KAJIAN PENGARUH BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG TIPE SAMBUNG PANTAI TERHADAP GELOMBANG LAUT DI PELABUHAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 1 9 Online di :

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

ANALISIS REFRAKSI GELOMBANG LAUT BERDASARKAN MODEL CMS- Wave DI PANTAI KELING KABUPATEN JEPARA

Karakteristik Kecepatan Dan Arah Dominan Arus Sejajar Pantai (Longshore Current) Di Pantai Larangan Kabupaten Tegal Jawa Tengah

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG PADA RENCANA BANGUNAN PELABUHAN DI TANJUNG BONANG, KABUPATENREMBANG Radhina Amalia, Warsito Atmodjo, Purwanto*)

KAJIAN PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN TANJUNG KELIAN KABUPATEN BANGKA BARAT

KAJIAN REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

STUDI POLA TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN KOTA TEGAL

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

DINAMIKA TRANSFORMASI GELOMBANG MENGGUNAKAN MODEL CMS-WAVE (COASTAL MODELLING SYSTEM - WAVE) DI PANTAI BOOM TUBAN, JAWA TIMUR

ANALISIS DEFORMASI GELOMBANG DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT Amalia Dewi *), Purwanto *), Denny Nugroho Sugianto *)

KAJIAN KARAKTERISTIK LONGSHORE CURRENT PADA PERAIRAN SEKITAR BANGUNAN JETTY DI PANTAI KEJAWANAN CIREBON

ANALISIS PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG DI PULAU SUBI KECIL KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG DI PERAIRAN BALONGAN, INDRAMAYU, JAWA BARAT

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG BERARAH DI PERAIRAN SAYUNG DEMAK JAWA TENGAH

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU. Birhami Akhir 1, Mas Mera 2 ABSTRAK

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

Pola Difraksi Gelombang Di Sekitar Breakwater Sejajar Pantai Ditinjau Berdasarkan Studi Numerik Dan Model Fisik

ANALISIS GELOMBANG UNTUK PERENCANAAN PELABUHAN HUB INTERNASIONAL KUALA TANJUNG, KABUPATEN BATU BARA, PROVINSI SUMATERA UTARA

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

STUDI POLA TRANSPOR SEDIMEN DI PERAIRAN PELABUHAN TANJUNG ADIKARTA PANTAI GELAGAH, YOGYAKARTA

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA

LONGSHORE CURRENT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TRANSPORT SEDIMEN DI PERAIRAN PANTAI SENDANG SIKUCING, KENDAL

MODUL 2 PELATIHAN PROGRAM DHI MIKE MODUL HYDRODYNAMIC FLOW MODEL (HD) PROGRAM MAGISTER TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *)

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG UNTUK ANALISA EFEKTIVITAS LAYOUTBREAKWATER DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN LARANGAN, KABUPATEN TEGAL

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di :

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

STUDI POLA ARUS LAUT DI PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

POLA TRANFORMASI GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RCPWave PADA PANTAI BAU-BAU, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

Kajian Refraksi-Difraksi dan Transformasi Penjalaran Gelombang Laut di Perairan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu

PEMODELAN ARUS SEJAJAR PANTAI STUDI KASUS PANTAI ERETAN, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

BAB III DATA DAN ANALISA

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB II TEORI TERKAIT

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

PEMODELAN PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG LAUT DI PERAIRAN DENGAN KEMIRINGAN DASAR KONSTAN TUGAS AKHIR SUPREMLEHAQ TAQWIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

STUDI PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN BANGUNAN PANTAI HYBRID ENGINEERING DI DESA TIMBULSLOKO, DEMAK

Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Kajian Ovetopping akibat run-up gelombang pada breakwater di perairan balongan indramayu, jawa barat

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

PENJALARAN GELOMBANG DI LOKASI PEMBANGUNAN PERMEABLE DAMS HYBRID ENGINEERING, TIMBUL SLOKO, DEMAK

KAJIAN POLA ARUS DAN CO-RANGE PASANG SURUT DI TELUK BENETE SUMBAWA NUSA TENGGARAA BARAT

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

PENGARUH ARUS TERHADAP MUATAN PADATAN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI DAN SEKITAR PERAIRAN KESUNEAN, CIREBON

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI TANJUNG NIPAH, KALIMANTAN TENGAH

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

WORKING PAPER PKSPL-IPB

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

SEBARAN SEDIMEN DI DALAM KOLAM PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

Analisis Karakteristik Gelombang di Perairan Pulau Enggano, Bengkulu

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

Run-up dan Overtopping Gelombang Pada Off-shore Breakwater di Pantai Tirtamaya, Indramayu AgungWindadi *, HeryosoSetiyono *, SugengWidada * )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

Transkripsi:

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 563 572 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN PENGARUH BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG TIPE SAMBUNG PANTAI TERHADAP GELOMBANG LAUT DI PELABUHAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Ina Purnama Wati *), Purwanto *), Indra Budi Prasetyawan *) *) Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang Tlp. / Fax. (024)7474698 Semarang 50275 Email : inapurnamawati@ymail.com Abstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi gelombang dan proses trnsformasi gelombang sebelum dan sesudah adanya pemecah gelombang di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan. Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Oktober 18 November 2015 di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan bersama dengan Tim Unit Tugas Rigel 19-2015 OPS Tapaktuan, DISHIDROS TNI-AL. Variabel yang diamati berupa gelombang laut dan angin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara kuantitatif. Pengolahan data angin dilakukan secara statistik menggunakan peramalan gelombang metode SMB (Sverdrup-Munk-Bretschneider). Software yang digunakan untuk membuat model gelombang adalah MIKE 21 SW (Spectral Wave), dimana dapat diketahui proses transformasi gelombang akibat adanya pemecah gelombang. Hasil pengolahan data lapangan menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum sebesar 2,75 meter dengan periode 5,86 detik. Tinggi gelombang signifikan (Hs) 0,98 meter dan periode signifikan (Ts) 5,74 detik. Tinggi gelombang minimum 0,04 meter dengan periode 5,38 detik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan cocok jika akan dibangun pemecah gelombang tipe sambung pantai karena dapat mengurangi tinggi gelombang yang menjalar jauh lebih kecil. Kata Kunci: Gelombang, Pemecah Gelombang Sambung Pantai, Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan Abstrack The purpose of this study is to knowing the condition of waves and wave transformation process before and after the construction of the breakwater at the Port of Tapaktuan, South Aceh. The research was conducted on 27 October 18 November 2015 at The Port of Tapaktuan, South Aceh, colaborating with Rigel 19-2015 Task Unit Team OPS Tapaktuan of DISHIDROS TNI-AL. The measured variables are wave and wind. The methods used in this study were quantitative methods. Wind data processing was carried out using statistical SMB (Sverdrup-Munk-Bretschneider) method for wave forecasting. The software used to create the wave model is the MIKE 21 SW (Spectral Wave), which can represent how the transformation process will occur after the breakwater was built. The results of the field data shows that the maximum wave height was 2,75 meters with a period of 5,86 seconds. Significant wave height (Hs) was recorded of 0,98 meters with a significant period (Ts) of 5,74 seconds, and minimum wave height was 0,04 meters with a period of 5,38 seconds. Based on the results of the study, it can be concluded that a shore-connected breakwater is suitable to The Port of Tapaktuan, South Aceh because it can significantly reduce the height of the waves that propagates toward the port. Keywords: Wave, Shore-Connected Breakwater, The Port of Tapaktuan South Aceh

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 564 1. Pendahuluan Transportasi laut sangat berperan di Kabupaten Aceh Selatan yang berada pada jalur perdagangan di Samudra Hindia yang merupakan salah satu jalur transportasi laut yang sangat padat dan penting untuk menghubungkan antara Pulau Simeulue dengan Pulau Sumatera bagian barat. Kabupaten Aceh Selatan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia merupakan daerah yang berada di pesisir pantai barat Aceh, yang posisinya strategis dengan adanya pelabuhan yang menjadi basis ekonomi di bidang kelautan pada Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) (DISHIDROS, 2015). Salah satu pelabuhan yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan adalah Pelabuhan Tapaktuan. Secara geografis pelabuhan tersebut berada pada teluk yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia pada bagian bagian barat hingga selatan. Sementara secara astronomis Pelabuhan Tapaktuan terletak pada koordinat 03 o 15 09,94 03 o 15 10,05 LU dan 97 o 10 50,70 97 o 10 58,41 BT di Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. Kondisi perairan pada Pelabuhan Tapaktuan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, mengakibatkan perairan Pelabuhan Tapaktuan mendapat pengaruh gelombang yang cukup besar, mengakibatkan sulitnya kapal-kapal yang akan berlabuh pada pelabuhan tersebut terutama pada musim barat (Bulan Januari hingga Bulan Maret) (BPS Kabupaten Aceh Selatan, 2014). Pengkajian mengenai perencanaan pembangunan suatu bangunan pantai yang dapat melindungi perairan Pelabuhan Tapaktuan perlu dilakukan agar dapat mengurangi terjangan gelombang dari laut lepas yang berasal dari Samudera Hindia. Dengan demikian diharapkan perairan tersebut akan menjadi tenang dan akan mempermudah kapal-kapal yang akan berlabuh dalam melakukan berbagai aktivitas, seperti bongkar-muat barang, menaik-turunkan penumpang, mengisi bahan bakar dan sebagainya. Jenis bangunan pantai yang dapat diterapkan pada perairan Pelabuhan Tapaktuan ini adalah pemecah gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar dari laut. Gelombang besar yang datang dari laut lepas akan dihalangi oleh bangunan ini (Triatmodjo, 2006). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi gelombang dan proses trnsformasi gelombang sebelum dan sesudah adanya pemecah gelombang di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan. Pengukuran data lapangan dilakukan pada pada tanggal 27 Oktober 18 November 2015 di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan bersama dengan Tim Unit Tugas Rigel 19-2015 OPS Tapaktuan, DISHIDROS TNI-AL. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 2. Materi dan Metode A. Materi Penelitian Materi yang digunakan berupa data gelombang laut di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan. Sedangkan data-data lain yang digunakan meliputi data angin periode bulan Januari 2006 hingga Febuari 2016 dari website Ogimet (www.ogimet.com), Peta Alur Laut Perairan Tapaktuan, Aceh Selatan skala 1:30.000 tahun 1985 dari DISHIDROS TNI AL cetakan ketiga Tahun 2011 dan Peta Indonesia Kabupaten skala 1:25.000 Tahun 1999 Publikasi BIG.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 565 B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode penelitian menggunakan data berupa angka-angka yang bersifat sistematis dan menggunakan analisis statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009). Penentuan lokasi penelitian ditetapkan menggunakan GPS (Global Positioning System) dengan metode Area Sampling (Cluster Sampling). Metode Cluster Sampling yaitu menentukan lokasi pengukuran apabila daerah yang diamati sangat luas. Metode Pengukuran Gelombang Pengukuran gelombang di lapangan dengan menggunakan Wave Recorder Type SBE -26 untuk mendapatkan parameter gelombang seperti tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T) dengan pencatatan selama 30 hari. Prinsip kerja wave recorder adalah menggunakan suatu sistem sensor tekanan dan dapat diatur untuk mengumpulkan dan merekam elevasi gelombang dalam arah x dan y. Metode Pengukuran Angin Data angin yang meliputi arah dan kecepatan angin diperoleh dengan observasi secara langsung dan tidak langsung. Observasi secara langsung dilakukan dengan menggunakan Automatic Weather Station (AWS) Type Davvis. Pengukuran angin dilakukan selama 30 hari. Pengambilan data angin secara tidak langsung yaitu menggunakan data dari website Ogimet (www.ogimet.com) dengan memasukkan kode Stasiun Meteorologi Meulaboh - BMKG, yakni 96015. Data angin yang diperlukan adalah data angin per 3 jam selama 10 tahun periode tahun (2006-2016). Data tersebut cukup representatif untuk memprediksi gelombang dan pengaruhnya terhadap perencanaan pembangunan pemecah gelombang. Analisis Angin Data angin yang digunakan adalah data angin bulan Januari 2006 hingga Febuari 2016 yang diperoleh dari website Ogimet. Peramalan gelombang dari data angin ini menggunakan metode SMB (Sverdrup-Munk-Bretschneider) dengan maksud untuk mengetahui kondisi gelombang yang dominan pada daerah penelitian. Analisis Gelombang Data gelombang yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan penentuan tinggi gelombang representative (Hs) dan periode gelombang represntatif (Ts) sebagai berikut (Triatmodjo, 1999): n = 33,3% x jumlah data dimana: H s = T s = H s T s H 1 n T 1 n n : tinggi gelombang signifikan : periode gelombang signifikan : tinggi gelombang 1, 2,, n : periode gelombang 1, 2,, n : jumlah data Analisis Penjalaran Gelombang Pemodelan arus dilakukan dengan menggunakan software MIKE 21. Model yang dibuat berupa model dua dimensi menggunakan modul Spectral Wave (SW) FM. Modul Spectral Wave dalam MIKE 21 adalah sistem model numerik umum untuk mensimulasikan pembangkitan, kehilangan energi dan transmisi wind generated wave dan swell di pantai dan di lepas pantai (DHI Software, 2007). Model Gelombang Pemodelan gelombang menggunakan MIKE 21 disajikan dalam bentuk peta model gelombang pada kondisi sebelum dan sesudah adanya pemecah gelombang di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan pada setiap musimnya. Model ini mempertimbangkan efek dari refraksi gelombang dan efek pendangkalan karena adanya perubahan kedalaman perairan, pengaruh angin dan disipasi energi akibat gesekan dasar dan gelombang pecah. Validasi Validasi dilakukan untuk melihat bias model terhadap data lapangan. Besar nilai bias ini diperlukan untuk melihat keakuratan dari model arus yang telah dibuat. Perhitungan nilai bias model menurut Jing et.al., (2013) dapat dicari dengan menghitung nilai PB (Percentage model Bias) sebagai berikut:

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 566 PB = x 100% dimana: PB D M : Percentage model Bias : Data Lapangan : Data Hasil Simulasi 3. Hasil dan Pembahasan Gelombang Lapangan Pengukuran gelombang di lapangan di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan dilakukan bersama Tim Unit Tugas Rigel 19-2015 OPS Tapaktuan, DISHIDROS TNI-AL terletak pada titik koordinat 03 o 15 10,03 LU dan 97 o 10 58,22 BT pada tanggal 11 November 10 Desember 2015 menghasilkan data gelombang sesuai dengan Gambar 2 dan 3. Gambar 2. Grafik Tinggi Gelombang Lapangan Gambar 3. Grafik Periode Gelombang Lapangan Hasil perhitungan data tersebut didapatkan tinggi gelombang maksimum 2,75 meter dan periode gelombang maksimum 5,86 detik. Tinggi gelombang signifikan (Hs) adalah 0,98 meter dan periode gelombang signifikan (Ts) adalah 5.74 detik. Tinggi gelombang minimum 0,04 meter dan periode gelombang minimum 5,38 detik. Hasil perhitungan data lapangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tinggi dan Periode Gelombang Hasil Pengukuran Lapangan Tanggal Hmax Hs Hmin Tmax Ts Tmin 11 Nov 10 Des 2015 2,75 0,98 0,04 5,86 5,74 5,38 Konversi Data Angin Data angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah data angin selama 10 tahun (2006-2016) yang diperoleh dari website Ogimet, didapatkan mawar angin pada musim barat, musim peralihan I, musim timur dan musim peralihan II. Pada musim barat angin dominan berasal dari arah barat (270 o ), musim peralihan I dan timur angin dominan berasal dari arah selatan (180 o ), sementara pada musim peralihan II arah angin dominan berasal dari barat daya (225 o ). Mawar angin pada masing-masing musim dapat dilihat pada Gambar 4. Data angin tersebut dikonversi menjadi data tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T), selanjutnya dilakukan pengolakan data untuk mendapatkan nilai tinggi dan gelombang representatif yang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 567 dikelompokkan berdasarkan pembagian musim, yaitu musim barat, musim peralihan I, musim timur dan peralihan II. Hasil dari perhitungan tersebut disajikan pada Tabel 2. Tinggi gelombang signifikan tertinggi adalah pada musim barat, yaitu 1,34 meter; sedangkan terendah pada musim timur, yaitu 1,15 meter. Periode gelombang signifikan tertinggi pada musim barat, yaitu 7,76 detik; sedangkan terendah pada musim timur, yaitu 6,09 detik. (a) (b) (c) (d) Gambar 4. Mawar Angin (a) Musim Barat (b) Musim Peralihan I (c) Musim Timur (d) Musim Peralihan II Tahun 2006 2016 Tabel 2. Tinggi dan Periode Gelombang per Musim Musim Hmax Hs Hmin Tmax Ts Tmin Barat 4,85 1,34 0,02 9,83 7,76 0,55 Peralihan I 4,22 1,26 0,02 9,20 6,83 0,55 Timur 3,89 1,15 0,02 8,95 6,09 0,55 Peralihan II 4,62 1,30 0,02 9,52 7,12 0,55 Pemodelan Gelombang Pemodelan gelombang menggunakan software DHI MIKE 21 modul SW (Spektral Wave). Dalam pemodelan gelombang menggunakan skenario tanpa dan dengan pemecah gelombang (breakwater) yang berdasarkan pembagian musim, yaitu musim barat, musim peralihan I, musim timur dan musim peralihan II agar dapat terlihat pengaruhnya terhadap pola penjalaran gelombang setelah dan sebelum adanya suatu bangunan pemecah gelombang (breakwater) yang dapat dilihat pada Gambar 5-12. Berdasarkan hasil pemodelan gelombang diketahui bahwa pada lokasi kajian, arah datang gelombang dominan pada musim barat dari arah barat, musim peralihan I dan musim timur dari arah selatan sedangkan pada musim peralihan II dari arah barat daya, hal ini disebabkan oleh letak geografis Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan yang berada di pantai barat pesisir Pulau Sumatera. Dengan tinggi gelombang yang terjadi pada musim barat berkisar antara 0,02 1,41 meter; musim peralihan I berkisar 0,05 1,53 meter; musim timur berkisar 0,07 1,38 meter dan musim peralihan II berkisar 0,05 1,52 meter.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 568 Terlihat bahwa terjadi refraksi gelombang di daerah pantai dimana menyebabkan pembelokkan arah penjalaran gelombang yang pada musim barat arah datang gelombang dominan dari arah barat. Akibat adanya perubahan kontur kedalaman perairan menyebabkan muka gelombang datang cenderung akan dibelokkan dan sejajar dengan garis pantai. Proses terjadinya refraksi pada gambar diperlihatkan dengan garis sinar gelombang yang berusaha untuk tegak lurus dengan kontur kedalaman. Sesuai dengan pernyataan Ningsih (2002) yang menjelaskan bahwa pada saat terjadi refraksi gelombang, sinar gelombang arahnya tegak lurus dengan muka gelombang. Karena muka gelombang cenderung sejajar dengan kontur kedalaman maka sinar gelombang cenderung tegak lurus terhadap kontur kedalaman. Daerah yang menjorok ke laut (tanjung) akan terjadi proses konvergensi, sedangkan di daerah yang menjorok ke darat (teluk) akan terjadi proses divergensi. Pada daerah yang terjadi konvergensi maka energi gelombang yang sampai ke pantai akan lebih besar dibandingkan dengan daerah yang terjadi divergensi, hal ini dikarenakan pada daerah konvergensi terjadi pemusatan energi gelombang sedangkan pada daerah divergensi terjadi penyebaran energi gelombang. Selain itu terjadi proses difraksi gelombang akibat adanya sebuah daratan yang menjorok ke laut (tanjung) dan pemecah gelombang menyebabkan gelombang datang menabrak penghalang tersebut, kemudian masuk ke dalam daerah yang terlindung dan tinggi gelombang menjadi lebih kecil. Difraksi gelombang menyebabkan terjadinya transfer energi secara lateral dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah yang terlindung pemecah gelombang. Apabila tidak terjadi difraksi gelombang, daerah di belakang pemecah gelombang akan tenang, tetapi karena terjadi difraksi maka daerah tersebut akan mendapat pengaruh dari gelombang datang. Transfer energi ke daerah di belakang pemecah gelombang menyebabkan terbentuknya gelombang, meskipun tidak sebesar dengan gelombang di luar pemecah gelombang. Muka gelombang di belakang pemecah gelombang mempunyai busur lingkaran. Gambar 5. Penjalaran Gelombang Musim Barat tanpa Pemecah Gelombang Gambar 6. Penjalaran Gelombang Musim Barat dengan Pemecah Gelombang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 569 Gambar 7. Penjalaran Gelombang Musim Peralihan I tanpa Pemecah Gelombang Gambar 8. Penjalaran Gelombang Musim Peralihan I dengan Pemecah Gelombang Gambar 9. Penjalaran Gelombang Musim Timur tanpa Pemecah Gelombang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 570 Gambar 10. Penjalaran Gelombang Musim Timur dengan Pemecah Gelombang Gambar 11. Penjalaran Gelombang Musim Peralihan II tanpa Pemecah Gelombang Gambar 12. Penjalaran Gelombang Musim Peralihan II dengan Pemecah Gelombang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 571 Perbandingan Tinggi Gelombang Hasil Pemodelan Perbandingan tinggi gelombang hasil pemodelan tanpa pemecah gelombang lebih besar dibandingkan dengan tinggi gelombang dengan pemecah gelombang. Perbandingan tinggi gelombang diambil dari 4 titik yang berbeda, yakni pada daerah yang tidak terlindung oleh pemecah gelombang (titik 1), di ujung pemecah gelombang (titik 2) dan pada daerah yang terlindung oleh pemecah gelombang (titik 3 dan 4). Data perbandingan tinggi gelombang pada kedua skenario pada setiap musimnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tinggi Gelombang Hasil Pemodelan tanpa dan dengan Pemecah Gelombang per Musim Musim Titik H tanpa BW H dengan BW Barat Peralihan 1 Timur Peralihan 2 1 0,38 0,38 2 0,30 0,14 3 0,30 0,01 4 0,29 0,04 1 1,09 1,09 2 1,09 0,69 3 1,21 0,06 4 1,10 0,17 1 1,01 1.01 2 1,00 0,63 3 1,08 0,05 4 0,99 0,15 1 0,80 0,80 2 0,73 0,36 3 0,78 0,04 4 0,73 0,10 Pada musim barat tanpa pemecah gelombang, tinggi gelombang di titik 1 sama dengan tinggi gelombang dengan pemecah gelombang, yaitu 0,38 meter. Sementara pada titik 2 tinggi gelombang dengan pemecah gelombang bernilai 0,14 meter lebih kecil dibandingkan tinggi gelombang tanpa pemecah gelombang dengan nilai sebesar 0,30 meter. Sedangkan tinggi gelombang tanpa pemecah gelombang pada titik 3 dan 4 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari yang masing-masing bernilai 0,30 meter dan 0,29 meter, tinggi gelombang dengan pemecah gelombang menjadi masingmasing bernilai 0,01 meter dan 0,04 meter. Sama halnya dengan tinggi gelombang hasil pemodelan musim barat, pada tinggi gelombang hasil pemodelan musim peralihan I, timur dan peralihan II nilai tinggi gelombang dengan pemecah gelombang di setiap titiknya nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai tinggi gelombang tanpa pemecah gelombang. Validasi PB (Percentage model Bias) yang didapat dari hasil perhitungan tinggi gelombang signifikan (Hs) hasil peramalan dengan pengukuran lapangan sebesar 36,73%, sedangkan untuk periode gelombang signifikan (Ts) sebesar 35,19%. Validasi data gelombang signifikan yang merupakan hasil konversi dari data angin (tahun 2006 2016) menunjukkan bahwa data gelombang hasil peramalan mendekati data gelombang lapangan. Sementara hasil perhitungan PB yang menunjukkan validasi tinggi gelombang signifikan (Hs) hasil model dengan hasil pengukuran lapangan diperoleh nilai PB sebesar 39,80%, sedangkan validasi periode gelombang signifikan (Ts) diperoleh nilai PB sebesar 34,84%. Validasi data gelombang signifikan yang merupakan hasil pemodela penjalaran gelombang menunjukkan bahwa data gelombang hasil model mendekati data gelombang lapangan.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 572 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil peramalan gelombang dengan metode SMB didapatkan tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan (Ts) setiap musim, yaitu musim barat Hs sebesar 1,34 meter dengan Ts sebesar 7,76 detik, musim peralihan I Hs sebesar 1,26 meter dengan Ts sebesar 6,83 detik, musim timur Hs sebesar 1,15 meter dengan Ts sebesar 6,09 detik dan musim peralihan II Hs sebesar 1,30 meter dengan Ts sebesar 7,12 detik. Refraksi gelombang di Pelabuhan Tapaktuan, Aceh Selatan menyebabkan gelombang datang akan mengalami divergensi (menyebar). Pengaruh adanya pemecah gelombang berdasarkan skenario dengan pemecah gelombang dari hasil pemodelan gelombang pada setiap musim terlihat bahwa difraksi gelombang menyebabkan berkurangnya tinggi gelombang yang masuk ke daerah di belakang pemecah gelombang dengan arah datang gelombang dominan dari arah selatan, barat daya dan barat, sehingga apabila akan dirancang suatu pemecah gelombang tipe sambung pantai di daerah tersebut akan lebih baik karena bangunan yang direncanakan dapat mereduksi tinggi gelombang menjadi jauh lebih kecil, dengan mulut pemecah gelombang yang menghadap ke arah timur. Ucapan Terimakasih Terimaksih kepada Dishidros TNI-AL yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti kegiatan Survei Hidro - Oseanografi bersama dengan Tim Unit Tugas Rigel 19-2015 OPS Tapaktuan yang dilakukan di Tapaktuan, Aceh Selatan pada tanggal 27 Oktober 18 November 2015. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Selatan. 2014. Katalog BPS : Aceh Selatan Dalam Angka 2014. BPS Kabupaten Aceh Selatan. Aceh Selatan. DISHIDROS TNI-AL. 2015. Laporan Survei dan Pemetaan Hidro-Oseanografi Tapaktuan, Aceh Selatan. Jawatan Hidro-Oseanografi, Jakarta. DHI Software. 2007. MIKE 21 Flow Model FM, Spectral Wave Module, User Guide. DHI Water and Environment, Denmark. Jing, Huang., Pan Cung Hong, Kuan Cui Ping and Zeng Jing. 2013. Experimental Hydrodynamic Study of the Qiantang River Tidal Bore. Journal of Hydrodynamics, 25(3):481-490. Nining, Sari Ningsih. 2002. Gelombang Laut. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta, Bandung. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta. Triatmodjo, B. 2006. Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.