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui korelasi kadar methylglyoxal dengan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui kadar methylglyoxal pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis b. Mengetahui fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis c. Mengetahui hubungan methylglyoxal terhadap gangguan kognitif pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis 6

1.4 Hipotesis Penelitian Terdapat korelasi positif kadar methylglyoxal dengan gangguan kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumbangan penelitiandalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh methylglyoxal terhadap fungsi kognitif pada pasien PGK yang menjalani HD. 2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam eliminasimethylglyoxal yang efisien. 7

1.6 Kerangka Konsep Gambar 1. Kerangka konseptual Kotak merah : variabel yang diteliti 8

Keterangan kerangka konseptual : Pasien gagal ginjal kronik akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), hal ini akan menyebabkan gangguan eliminasi berbagai hasil metabolisme yang pada akhirnya terjadi peningkatan berbagai toksin uremik didalam darah karena kegagalan ginjal untuk mengeliminasi berbagai toksin uremik tersebut. Toksin uremik tersebut termasuk didalamnya methylglyoxal, dimana jenis toksin uremik ini bersifat reaktif dengan protein jenis lisin dan arginin yang akan membentuk advanced glycation end products (AGEs), AGEs ini yang akan menyebabkan apoptosis neuron sehingga akan terjadi gangguan kognitif pada pasien PGK. 9