BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian teori ini akan dibahas tentang definisi pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

11 juga bertujuan supaya siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan. Kerjasama merupakan proses sosialisasi yang paling ban

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup hal pengertian belajar, hakikat kegiatan belajar mengajar, dan hakikat IPA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

`BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

496 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2000:26). Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri. waktu yang relatif lama (Sugiyo, 2000:26).

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori, penulis membahas tentang model pembelajaran role playing, hasil belajar, dan ilmu pengetahuan alam (IPA). Yang pertama tentang model pembelajaran role playing yang meliputi pengertian model, langkah pembelajaran, serta kelemahan dan kelebihan model. Yang kedua hasil belajar yang meliputi pengertian belajar, pengertian hasil belajar, jenis-jenis hasil belajar, dan tes hasil belajar. Yang ketiga ilmu pengetahuan alam yang meliputi pengertian belajar dan tujuan pembelajaran IPA. 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing Dalam sub bab ini menjelaskan tentang pengertian model pembelajaran role playing, langkah-langkah pembelajaran, serta kelebihan dan kelemahan model pembelajaran role playing. 2.1.1.1 Pengertian Menurut Uno (2008) model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Sedangkan Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa model pembelajaran role playing adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Selain itu model pembelajaran role playing merupakan salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi 6

Sedangkan menurut Zaini (2007) model pembelajaran role playing adalah suatu aktifitas pembelajaran yang terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Berdasarkan definisi-definisi diatas maka disimpulkan bahwa model pembelajaran role playing adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam bentuk drama untuk meningkatkan pemahaman materi pembelajaran. 2.1.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Uno (2008) prosedur pembelajaran role playing terdiri dari 9 langkah, yaitu : 1. Pemanasan, pada langkah ini guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. 2. Memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. 3. Menata panggung, dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. 4. Menyiapkan pengamat permainan peran (observer) 5. Permainan peran dimulai. 6. Guru bersama siswa mendiskusikan permainan yang telah mereka mainkan dan melakukan evaluasi terhadap peren-peran yang dilakukan. 7. Permainan peran diulang, jika pada permainan pertama masih dijumpai banyak kekurangan, atau jika siswa belum mengerti. 8. Diskusi dan evaluasi permainan yang ke-2. 9. Membuat kesimpulan dari hasil permainan peran. 2.1.1.3 Kelebihan dan Kelemahan antara lain: Menurut Wahab (2007:109) kelemahan model pembelajaran role playing 7

1. Jika siswa tidak dipersiapkan secara baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sunguguh-sungguh. 2. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung. 3. Bermain peran tidak selamanya menuju arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan. 4. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik, khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya. 5. Bermain membutuhkan waktu yang banyak/lama. 6. Untuk lancarnya bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal hingga bekerjasama dengan baik. Kelebihan model pembelajaran role playing sebagaimana dijelaskan adalah: 1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan. 2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. 3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. 4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 2.1.2 Hasil Belajar Dalam sub bab ini menjelaskan tentang pengertian belajar, pengertian hasil belajar dan jenis-jenis hasil belajar. 8

2.1.2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar bisa terjadi secara formal maupun informal. Kegiatan belajar akan menghasilkan hasil belajar sehingga hasil belajar seseorang perlu adanya peningkatan. Menurut Gage, belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman (Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari,2012). Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon (Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari,2012). Menurut Robert M Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar (Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari,2012). Sudjana (2006) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu belajar. Berdasarkan beberapa difinisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. 2.1.2.2 Tujuan Belajar Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Menurut Sunhaji (2009) Tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu : 1. Untuk mendapatkan pengetahuan 9

Untuk hal ini, ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain,tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan. Sebaliknya, Kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam kegiatan belajar. 2. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep juga memerlukan keterampilan. Keterampilan dapat bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampialanketerampilan yang dapat dilihat dan diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani menyakngkut tentang penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. 3. Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak hanya pengajar tetapi betulbetul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. 2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar Setelah individu mengalami proses belajar, maka akan memperoleh hasil dari proses belajar. Ada beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut: Menurut Hamalik (2003) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,2009). 10

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. 2.1.2.4 Jenis-jenis Hasil Belajar Bloom dkk dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010) membagi hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. 1. Ranah Kognitif Indikator ranah kognitif mencakup : a. Ingatan atau pengetahuan (knowlege) yaitu kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari. b. Pemahaman (comprehension) yaitu menangkap pengertian, menterjemahkan dan menafsirkan. c. Penerapan (application) yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. d. Analisis (analisys) yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan. e. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan bagian terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan sebagainya. f. Penilaian (evaluation) yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang di dasarkan oleh suatu kriteria. 11

2. Ranah Afektif Indikator ranah afektif mencakup : a. Penerimaan (receiving) yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu perangsang. b. Penanggapan (responding) yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukkan kesenangan, memberikan tanggapan secara sukarela. c. Penghargaan (valluing) yaitu kepeka tanggapan terhadap nilai atau suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen. d. Pengorganisasian (organization) yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan membangun sistem nilai, serta mengkonseptualisasikan suatu nilai. e. Pengkarakterisasian (characterization) yaitu proses afeksi dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional. 3. Ranah Psikomotor Indikator ranah psikomotor mencakup : a. Persepsi (perception) yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas gerak. b. Kesiapan (set) yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan. c. Respon terbimbing (guiderespons), yaitu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertujukkan kemudian coba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak. d. Mekanisme (mechanism), yaitu gerak penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir. 12

e. Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi. f. Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis. g. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreatifitas. Dari ketiga jenis hasil belajar yang telah dijelaskan diatas, peneliti hanya menekankan pada ranah kognitif saja, karena tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan evaluasi tes pilihan ganda dan isian singkat. 2.1.2.5 Tes Hasil Belajar Menurut Anas Sudijono (2011:67) tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintahperintah yang harus dikerjakan, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai dapat di bandingkan dengan nilai standar tertentu. Menurut Djemari Mardapi (2008:68) tujuan tes yang paling penting adalah:1) Mengetahui tingkat kemampuan siswa, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, 3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, 4) mengetahui hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil belajar siswa, 6) mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Menurut Tri Widiarto dan Sunardi (2012:60) tes adalah instrumen jenis alat pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran, sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus mempunyai dua kriteria, Yang pertama kriteria validitas yaitu 13

mengukur tingkat pemahaman siswa tentang materi A bukan soal-soal yang berisi tentang materi B, yang kedua kriteria reliabilitas yaitu jika tes tersebut dapat dapat menghasilkan informasi yang konsisten, misalnya jika instrumen tes diberikan kepada sekelompok siswa, kemudian diberikan lagi pada sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama. Menurut Ngalim Purwanto (2010:33) tes hasil belajar adalah achievement test ialah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Di dalam pendidikan terdapat bermacammacam alat penilaian yang dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar siswa. Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarkan dan tes buatan guru sendiri 2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam sub bab ini menjelaskan tentang pengertian IPA dan tujuan pembelajaran IPA. 2.1.3.1 Hakekat IPA Menurut Hendro Darmojo (1992) dalam Usman Samatowa, (2010:2-3) ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Sedangkan menurut Nash (1993) dalam Usman Samatowa, (2010:2-3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam, dan juga cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia, hal ini dikemukakan oleh Powler dalam Winaputra (1992) bahwa IPA 14

merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperime atau sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten (Usman samatowa, 2010:3). Guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada beberapa alasan yang menyebabkan IPA dimasukkan ke dalam kurikulum. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu : 1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. 2. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, makan IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. 3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, 4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. 2.1.3.2 Pembelajaran IPA Menurut Usman Samatowa (2010:5-6) IPA merupakan disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat mempunyai pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk siswa, oleh karena struktur kognitif siswa tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, padahal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Ilmu pengetahuan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA siswa dan guru harus tetap bersikap sceptis sehingga kita selalu siap memodifikasi 15

model-model yang kita punya tentang alam ini sejalan dengan penemuanpenemuan baru yang kita dapatkan. Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran perlu diajarkan disekolah dasar. Demikian pula halnya dengan guru IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di sekolah dasar, dan harus tau benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat diperoleh dari pelajaran IPA 2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi siswa. Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah dasar dan MI bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2012). Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. 16

2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Rini Astuti (2012) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Organ Peredaran Darah pada Manusia di Kelas V SD Negeri No.112294 Kanopan Ulu Tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai pra siklus dari 25 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 58, dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 32% dan ketidaktuntasan belajar siswa sebesar 68%. Berdasarkan hasil analisis data, setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus 1 terdapat 17 orang (68%) dari 25 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 66,4. Pada siklus 2 terdapat 22 orang (88%) dari 25 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 74. Dari sikus 1 ke siklus 2 diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22 orang siswa (88%) dan nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 7,6. Dapat disimpulkan bahwa Model role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Wusniati (2012) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kegiatan Ekonomi dalam Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN 2 Suntenjaya. Berdasarkan hasil penelitian tinadakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kels siklus I yaitu 47,83 meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas yaitu 77,17. 2.3 Kerangka Berfikir Pembelajaran IPA yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi melalui ceramah dan siswa hanya mendengarkan saja. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Role playing merupakan model yang dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Tes formatif yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berikut ini bagan kerangka berfikir yang 17

menggambarkan model pembelajaran role playing yang berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA Model Pembelajaran Role Playing Pembelajaran Konvensional 1. Pemanasan menyampaikan materi menggunakan metode ceramah 2. Memilih Partisipan 3. Menyiapkan Pengamat siswa hanya mendengar saja 4. Menata Panggung Tes formatif 5. Memainkan Peran Hasil Belajar siswa rendah 6. Diskusi & Evaluasi Permainan 7. Kesimpulan Tes Formatif Hasil Belajar siswa Meningkat 18

2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan bahwa penggunaan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Bringin 01 Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. 19