Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
Realisasi Saklar Lampu Otomatis

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. KAJIAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

III. METODE PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

SISTEM KONTROL RUANG OTOMATIS SEBAGAI PENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB III PERANCANGAN ALAT

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SENSOR KEHADIRAN ORANG SEBAGAI SAKLAR OTOMATIS SUATU RUANGAN

TAKARIR. perangkat yang digunakan untuk mengkondisikan udara. kumpulan fungsi-fungsi dalam pemrograman untuk mendukung proses pemrograman

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS DENGAN SENSOR CAHAYA BERBASIS MIKROKONTROLER

Optimalisasi Smart Relay Zelio sebagai Kontroler Lampu dan Pendingin Ruangan

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. monitoring daya listrik terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Rangkaian Iot Untuk Monitoring Daya Listrik

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

BAB III PERANCANGAN SISTEM KENDALI EXHAUST FAN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS DENGAN SENSOR CAHAYA BERBASIS MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

SISTEM KENDALI LAMPU RUMAH MENGGUNAKAN SMARTPHONE ANDROID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM OTOMATISASI PERANGKAT ELEKTRONIKA RUMAH BERBASIS ARDUINO

ALAT PENGONTROL LAMPU MENGGUNAKAN REMOTE TV UNIVERSAL

Rancang Bangun Saklar Lampu Otomatis dan Monitoring Suhu Rumah Menggunakan VB. Net dan Arduino

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. PERSEMBAHAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. KATA PENGANTAR...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Prototipe Alat Pengontrol Lampu Rumah Berbasis Android Dan Arduino UNO

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Sistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir. Berbasis Mikrokontroler ATmega : Ayudilah Triwahida Npm : : H. Imam Purwanto, S.Kom., MM.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN AKHIR MAHASISWA BACKUP POWER UNTUK MENGHIDUPKAN KIPAS ANGIN DAN MENGATUR INTENSITAS CAHAYA LAMPU

Herlambang Sigit Pramono Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sebagai alat transportasi untuk melakukan aktifitas. Khususnya sepeda

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. daripada meringankan kerja manusia. Nilai lebih itu antara lain adalah kemampuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

Bab 1 Pendahuluan Otomasi Sistem

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

KARYA ILMIAH PROTOTYPE PENGONTROLAN LAMPU DENGAN ANDROID BERBASIS ARDUINO VIA WIFI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Games Puzzle Hijaiyah Elektronik Interaktif Berbasis Mikrokontroler DT-AVR Maxiduino

RANCANG BANGUN OTOMATISASI INTENSITAS CAHAYA PADA RUANGAN RC 103

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

ACTUATOR Relay dan SSR

LAPORAN AKHIR OTOMATISASI BUKA TUTUP GORDEN SERTA ON/OFF LAMPU DENGAN INPUT CAHAYA DAN REMOTE CONTROL

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

KENDALI FASA THYRISTOR DAN TRIAC TANPA TEGANGAN EKSTERNAL UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA. Oleh: Drs. S u n o m o, M.T.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

TUGAS AKHIR PERANCANGAN LIGHT DIMMER YANG BEKERJA DIPENGARUHI OLEH KONDISI CAHAYA RUANGAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia Andreas Sjah Lamtari 1), Syaifurrahman 2), Dedy Suryadi 3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 1 andreassjahlamtari@gmail.com 1), syaifur_rahman@yahoo.com 2), ddysuryadi@gmail.com 3) ABSTRAK Pengendalian berbagai piranti listrik kebanyakan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan saklar on/off. Pentingnya kepraktisan dan efisiensi menyebabkan kebutuhan untuk mengendalikan berbagai piranti listrik tidak hanya dilakukan secara manual tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis. Lampu penerangan yang tetap menyala dalam waktu lama saat tidak digunakan dapat menyebabkan pemborosan penggunaan energi listrik. Penelitian ini bertujuan untuk merealisasikan sistem lampu penerangan otomatis berbasis gerak tubuh manusia sebagai pemicu sehingga dapat mengurangi pemborosan energi listrik akibat penggunaan lampu yang tidak efisien. Penelitian ini menggunakan sensor cahaya (LDR) dan sensor gerak (PIR). Pada saat kondisi ruangan gelap dan terdeteksi gerakan manusia, pewaktu akan aktif dan memicu gate triac sehingga lampu menyala. Lamanya lampu menyala berdasarkan dari lamanya durasi pewaktu yang dirancang. Jarak pembacaan sensor PIR sejauh 7 meter dengan sudut 110 o. Pada saat mendeteksi gerakan sensor PIR memiliki tegangan keluaran sebesar 3,29 volt, dan pada saat tidak mendeteksi gerakan tegangan keluaran sensor PIR sebesar 0,19 volt. Pewaktu yang dirancang memiliki durasi selama 5 menit 21 detik dan 22 menit 10 detik. Hasil pengujian menyimpulkan sistem penerangan otomatis berdasarkan gerak tubuh manusia sebagai pemicu berhasil diterapkan, sehingga dapat mengurangi pemborosan penggunaan energi listrik yang tidak efisien. Sistem lampu penerangan otomatis yang dirancang menyerap daya sebesar 3,52 watt. Kata kunci: lampu penerangan otomatis, sensor LDR, sensor PIR, Triac 1. Latar Belakang Pada saat ini pengendalian on/off berbagai piranti listrik kebanyakan masih dikendalikan secara manual dengan menggunakan saklar on/off. Saklar merupakan perangkat atau komponen listrik yang berfungsi sebagai penghubung atau pemutus aliran listrik. Saklar memiliki dua kondisi, yaitu tertutup (On) dan terbuka (Off. Perkembangan gaya hidup dan dinamika sosial saat ini menunjukkan semakin pentingnya kepraktisan dan efisiensi menyebabkan kebutuhan untuk mengendalikan berbagai piranti listrik tidak hanya dilakukan secara manual dengan menggunakan saklar on/off untuk mengaktifkannya tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis. (Sutono, 2014) Orang yang masuk ruangan gelap pasti akan menyalakan lampu. Namun apabila orang tersebut akan keluar ruangan, belum tentu orang tersebut memadamkan lampu-lampu yang menyala, terutama lampu-lampu pada fasilitas umum seperti pada ruangan perkuliahan. Apabila hal tersebut diatas terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi pemborosan penggunaan energi listrik. 2. Tinjauan Pustaka dan Teori Dasar Perancangan Penerangan Otomatis Perancangan lampu penerangan otomatis bukanlah hal yang baru ditemukan. Dalam penelitian yang sudah ada, komponen yang digunakan dan cara kerja sistem juga berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Tri Wibowo yang merancang saklar otomatis menggunakan LDR dan PIR. Perancangan ini menggunakan relai sebagai penghubung antara rangkaian pengendali dengan tegangan 220 V AC, sehingga dapat menimbulkan percikan api saat perpindaahan kondisi yang disebabkan oleh pantulan kontaktor dan sambungan yang tidak sempurna karena kontaktor keropos. Selain itu, penggunaan relai konvensional juga menimbulkan suara pada saat perpindahan kondisi. Selanjutnya Nicodemus Rahanra yang merancang sistem kendali pemakaian listrik. Perancangan ini juga masih menggunakan komponen relai sebagai saklar antara tegangan 220 V AC dengan rangkaian pengendali dan menggunakan trafo sebagai komponen utama dalam pembuatan catu daya. Sutono juga melakukan Perancangan Sistem Aplikasi

Otomatisasi Lampu Penerangan. Rancangan ini menggunakan modul DI relai 1 sebagai switching dan menggunakan baterai 9 V sebagai catu daya rangkaian pengendali, belum terkolaborasi menggunakan tegangan 220 V AC. Dari beberapa penelitian yang ada, penulis membuat pengembangan penelitian perancangan lampu penerangan otomatis, yang mana dari penelitian tersebut diharapkan dapat mengotomatisasi lampu yang dapat terkoneksi langsung dengan tegangan 220V AC menggunakan Triac sebagai saklar, sehingga tidak menimbulkan percikan api dan memperpanjang usia pemakaian sistem tersebut karena triac tidak menggunakan kontaktor sebagai penghubung yang dapat keropos seperti pada relay konvensional. Energi yang digunakan untuk aktifasi Triac juga lebih kecil dibandingkan dengan aktivasi sebuah relay. Selain itu juga, menggunakan transformerless power supply sebagai catu daya sehingga rangkaian secara keseluruhan menjadi lebih minimalis. 3. Perancangan Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia Gambar 1 memperlihatkan diagram blok sistem penerangan berdasarkan tubuh manusia. Sistem terdiri dari blok sensor LDR, blok sensor PIR, blok gerbang AND, blok rangkaian pewaktu, gerbang OR, dan blok driver triac yang berfungsi sebagai saklar elektronik untuk memutus dan menghubungkan lampu. Catu daya Mulai Mengaktifkan sensor PIR dan sensor LDR Apakah ada manusia? Apakah ada manusia? Mengaktifkan pewaktu Mengaktifkan triac Lampu menyala Selesai Apakah waktu habis? Gambar 2. Alur Diagram Kerja Sistem Penerangan Otomatis 3.1 Rangkaian Sensor dan Gerbang AND Perancangan lampu otomatis ini menggunakan sensor LDR (Light Dependent Resistor) dan sensor PIR (Passive Infrared). Keluaran dari kedua sensor tersebut yang akan menjadi masukan pada kedua pin gerbang AND. Sensor LDR Sensor PIR Rang. SensorLDR Rang. SensorPIR Gerbang AND Rangkaian pewaktu Gerbang OR Rang Triac Lampu Gambar 1. Diagram Blok Sistem Penerangan Otomatis Alur proses sistem penerangan otomatis dimulai dari pembacaan cahaya oleh sensor LDR dan pembacaan manusia oleh sensor PIR. Sensor LDR dan sensor PIR pada sistem ini dihubungkan menggunakan gerbang AND. Saat kondisi ruangan gelap dan sensor PIR mendeteksi manusia dalam ruangan tersebut, maka sistem akan mengaktifkan pewaktu. Keluaran pewaktu akan memicu gate dari triac dan kemudian lampu menyala. Gambar 3. Rangkaian Sensor dan Gerbang AND 3.2 Rangkaian Pewaktu Pewaktu dalam perancangan ini menggunakan IC

555. Rangkaian ini berfungsi untuk mempertahankan agar lampu tetap menyala selama waktu yang telah ditentukan. Saat pin 2 terpicu,pewaktu akan aktif selama durasi waktu yang dirancang. Bagian penentu waktu timing, merupakan konfigurasi antara resistor dan kapasitor yang berfungsi untuk menentukan lamanya pewaktu akan aktif.semakin besar nilai kapasitor C 3, C 5 dan resistor R 8,R 10 yang digunakan, maka semakin lama pula waktu yang dihasilkan oleh rangkaian tersebut. akan berhenti bekerja sesuai dengan lamanya durasi pewaktu kedua. 3.3 Rangkaian Driver Triac Pada rangkaian driver triac MOC3021 berfungsi sebagai isolator antara tegangan 220 V AC dengan rangkaian sensor dan pewaktu. Sedangkan triac BTA12-600B berfungsi sebagai saklar untuk menghidupkan dan memadamkan lampu. Gambar 4. Rangkaian Pewaktu dengan Dua Pewaktu 555 Gambar 4 di atas merupakan rangkaian pewaktu dengan dua pewaktu IC 555. Keluaran pewaktu 1 dan pewaktu 2 menjadi masukan pada IC 74LS32. Gambar 5. Cara Kerja Durasi Waktu yang Dirancang Gambar 5 memperlihatkan cara kerja durasi pewaktu yang dirancang. Perancangan ini menggunakan dua buah pewaktu dengan durasi waktu yang berbeda. Pada saat pewaktu terpicu, kedua pewaktu akan aktif. Dapat dilihat pada saat pewaktu pertama berhenti bekerja pewaktu kedua masih tetap bekerja sambil menunggu pewaktu pertama terpicu kembali. Begitu pula sebaliknya, pada saat pewaktu kedua berhenti bekerja pewaktu pertama masih bekerja untuk mempertahankan kondisi keluaran gerbang OR berlogika tinggi. Jika pada saat pewaktu pertama berhenti bekerja pewaktu tidak terpicu kembali, sistem Gambar 6. Rangkaian triac dengan beban Jika terminal MT1 dan MT2 diberi tegangan 220 V AC dan gate dalam kondisi mengambang, maka tidak ada arus yang dilewatkan sampai tegangan breakover triac tercapai. Kondisi ini dinamakan off triac. Pada saat pin 1 MOC3021 diberi tegangan, maka arus akan mengalir dari pin 4 MOC3021 menuju gate triac, sehingga menyebabkan tegangan breakover triac turun. Kondisi ini dinamakan kondisi on triac. 4. Hasil Pengujian dan Analisis 4.1 Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Sensor Pengujian rangkaian sensor LDR bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap tegangan yang dihasilkan. Pengujian rangkaian sensor PIR bertujuan untuk melihat respon dari sensor PIR terhadap jarak dan sudut objek yang bergerak. Selain itu pengujian rangkaian sensor juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh tegangan V 1 dan V 2 terhadap besarnya tegangan keluaran V 3 pada IC 74LS08. Gambar 7. Rangkaian Pengujian dan Pengukuran Sensor

Gambar 7 merupakan gambar rangkaian sensor yang akan diuji. V in merupakan tegangan keluaran sensor LDR dan juga sebagai tegangan masukan bagi IC Op-Amp LM311, V ref merupakan tegangan referensi IC Op-Amp LM311 yang diperoleh dari tegangan VCC +5 V, V 1 merupakan tegangan keluaran LM311, V 2 merupakan tegangan keluaran sensor PIR, dan V 3 merupakan tegangan keluaran IC 74LS08. Tabel 1. Data hasil pengukuran rangkaian sensor LDR Sensor LDR No Tegangan Terang (Volt) Gelap (Volt) 1 V in 2,97 0,23 2 V 1 0,04 4,43 Tabel 2. Data hasil pengukuran jarak pembacaan sensor PIR No Jarak sensor Ada Manusia Tidak ada PIR (D) (V) Manusia (V) 1 1 Meter 3,29-2 2 Meter 3,29-3 3 Meter 3,29-4 4 Meter 3,29-5 5 Meter 3,29-6 6 Meter 3,29-7 7 Meter 3,29-8 8 Meter - 0,19 Tabel 3. Data hasil pengukuran sudut pembacaan sensor PIR Sudut sensor PIR (θ) No Ada Manusia Tidak ada (V) Manusia (V) 1 60 o 3,29-2 70 o 3,29-3 80 o 3,29-4 90 o 3,29-5 100 o 3,29-6 110 o 3,29-7 120 o - 0,19 8 130 o - 0,19 Tabel 4. Data hasil pengukuran tegangan pada IC 74LS08 V 2 V 2 No V 1 (Volt) V 2 (Volt) V 3 (Volt) 1 4,48 0,19 0,14 2 0,04 0,19 0,14 3 0,04 3,29 0,14 4 4,48 3,29 2,71 Pengujian tersebut dilakukan pada saat tegangan PLN sebesar 219 V AC. Dari hasil pengujian pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pembanding LM311 pada saat kondisi terang tegangan V in lebih besar dari pada tegangan V ref, sehingga keluaran LM311 menjadi 0,04 V. Sedangkan pada saat gelap tegangan V in lebih kecil dari pada tegangan V ref, sehingga tegangan keluaran LM311 menjadi 4,43 V. Dapat dikatakan bahwa pada saat kondisi terang sistem tidak bekerja, dan pada saat kondisi gelap sistem dapat bekerja. Pada saat sensor PIR mendeteksi gerakan manusia, tegangan keluaran sensor PIR sebesar 3,29 V, sedangkan pada saat sensor tidak membaca adanya gerakan manusia, tegangan keluaran sensor PIR turun menjadi 0,19 V. Jarak maksimal yang dapat di deteksi oleh sensor PIR adalah sejauh 7 meter. Namun pada jarak 6 sampai 7 meter respon dari sensor PIR menjadi kurang sensitif, karena memerlukan banyak gerakan dari objek agar sensor PIR dapat mendeteksi gerakan tersebut dan besar sudut maksimum sensor PIR adalah 110 o. Tegangan V 1 dan tegangan V 2 merupakan tegangan masukan pada IC 74LS08. Dapat dilihat pada tabel 4 bahwa keluaran IC 74LS08 berlogika tinggi jika tegangan V 1 dan tegangan V 2 juga berlogika tinggi. Pada saat tegangan masukan V 1 sebesar 4,48 V dan V 2 sebesar 3,29 V, tegangan keluaran V 3 gerbang IC 74LS08 sebesar 2,71 V. 4.2 Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Pewaktu Pengujian rangkaian pewaktu 555 dilakukan untuk mengetahui lamanya durasi waktu yang dihasilkan dari pewaktu yang telah dirancang dan besarnya tegangan keluaran pada IC 74LS32. Pewaktu berfungsi untuk mempertahankan sistem agar tetap bekerja selama pewaktu tersebut terpicu. Pewaktu di rancang menggunakan rangkaian monostabil dari IC 555. Tegangan keluaran pewaktu 1 dan pewaktu 2 akan menjadi masukan pada IC 74LS32. Gambar 8. Rangkaian Pengujian dan Pengukuran Pewaktu 555

Pengujian rangkaian pewaktu diawali dengan menekan tombol saklar S 1, yang berarti dimulainya proses pengisian kapasitor. Pengukuran durasi waktu yang dihasilkan oleh pewaktu 555 menggunakan stopwatch. Durasi yang diukur adalah lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pengisian kapasitor, yaitu dimulai pada saat pewaktu 555 mulai terpicu hingga tegangan kapasitor melebihi 2/3 Vcc. Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Rangkaian Pewaktu No Resistor Kapasitor Waktu Data Hasil (R) (C) (1,1 x RC) Pengukuran 1 130 K 100 uf 00:00:14 00:00:15 2 820 K 100 uf 00:01:30 00:01:32 3 1,2 M 100 uf 00:02:12 00:02:18 4 2,4 M 100 uf 00:04:24 00:04:37 5 3.3 M 100 uf 00:06:03 00:06:32 6 130 K 220 uf 00:00:31 00:00:34 7 270 K 220 uf 00:01:05 00:01:11 8 1,2 M 220 uf 00:04:50 00:05:19 9 2,4 M 220 uf 00:09:41 00:10:54 10 3,3 M 220 uf 00:13:19 00:14:51 11 510 K 330 uf 00:03:05 00:03:21 12 820 K 330 uf 00:04:58 00:05:21 13 1,5 M 330 uf 00:09:05 00:10:08 14 3,3 M 330 uf 00:19:58 00:22:10 15 4,3 M 330 uf 00:26:01 00:29:00 Tabel 6. Data Hasil Pengukuran Tegangan pada IC 74LS32. No V 1 (Volt) V 2 (Volt) V 3 (Volt) 1 3,02 0,01 1,26 2 0,01 0,01 0,12 3 0,01 3,02 1,26 4 3,02 3,02 1,26 Dari hasil pengukuran rangkaian pewaktu 555 pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai resistor dan kapasitor mempengaruhi durasi pewaktu 555. Semakin besar nilai resistor atau kapasitor yang digunakan, maka semakin lama durasi waktu yang dihasilkan. Terdapat perbedaan hasil antara durasi waktu hasil perhitungan dengan durasi waktu hasil pengukuran. Semakin lama waktu yang dirancang, selisih durasi waktu yang dihasilkan semakin jauh berbeda. Perbedaan hasil durasi waktu antara perancangan dengan hasil pengukuran dapat disebabkan karena toleransi komponen dan kurangnya ketelitian pada saat pengukuran. Terutama pada saat memulai dan mengakhiri proses pengukuran menggunakan stopwatch. Tegangan V 1 dan tegangan V 2 merupakan tegangan masukan pada IC 74LS32. Dapat dilihat pada tabel 6 bahwa keluaran IC 74LS32 akan berlogika tinggi pada saat salah satu tegangan masukannya berlogika tinggi sebesar 3,02 V, tegangan keluaran V 3 IC 74LS32 sebesar 1,26 V. 4.3 Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Driver Triac Pengujian rangkaian driver triac dilakukan untuk mengetahui besarnya tegangan kerja pada driver triac. Sehingga driver triac tersebut dapat bekerja dan berfungsi dengan baik. Gambar 9. Rangkaian Pengujian dan Pengukuran Driver Triac Gambar 9 merupakan gambar rangkaian driver triac. V 1 merupakan tegangan masukan MOC3021, dan V 2 merupakan tegangan terminal (MT2) triac. Tabel 7. Data Hasil Pengukuran Rangkaian Driver Triac No V 1 (Volt) V 2 (Volt) Kondisi Lampu 1 0,00 0,00 Padam 2 1,25 219,00 Menyala Dari data hasil pengukuran dapat dilihat bahwa pada saat tegangan masukan V 1 MOC3021 sebesar 1,25 V sistem dapat bekerja dengan baik karena batas minimal tegangan maju pada MOC3021 adalah 1,2 V. Tegangan masukan MOC3021 sebesar 1,25 V menyebabkan infrared di dalam MOC3021 aktif dan mengeluarkan cahaya. Cahaya inilah yang ditangkap oleh triac di dalam MOC3021 dan menyebabkan arus kecil mengalir dari pin6 MOC3021 menuju pin4 MOC3021 untuk memicu gate triac yang difungsikan sebagai saklar dan menyalakan lampu. Tegangan yang dilewatkan diantara kedua pin terminal triac (MT1 dan MT2) sama besarnya dengan tegangan sumbernya, yaitu sebesar 219 V AC.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian sistem penerangan otomatis berdasarkan gerak tubuh manusia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perancangan sistem penerangan otomatis berdasarkan gerak tubuh manusia sebagai pemicu berhasil diterapkan, sehingga dapat mengurangi pemborosan penggunaan energi listrik yang tidak efisien. 2. Pada sensor LDR, saat kondisi terang tegangan V in LM 311 sebesar 2,97 V dan pada saat kondisi gelap tegangan V in LM 311 sebesar 0,23 V dengan tegangan V reff sebesar 2,17 V. 3. Sensor PIR yang digunakan memiliki jarak pembacaan sejauh 7 meter dengan sudut 110 o dan delay pada setiap pembacaan objek selama ± 2 detik. Besarnya sudut pembacaan sensor PIR berdasarkan pengujian memiliki perbedaan dengan datasheet. Pada datasheet sensor PIR memiliki sudut pembacaan 120 o. 4. Pada saat mendeteksi objek (Manusia) sensor PIR memiliki tegangan keluaran sebesar 3,29 V, dan pada saat tidak mendeteksi objek (Manusia) sensor PIR memiliki tegangan keluaran sebesar 0,19 V. 5. Pewaktu yang dirancang memiliki durasi selama 5 menit 21 detik dan 22 menit 10 detik. 6. Sistem penerangan otomatis akan bekerja berdasarkan kondisi intensitas cahaya dan gerakan manusia. 7. Daya yang dikonsumsi rangkaian penerangan otomatis berdasarkan gerak tubuh manusia sebesar 3,52 watt. 5.2 Saran Saran untuk pengembangan sistem penerangan otomatis berdasarkan gerak tubuh manusia selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Sistem saklar otomatis yang dirancang tidak hanya menggunakan sensor PIR, tetapi juga dapat menambahkan sensor lain sebagai pemicunya seperti sensor suhu. Sehingga sistem yang dirancang tidak hanya digunakan untuk mengatur lampu penerangan tetapi juga dapat digunakan untuk mengatur peralatan elektronik lainnya. 2. Pada saat kondisi terang dan tidak terdeteksi adanya gerakan manusia lampu penerangan dapat langsung padam, tanpa harus menunggu pewaktu habis. 3. Menggunakan komponen SMD (Sufrace Mounted Device) sehingga rangkaian lebih minimalis. 4. Dapat mengatur durasi pewaktu sesuai dengan kebutuhan tanpa harus melakukan penggantian komponen, misalnya dengan menambahkan tombol pengatur. 6. Daftar Pustaka [1] Barmawi, Malvino. 1991. Prinsip Prinsip Elektronika. Edisi 3. Jilid 2. Erlangga. [2] Daryanto. 2012. Teknik Dasar Elektronika komunikasi. Cetakan ke-1. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. [3] Elektronika Dasar. (n.d). 19 Oktober 2016. elektronika-dasar.web.id/optoisolator-moc30/. [4] Ma mun, Syukron. 2010. Rancang Bangun Otomasi Lampu Dan Pendingin Ruangan. Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. [5] Pramono, Herlambang Sigit. Sistem Pemicu Optis IC 555-MOC 3021 Sebagai Pengendali Daya Listrik. Makalah, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. [6] Prihono., dkk. 2011. Jago Elektronika Secara Otodidak. Cetakan ke-5. Jakarta: Kawan Pustaka. [7] Rahanra, Nicodemus. 2013. Sistem Kendali Pemakaian Listrik Pada Rumah Biasa. Tesis, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar. [8] Rahman, A. 2006. Keterampilan Elektronika. Bandung: Ganeca Exact. [9] Sudarma, Darwin. 2014. Rancang Bangun Kendali Lampu On/Off dengan Smartphone Android Via Bluetooth. Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak. [10] Sutono. 2014. Perancangan Sistem Aplikasi Otomatisasi Lampu Penerangan Menggunakan Sensor Gerak dan Sensor Cahaya Berbasis Arduino Uno (ATMega 328).Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 12 (II). [11] Syaifurrahman. 1994. Sistem Kontrol Otomatis Terhadap Pengaruh Beban Lebih dan Perubahan Tegangan Pada Instalasi Rumah Tangga. Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak. [12] Wibowo, Tri. 2011. Sensor Kehadiran Orang Sebagai Saklar Otomatis Suatu Ruangan. Tugas Akhir, Fakultas Teknik, UNDIP. Biografi Andreas Sjah Lamtari lahir di Ng. Silat, pada tanggal 28 Juni 1990, mendapatkan gelar S.T. (Sarjana) Teknik Elektro tahun 2017 dari Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.