PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG AREN DAN MIKROORGANISME LOKAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) Ircham Riyadi 1, Bambang Pujiasmanto 2, dan Pardono 3 1 Mahasiswa Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS 3 Dosen Pembimbing II Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS ( e-mail: iink_1986@yahoo.co.id ) ABSTRAK - Kondisi Lahan pertanian di Indonesia semakin mengalami degradasi karena penggunaan pupuk kimia terus menerus yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Upaya perbaikan kualitas lahan pertanian perlu dilakukan untuk terus mendukung ketersediaan dan keberlanjutan pertanian di indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi nutrisi organik yang berasal dari limbah organik dan mikroorganisme lokal yang dapat meningkatkan hasil tanaman cabai. Penelitian dilaksanakan mulai bulan juli 2013 sampai bulan November 2013 di Dukuh Pangempon, Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan dengan penambahan nutrisi pengaya pupuk memberikan pengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman, berat cabai, panjang cabai, jumlah cabai, berat brangkasan segar dan berat brangkasan kering. Pemberian nutrisi pengaya kotoran sapi memberikan rata-rata pertumbuhan tertinggi pada tinggi tanaman sebesar 73,55 cm. Kata kunci : pupuk organik,mikroorganisme loka, nutrisi organik. PENDAHULUAN Kondisi Lahan pertanian di Indonesia semakin mengalami degradasi karena penggunaan pupuk kimia terus menerus yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Hal ini menyebabkan produktivitas lahan pertanian semakin lama semakin menurun. Upaya perbaikan kualitas lahan pertanian perlu dilakukan untuk terus mendukung ketersediaan dan keberlanjutan pertanian di Indonesia, salah satunya adalah tanaman cabai yang menjadi komoditas penting di Indonesia. Permintaan komoditas cabai cenderung meningkat, karena selain untuk memenuhi kebutuhan industri 21 pengolahan makanan, obat-obatan juga untuk ekspor baik berupa cabai segar, cabai kering dan produk cabai olahan lainnya. Dalam melaksanakan budidaya cabai perlu biaya yang cukup mahal. Maka perlu dicarikan alternatif budidaya yang yang relatif murah, salah satunya dengan pemanfaatan limbah untuk pembuatan pupuk organik guna menunjang budidaya pertanian cabai, Dengan pemupukan yang efektif yaitu pemupukan yang berfungsi menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sedikit didalam tanah, dampak pemupukan yang efektif akan terlihat pada pertumbuhan tanaman yang
optimal dan keuntungan usaha tani yang naik dengan signifikan. (Dariman, 2006) Limbah tepung aren merupakan limbah dari industri pengolahan tepung aren yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman, apabila diproses dengan baik menjadi pupuk organik dan ditambah dengan MOL (mikroorganisme lokal) yang mengandung mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi dan membantu dalam proses pertumbuhan tanaman. Pupuk organik dari limbah aren dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman cabai sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2013 sampai bulan November 2013 di Dukuh Pangempon, Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat ± 950 m dpl dan menggunakan jenis tanah Andosol. B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Benih cabai varietas TM 99, tanah, pupuk kandang sapi, kapur dolomit, bekatul, Em4, rumen sapi, mol dari buah. 2. Alat Alat yang digunakan antara lain: Polibag ukuran diameter 50 cm, timbangan, oven, kertas label, alat tulis, gunting, Plastik, cangkul, penggaris. C. Cara Kerja Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial. Penelitian terdiri atas dua faktor perlakuan sebagai berikut : a. Faktor pertama yaitu Penggunaan mikroorganisme (M) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu : M1: Mikroorganisme dari buah M2: Mikroorganisme dari EM4 M3: Mikroorganisme dari rumen sapi b. Faktor kedua yaitu Pemberian pengaya nutrisi pupuk (P) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : P0: Tanpa pemberian pengaya pupuk P1: Pengaya dengan kapur dolomit P2: Pengaya dengan kotoran sapi P3: Pengaya dengan bekatul Masing-masing kombinasi perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 sampel percobaan. D. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Annova) 22
dengan uji f taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil analisis ragam pertumbuhan tanaman cabai menunjukkan bahwa pemberian MOL (mikro organisme lokal) dan pengaya secara umum menunjukkan adanya interaksi antara kedua faktor perlakuan. Pemberian nutrisi pengaya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang cabai, berat cabai, jumlah cabai, berat brangkasan segar dan berat brangkasan kering tanaman cabai. A. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang mudah dilihat (Sitompul dan Guritno, 1995). Tinggi tanaman dapat dijadikan sebagai salah satu indikator pertumbuhan tanaman cabai. Menurut Sutanto (2002), pertumbuhan dapat dicirikan dengan penambahan tinggi suatu tanaman atau penambahan panjang dari bagian tanaman. Pertumbuhan pada meristem ujung menghasilkan sel-sel baru di ujung sehingga mengakibatkan tanaman bertambah tinggi dan panjang. Tabel 1. Pengaruh pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren terhadap tinggi tanaman cabai Nutrisi pengaya pupuk Rerata tinggi tanaman (cm) 61,55 a 62,11 a 73,55 b 70,88 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada DMRT pada taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pengaya pupuk limbah aren berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman cabai, pemberian nutrisi pengaya kotoran sapi menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 73,55 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah dihasilkan pada perlakuan pupuk tanpa pengaya yaitu sebesar 61,55 cm. Pada perlakuan pemberian pupuk limbah aren dengan nutrisi pengaya kotoran sapi menghasilkan tinggi tanaman tertinggi dikarenakan pupuk dengan pengaya kotoran sapi memiliki kandungan N tertinggi dan C/N ratio terendah dibanding perlakuan lainnya. Menurut Mengel dan kirby (1982) tanaman memerlukan unsur N dan P untuk dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan baik dan merangsang pertumbuhan vegetatif, 23
pemberian pupuk N ke tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Atterde et al, 2003). B. Panjang Cabai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL dan nutrisi pengaya berbeda nyata terhadap panjang cabai. Tabel 2. Pengaruh pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren terhadap panjang cabai Nutrisi pengaya pupuk Panjang cabai (cm) 6,95 a 7,84 a 9,96 b 10,91 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada DMRT pada taraf 5%. Tabel 2. Menunjukkan bahwa pengaya memberikan hasil yang nyata terhadap panjang cabai. Hal ini diduga karena perlakuan dengan pemberian MOL dan pengaya bekatul dapat meningkatkan kandungan P pupuk. Menurut Sumarni et al. (2012) Unsur hara P berperan dalam proses fotosintesis, penggunaan gula dan pati serta transfer energi sehingga pada tanaman yang diberi unsur hara P akan meningkatkan produksi tanaman dan hasil buahnya menjadi semakin besar dan panjang. Perlakuan pemberian pupuk dengan pengaya bekatul memberikan hasil tertinggi yaitu sebesar 10,91 cm, kotoran sapi sebesar 9,96 cm, kapur dolomit sebesar 7,84 cm dan perlakuan tanpa pengaya menghasilkan panjang cabai terendah yaitu sebesar 6,95 cm. C. Berat Cabai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL pada pupuk limbah aren tidak berbeda nyata terhadap hasil berat cabai. Sedangkan perlakuan pemberian nutrisi pengaya memberikan hasil berbeda nyata terhadap hasil berat cabai. Tabel 3. Pengaruh pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren terhadap berat cabai Nutrisi pengaya pupuk Rerata berat cabai (gram) 14,22 a 16,01 b 18,80 c 19,66 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada DMRT pada taraf 5%. Tabel 3. Menunjukkan bahwa pengaya memberikan pengaruh nyata terhadap berat cabai. Perlakuan pemberian pupuk dengan pengaya bekatul memberikan hasil yang tertinggi yaitu sebesar 19,66 gram, perlakuan kotoran sapi menghasilkan 18,80 gram, perlakuan dengan kapur dolomit 16,01 gram dan perlakuan tanpa pengaya menghasilkan berat cabai terendah yaitu sebesar 14,22 gram. Pada perlakuan pupuk limbah aren yang diberi MOL dan tambahan nutrisi pengaya bekatul menghasilkan pupuk dengan kandungan P tinggi. Mikroorganisme dapat berkembang dengan baik dengan mendapat makanan yang berasal dari bekatul dan proses dekomposisi dapat berjalan dengan baik. 24
Menurut Gardener et al. (1985) bahwa unsur P diperlukan sebagai transfer energi ADP, ATP, Nad dan NADH, sehingga proses transfer energi dan metabolisme berjalan dengan lancar dan tanaman dapat meningkatkan produksinya dan jumlah buah dan berat buat menjadi meningkat. Unsur N diperlukan untuk proses metabolisme dimana unsur N sebagai protein fungsional sekaligus merangsang pertumbuhan, kekurangan unsur N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel (Sumiati dan Gunawan, 2007). D. Jumlah Cabai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL pada pupuk limbah aren tidak berbeda nyata terhadap hasil jumlah cabai, sedangkan perlakuan pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren berbeda nyata terhadap jumlah cabai. Tabel 4. Pengaruh pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren terhadap jumlah cabai Nutrisi pengaya pupuk Rerata jumlah cabai 9,77 a 12,11 a 16,33 b 18,22 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada DMRT pada taraf 5%. Tabel 4. Menunjukkan bahwa pengaya berbeda nyata dengan jumlah cabai. Perlakuan dengan pengaya bekatul memberikan hasil jumlah cabai terbanyak yaitu 18,22 buah, perlakuan dengan pengaya kotoran sapi menghasilkan 16,33 buah. Perlakuan dengan pengaya kapur dolomit menghasilkan 12,11 buah dan perlakuan tanpa pengaya menghasilkan jumlah cabai terendah yaitu 9,77 buah. Pada perlakuan pupuk limbah aren dan pengaya bekatul memiliki kandungan unsur P tinggi, sehingga proses fotosintesis dan metabolismenya menjadi lancar, menurut Allen dan Mallarino (2006) unsur P merupakan salah satu unsur hara esensial yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan hasil, apabila kebutuhan unsur P tanaman terpenuhi maka tanaman akan menghasilkan buah yang banyak dan berkualitas. E. Berat Brangkasan Segar Tanaman Berat brangkasan segar menunjukkan tingkat serapan air dan unsur hara oleh tanaman untuk metabolisme. Dwijoseputro (1980) menyatakan bahwa berat brangkasan segar tanaman dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan unsur hara yang ada dalam sel-sel jaringan. Semakin tinggi serapan air dan unsur hara maka berat brangkasan segar akan semakin meningkat. Tabel 5. Pengaruh pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren terhadap berat brangkasan segar tanaman cabai Nutrisi pengaya pupuk rerata brangkasan segar (gram) 249,00 a 298,33 b 359,44 c 345,44 c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada DMRT pada taraf 5%. 25
Tabel 5. Menunjukkan bahwa pengaya berpengaruh nyata terhadap berat brangkasan segar tanaman cabai. Pada pengaya kotoran sapi memberikan hasil tertinggi yaitu 359,44 gram, perlakuan dengan pengaya bekatul memberikan hasil 345,44 gram, perlakuan dengan pengaya kapur dolomit sebesar 298,33 gram dan perlakuan tanpa pengaya memberikan hasil terendah yaitu 249 gram. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian nutisi pengaya pupuk limbah aren berpengaruh nyata terhadap berat brangkasan segar tanaman cabai. Berat brangkasan segar paling besar pada perlakuan pemberian pengaya kotoran sapi sebesar 359,44 gram. Unsur P dan N diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan pembuahan (Liferdi et al, 2008). mampu memacu pertumbuhan tanaman, serapan air dan unsur hara yang tinggi mengakibatkan berat brangkasan segar tanaman semakin meningkat. F. Berat Brangkasan Kering Tanaman Berat brangkasan segar tanaman mempengaruhi berat brangkasan kering tanaman. Apabila berat brangkasan segar tanaman rendah maka berat brangkasan kering tanaman yang dihasilkan semakin rendah. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), pengeringan bahan bertujuan untuk menghilangkan semua kandungan air bahan, dilakukan pada suhu yang relatif tinggi selama jangka waktu tertentu sampai mencapai berat kering yang konstan. Fitter dan Hay (1981) menyatakan bahwa 90% berat kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Unsur N dibutuhkan dalam pertumbuhan sebagai komponen pembentukan molekul klorofil, asam amino, enzim, koenzim, vitamin dan hormon (Poerwanto, 2003). Proses fotosintesis yang terhambat akan menyebabkan rendahnya berat brangkasan kering tanaman. Tabel 6. Pengaruh pemberian nutrisi pengaya pupuk limbah aren terhadap berat brangkasan kering tanaman cabai Nutrisi pengaya pupuk Berat brangkasan kering (gram) 47,00 a 62,77 b 76,22 c 72,88 c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada DMRT pada taraf 5%. Tabel 6. Menunjukkan bahwa pengaya berpengaruh nyata terhadap berat brangkasan kering tanaman cabai. Pada pengaya kotoran sapi memberikan hasil tertinggi sebesar 76,22 gram, dan perlakuan tanpa pengaya menghasilkan berat brangkasan kering terendah yaitu 47 gram. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pengaya nutrisi pupuk limbah aren berpengaruh nyata terhadap berat brangkasan kering tanaman cabai. Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pengaya kotoran sapi menghasilkan berat 26
brangkasan kering tertinggi sebesar 76,22 gram. Hal ini disebabkan pupuk kandang sapi mampu memacu pertumbuhan tanaman. Serapan air dan unsur hara yang tinggi mengakibatkan berat brangkasan kering tanaman juga semakin meningkat. Pujisiswanto dan Pangaribuan (2008) menyatakan bahwa bahan organik dapat memperbaiki sifat fisika tanah melalui peningkatan kemampuan menahan air. Bahan organik juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kelarutan unsur hara dalam tanah seperti unsurunsur hara N, P, dan K, sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman lebih tersedia dan fotosintesis akan meningkatkan sehingga berat brangkasan kering meningkat. brangkasan segar 359,44 gram dan brangkasan kering 76,22 gram 4. Pemberian nutrisi pengaya bekatul B. Saran memberikan rata-rata hasil tertinggi pada berat cabai sebesar 19,66 gram, panjang cabai 10,91 cm dan jumlah cabai 18,22 buah. Saran yang dapat penulis berikan pada penelitian selanjutnya adalah: 1. Perlunya pemanfaatan limbah pengolahan aren untuk pupuk organik dengan MOL untuk meningkatkan hasil tanaman cabai. 2. Perlunya penelitian pemanfaatan limbah pengolahan aren untuk pupuk dengan berbagai MOL dan tambahan nutrisi pengaya lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah: 1. Limbah aren dapat diolah menjadi pupuk organik untuk budidaya cabai. 2. Perlakuan dengan penambahan nutrisi pengaya pupuk limbah aren dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat cabai, panjang cabai, jumlah cabai, berat brangkasan segar dan berat brangkasan kering. 3. Pemberian nutrisi pengaya kotoran sapi memberikan rata-rata pertumbuhan tertinggi pada tinggi tanaman sebesar 73,55 cm, berat DAFTAR PUSTAKA Allen, B.L and A.P Mallarino. 2006. Relationship between extracable soil phosphorus and phosphorus saturation after long term fertilizer and manure application. Soil Sci. Soc of Am. 70 : 454-563. Attarde, S.K, B.J jadhao, R.M. Adpawar and A.D Warade. 2003. Effect of nitrogen levels on growth and yield of turmeric. Journal of Spesies and Aromatic crops. 12(1): 77-79. Dariman. 2006. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik. http://dariman.com/pertanianberkelanjutan/pupuk-organik/. Diakses tanggal 13 januari 2012 Dwijoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta. Fitter, A.H dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L Mitchell.1985. Physiology of Crop plant. UI Press. Jakarta. Hlm. 455. 27
Liferdi, R.P. A.D. Susila, K. Idris dan I.W. Mangku. 2008. Korelasi kadar hara fosfor daun dengan produksi tanaman manggis. J Hort. 22(2): 285-294. Mengel, K and A.E. Kirby. 1982. Pirnciple of Plant Nutrition. International Potash Institute. Bern. 665p. Poerwanto, R. 2003. Bahan ajar budidaya buah-buahan. Dalam : Liferdi, L dan R. Poerwanto (penyunting). Korelasi konsentrasi hara nitrogen daun dengan kimia tanah dan produksi manggis. J Hort. 21(1): 14-23. Pujisiswanto, H dan D. Pangaribuan. 2008. Pengaruh dosis kompos pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi buah tomat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sumarni, N., R. Roslina dan Suwandi. 2012. Optimasi Jarak dan Pupuk NPK Untuk Produksi Bawang Merah dari Benih Umbi Mini di Dataran Tinggi. J. Hort. 22(2): 148-155 Sutanto. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta. 28