BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system.

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

BAB II LANDASAN TEORI

Praktikum Mikrokontroler. untuk D4 Lanjut Jenjang. Disiapkan oleh: Hary Oktavianto

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Tachometer Berbasis Mikrokontroler AT Mega 8 Dilengkapi dengan Mode Hold

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM MONITORING SUHUINKUBATOR DAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DALAM INKUBATOR BERBASIS PERSONAL COMPUTER(PC)

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler Tipe Atmega 644p

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heru Wahyu Purnama (2014) Portable Kalibrator Tensimeter Berbasis Mikrokontroller

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modifikasi Baby Incubator Transport (Monitoring Suhu Skin dan Kontrol

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGONTROL PARTITUR OTOMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. judul Modifikasi Baby Incubator Transport (Monitoring Suhu Skin dan. Kontrol Kelembaban) oleh Wisnu Kusuma Wardana[2].

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB IV METODE PENELITIAN. serta menghubungkan pin mosi, sck, gnd, vcc, miso, serta reset. Lalu di

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

BAB III MIKROKONTROLER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

DAFTAR ISI. Daftar Pustaka P a g e

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN THERMOHYGROMETER DIGITAL MENGGUNAKAN SISTEM MIKROPENGENDALI ARDUINO DAN SENSOR DHT22

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

LANDASAN TEORI BAB II

PENGONTROL ROBOT. Dosen : Dwisnanto Putro, S.T, M.Eng. Published By Stefanikha69

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

BAB II DASAR TEORI. Inkubator bayi adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan kondisi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. darah berbasis ATMega8 dilengkapi indikator tekanan darah yang meliputi :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. steril dan cairan sabun otomatis. Prinsipnya memggunkan sensor inframerah untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma

BAB III METODE PENELITIAN. Pada proses pembuatan Tugas Akhir ini banyak media-media alat yang

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut [4] tentang studi terbuka mengenai penggunaan blue light

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

RECLOSER MINI BERBASIS ATMEGA16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran yaitu mengetahui ketepatan dari pembuatan modul atau untuk memastikan apakah masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul yang dimaksud telah bekerja sesuai dengan fungsinya. Berikut ini gambar modul Digital pressure meter : Gambar 4.1 Gambar Tugas akhir 30

31 Alat untuk membandingkan pengukuran yaitu sebagai berikut: A. Digital Pressure Meter Nama Merk/Tipe :Digital Pressure Meter :Fluke/4-1H Range Tekanan : -350 sampai 350 mmhg Gambar 4.2 Alat pembanding Alat ini digunakan sebagai kalibrator tensimeter aneroid, air raksa pada modul yang telah dibuat dengan nilai satuan (mmhg).

32 B. Thermohygrometer Nama Merek/Tipe Range Temperatur : Thermohygrometer : TFA : -10 o C sampai 60 o C Range Humadity : 10% sampai 99% Gambar 4.3 Alat pembanding Thermohygrometer Alat ini digunakan sebagai pembanding suhu dan kelembaban pada modul. Alat ini juga sudah dilakukan pengujian kalibrasi oleh lembaga kalibrasi UGM. Langkah-langkah pengukuran dan pengujian modul ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Menyiapkan peralatan yang diperlukan. 2) Menghubungkan selang-selang pada modul,, Tensimeter air raksa secara paralel. 3) Menyiapkan tabel untuk mencatat hasil pengukuran.

33 4) Menguji dengan cara mengukur tekanan pada tensimeter, suhu dan kelembaban secara langsung dan bersama-sama antara modul dengan alat pembanding. 5) Mencatat hasil-hasil pengukuran kalibrasi tensimeter, suhu dan kelembaban di dalam tabel yang telah dibuat. 4.2 Hasil Pengukuran Pengambilan data dilakukan dengan mencatat modul dengan alat Digital Pressure Meter () dan Thermohygrometer, tempat dilakukan proses pengambilan data yaitu di ruang lab elektromedik kampus Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4.3.1 Pengukuran Mode Kalibrasi Tabel 4.1 Perbandingan Kalibrasi Tekanan naik No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Perbandingan Titik Kalibrasi pada Tekanan Naik (mmhg) Titik Pembacaan Data Alat ukur Ukur x1 x2 x3 x4 x5 x6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20,51 20,32 20,51 20,51 20,51 20,51 20 20,8 20,8 20,8 20,3 20,8 20,8 50,65 49,83 50,65 50,65 50,23 50,82 50 50,8 50,7 50,9 50,9 50,5 50,6 101,16 100,57 100,53 100,24 100,21 100,47 100 100,9 100,7 100,8 100,7 100,8 100,6 119,90 120,24 120,20 119,78 120,42 120,25 120 120,2 120,7 120,6 120,2 120,2 120,2 149,22 150,23 149,57 150,43 150,32 149,94 150 149.8 150,7 150,9 150,3 150,2 150,6 201.36 200,32 199,78 199,92 200,27 199,26 200 201,3 200,7 200,2 200,8 200,6 200,4 250,24 249,86 250,48 250,32 250,18 249,65 250 250,8 250,1 250,2 250,1 250,3 250,3

34 Berdasarkan data hasil pengukuran di atas, maka dapat diambil nilai rata rata pada modul dan disetiap poin hasil pengukuran untuk tekanan naik. Perhitungan nilai rata rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang tertera pada teknik analisa data di bab 3, sehingga didapatkan hasil perhitungan rata rata seperti pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Rata rata hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding pada tekanan naik Titik Alat pembanding(mmhg) (mmhg) No Ukur(mmHg) Rata Rata Rata Rata 1. 0 0 0 2. 20 20,7 20,5 3. 50 50,7 50,4 4. 100 100,8 100,5 5. 120 120,4 120,1 6. 150 150,4 150,0 7. 200 200,7 200,2 8. 250 250,1 250,1 Tabel 4.3 Perbanding Kalibrasi Tekanan Turun

35 Perbandingan Titik Kalibrasi pada Tekanan Turun (mmhg) No. Alat ukur Titik Ukur Pembacaan Data x1 x2 x3 x4 x5 x6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 20,51 20,51 20,51 20,53 20,14 21,37 20 20,8 20,8 20,9 20,5 20,9 20,8 3 50,65 49,83 50,65 49,65 49,65 50,02 50 50,7 50,4 50,4 50,8 50,3 50,9 4 100,34 99,71 99,53 98,90 99,28 99,63 100 100,9 100,6 100,5 99,5 99,6 100 5 120,71 120,08 119,27 119,49 120,71 119,64 120 120,6 120,9 120,1 120,5 120,9 120,7 6 150,85 149,43 149,22 149,41 150,04 149,72 150 150,4 150,4 149,8 150,2 150,6 149,5 7 201,36 199,10 199,29 199,29 199,10 199,51 200 201,8 200,3 200,9 199,8 200,6 198,9 8 251,06 250,61 249,61 249,02 249,43 250,24 250 251 250,4 249,8 249,7 249,9 250,8 Berdasarkan data hasil pengukuran di atas, maka dapat diambil nilai rata rata pada modul dan disetiap point hasil pengukuran untuk tekanan turun. Perhitungan nilai rata rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang tertera pada teknik analisa data di bab 3, sehingga didapatkan hasil perhitungan rata rata seperti pada tabel 4.2 sebagai berikut:

36 Tabel 4.4 Rata rata hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding pada tekanan turun No Titik Alat pembanding(mmhg) (mmhg) Ukur(mmHg) Rata Rata Rata Rata 1. 0 0 0 2. 20 20,8 20,6 3. 50 50,6 50,1 4. 100 100,2 99,6 5. 120 120,6 120 6. 150 150,2 149,8 7. 200 200,4 199,6 8. 250 250,3 250 A. Grafik hasil pengukuran perbandingan antara dan TA terhadap Tensimeter saat tekanan naik 1. Titik 20 mmhg 20.9 20.8 20.7 20.6 20.5 20.4 20.3 20.2 20.1 20 Grafik Tekanan 20 mmhg Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran teknanan modul terhadap Pada grafik gambar 4.4 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil simpangan terjauh yaitu pada pengukuran yang ke 2. Dimana hasil yang diperoleh yaitu 20,32 mmhg.

37 2. Titik 50 mmhg Grafik Tekanan 50 mmhg 51 50.5 50 49.5 49 Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik gambar 4.5 dapat diperoleh kesimpulan bahwa pengukuran yang dilakukan memiliki hasil terbaik pada percobaan ke 6 karena hasil yang diperoleh mendekati dengan. 3. Titik 100 mmhg 101.5 Grafik Tekanan 100 mmhg 101 100.5 100 99.5 Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik gambar 4.6 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang didapat mengalami kenaikan yang signifikan pada percobaan 1,2.

38 4. Titik 120 mmhg Titik Tekanan 120 mmhg 120.8 120.6 120.4 120.2 120 119.8 119.6 119.4 119.2 Gambar 4.7 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik gambar 4.7 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan memiliki hasil terbaik pada percobaan ke 6 karena hasil diperoleh mendekati dengan. 5. Titik 150 mmhg Titik Tekanan 150 mmhg 151.5 151 150.5 150 149.5 149 148.5 148 Gambar 4.8 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding

39 Pada grafik 4.8 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan memiliki hasil terbaik pada percobaan 1,4 dan 5 karena hasil yang diperoleh mendekati dengan nilai. 6. Titik 200 mmhg 202 201.5 201 200.5 200 199.5 199 198.5 198 Titik Tekanan 200 mmhg Gambar 4.9 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik gambar 4.9 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran tekanan yang telah dilakukan memiliki titik yang sama pada percobaan 1 dan 2 dimana hasil yang diperoleh pada range 20,36 mmhg.

40 7. Titik 250 mmhg 251 Titik Tekanan 250 mmhg 250.5 250 249.5 249 Gambar 4.10 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik gambar 4.10 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan yang tertinggi pada percobaan ke 3, dan percobaan dititik 250 mmhg termasuk percobaan yang terbaik karena nilai modul hampir mendekati nilai pembanding. B. Grafik hasil pengukuran perbandingan antara dan TA terhadap Tensimeter saat tekanan turun 1. Titik 20 mmhg 21.5 21 20.5 20 19.5 Titik Tekanan 20 mmhg Gambar 4.11 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding

41 Pada grafik 4.11 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan memiliki hasil terbaik karena hasil yang diperoleh mendekati nilai. 2. Titik 50 mmhg 51 50.5 Titik Tekanan 50 mmhg 50 49.5 49 Gambar 4.12 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik 4.12 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pada percobaan 3 mendekati nilai dari alat pembanding. 3. Titik 100 mmhg Titik Tekanan 100 mmhg 102 101 100 99 98 97 Gambar 4.13 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik 4.13 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan memiliki hasil terbaik yaitu pada percobaan ke 1 karena hasil yang diperoleh mendekati dengan.

42 4. Titik 120 mmhg 121.5 121 120.5 120 119.5 119 118.5 118 Titik Tekanan 120 mmhg Gambar 4.14 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik 4.14 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang didapat mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan pada modul. 5. Titik 150 mmhg 151 Titik Tekanan 150 mmhg 150 149 148 Gambar 4.15 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik 4.15 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang memiliki hasil terbaik yaitu pada percobaan ke 6 karena hasil yang diperoleh mendekati dengan.

43 6. Titik 200 mmhg 203 202 201 200 199 198 197 Titik Tekanan 200 mmhg Gambar 4.16 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik 4.16 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengukuran yang didapat mengalami kenaikan dan penurunan yang lumayan stabil. 7. Titik 250 mmhg 252 Titik Tekanan 250 mmhg 251 250 249 248 Gambar 4.17 Grafik hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding Pada grafik 4.17 dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengkuran yang didapat mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan, tetapi pada percobaan 2 dan 3 hasilnya mendekati.

44 4.3 Hasil Perhitungan Analisis Data 4.3.1 Pengukuran Kalibrasi Hasil dari pengukuran terhadap dan tensimeter pada mode kalibrasi dan kebocoran dihitung kembali untuk dianalisis. Perhitungan analisis data ini menggunakan rumus yang sudah ditentukan yaitu / rata-rata, simpangan, error (%), stdv (simpangan baku), dan Ua (ketidakpastian). Hasil perhitungan analisis data dapat dilihat pada tabel 4.5. Titik Sphygmomanometer Tabel 4.5 Analisis Hasil Pengukuran Data Tekanan Naik Ratarata Ratarata Simpangan Error (%) STDEV 0 0 0 0 0 0 0 20 20,7 20,5 0,2 1,2 0,194 0,039 50 50,7 50,4 0,3 0,6 0,367 0,073 100 100,8 100,5 0,3 0,2 0,373 0,075 120 120,4 120,1 0,3 0,2 0,222 0,044 150 150,4 150 0,4 0,3 0,433 0,087 200 200,7 200,2 0,5 0,3 0,647 0,129 250 250,1 250,1 0 0 0,285 0,057 Ua Berdasarkan Tabel 4.3 disimpulkan bahwa simpangan hasil pengukuran data tekanan naik modul (tugas akhir) terhadap alat pembanding () kurang dari 0.53, dimana nilai simpangan tertinggi diperoleh pada titik pengukuran tekanan 200 mmhg, nilai error terbesar yaitu 1.2% dititik pengukuran tekanan 20 mmhg, dan pada tekanan di atas 20 mmhg diperoleh nilai persen error kurang dari 0.7%.

45 Tabel 4.6 Analisis Hasil Pengukuran Data Tekanan Turun Titik Sphygmomanometer Ratarata Ratarata Simpangan Error (%) STDEV 0 0 0 0 0 0 0 20 20,8 20,6 0,2 0,9 0,435 0,087 50 50,6 50,1 0,5 1,0 0,466 0,093 100 100,2 99,6 0,6 0,6 0,468 0,094 120 120,6 120,0 0,6 0,5 0,621 0,124 150 150,2 149,8 0,4 0,2 0,552 0,110 200 200,4 199,6 0,8 0,4 0,809 0,162 250 250,3 250,0 0,3 0,1 0,706 0,141 Ua Berdasarkan Tabel 4.4 disumpulkan bahwa simpangan hasil pengukuran data tekanan turun modul (tugas akhir) terhadap alat pembanding () kurang dari 0.78, dimana nilai simpangan tertinggi diperoleh pada titik tekanan Shpygmomanometer di nilai 120 mmhg, nilai error terbesar yaitu 1% pada titik Shygmomanometer tekanan 50 mmhg, dan pada titik Sphygmomanometer tekanan lebih dari atau kurang dari 50 mmhg diperoleh nilai persen error kurang dari 1%. 4.3.2 Pengukuran Tes Kebocoran Tabel 4.7 analisis Hasil Pengukuran Data Tes Kebocoran Acuan Pembanding 200 mmhg/60s Ratarata x1 x2 x3 x4 x5 x6 199,0 198,6 194,9 197,1 198,4 199,5 197,9 199,87 198,10 194,03 196,73 198,10 198,95 197,6 Error % 0,16 Pada mode kebocoran, diketahui bahwa nilai error sebesar 0,16%. Sementara nilai rata rata modul sebesar 197,6 mmhg.

46 4.3.3 Pengukuran Suhu dan Kelembaban Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Suhu Hasil Data Pengukuran setiap 3 menit Suhu ( o C) No. Error % Pembanding 1 27,6 27,09 1,8 2 27,2 28,09 0,4 3 27,1 26,93 0,6 4 26,9 26,93-0,1 5 26,9 26,93-0,1 6 26,9 26,78 0,4 Rata-rata 27,1 27,0 0,5 Berdasarkan Tabel 4.4 disumpulkan bahwa error pengukuran data suhu modul (tugas akhir) terhadap alat pembanding (Thermohygrometer) kurang dari 1,9%, dimana nilai error tertinggi yaitu 1,8% diperoleh pada pengukuran suhu 27,09 o C, dan pada suhu di atas 27,09 o C diperoleh nilai persen error kurang dari 1,8

47 Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Kelembaban Hasil Data Pengukuran setiap 3 menit Kelembaban (%) No. Error % Pembanding 1 52 56,19-8,1 2 53 56,47-6,5 3 53 56,05-5,8 4 53 56,33-6,3 5 53 55,64-5,0 6 53 56,74-7,1 Rata-rata 52,8 56,2-6,4 Berdasarkan Tabel 4.4 disumpulkan bahwa error pengukuran data kelembaban modul (tugas akhir) terhadap alat pembanding (Thermohygrometer) kurang dari -8,2%, dimana nilai error tertinggi yaitu -8,1% diperoleh pada pengukuran kelembaban di titik 56,19%. 4.4 Pembahasan 4.4.1 Rangkaian Minimum Sistem ATMega8 Microcontroller AVR ATMega 8 memiliki fitur yang cukup lengkap. Microcontroller AVR AtMega 8 telah dilengkapi dengan ADC internal, EEPROM internal, Timer/Counter, PWM, analaog comparator, dll. Berdasarkan data sheet konfigurasi pin ATMega 8 dengan kemasan 28 pin DIP (Dual In-line Package)dan fungsi masing-masing pin sebagai berikut : 1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan tegangan supply. 2. GND merupakan pin ground.

48 3. Port B (PB7..PB0) merupakan Port I/O 8-bit dengan resistor pull-up internal tiap pin. Khusus PB6 dan PB7 memiliki fungsi lain. PB6 dapat digunakan sebagai input crystalldan input rangkaian clock internal, bergantung pada pengatuan Fuse bit.sedangkan PB7 dapat digunakan output kristal bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock. 4. Port C (PC5..PC0) merupakan Port I/O 7-bit dengan resistor pull-up internal tiap pin. Buffer PortC mempunyai kapasitas menyerap dan mencatu. 5. RESET/PC6 merupakan pin yang dapat difungsikan sebagai I/O dan RESET. Jika fuse bit RSTDISBL di programed, PC6 digunakan sebagai pin I/O, tapi ketika fuse bit RSTDISBL di unprogramed, PC6 digunakan sebagai pin RESET (aktif low). 6. Port D (PD7..PD0) merupakan pin yang berfungsi sebagai Port I/O 8-bit dengan resistor pull-up internal tiap pin. Buffer port D mempunyai kapasitas menyerap dan mencatu. 7. AVCC merupakan pin tegangan catu untuk A/D converter, PC3..PC0, dan ADC(7..6). AVCC harus dihubungkan ke VCC, walaupun ADC tidak digunakan. Jika ADC digunakan, maka AVCC harus dihubungkan ke VCC melalui low pass filter. 8. AREF merupakan pinyang digunakan untuk tegangan referensi analog untuk ADC.

49 9. ADC7..6(TQPF,QFN/MLF) hanya ada pada kemasan TQPF dan QNF/MLF, ADC7..6 digunakan untuk pin input ADC. 10. Membutuhkan tegangan +5VDC dan GND. 11. Tx dihubungkan ke PORTD.0 (RxD). 12. Rx dihubungkan ke PORTD.1(TxD). Rangkaian minimum sistem microcontroller ATMega 8 memiliki fitur-fitur sebagai berikut: 1. Saluran I/O sebanyak 23 buah, yaitu port B, port C, dan port D. 2. ADC internal sebanyak 6 buah saluran. 3. Tiga buah timer counter, dua diantaranya memiliki fasilitas pembanding. 4. CPU dengan 32 buah register. 5. Watchdog timer dan oscilator internal. 6. SRAM sebesar 1Kb. 7. Memori flash sebesar 8Kb system Self- programable Flash. 8. Unit interupsi internal dan eksternal. 9. Port interface SPI. 10. EEPROM sebesar 512 byte. 11. Port USART (Universal Syncronous and Asycronous Serial Reciever and Transmitter) untuk komunikasi serial.jadi, didapatkan gambar rangkaian sebagai berikut :

50 Gambar 4.18 Rangkaian minimum sistem ATMega8 4.4.2 Pembahasan Rangkaian Keseluruhan Pada saat alat dihidupkan secara otomatis alat akan melakukan pendeteksian sensor, akan ada 2 pemilihan mode yaitu yang pertama mode kalibrasi dan suhu, kelembaban dan yang kedua yaitu tes kebocoran. Kedua tombol ini menjadi inputan jalannya program, dimana tombol akan melewatkan logika low ke IC microcontroller. Hubungkan selang tensimeter pada selang sensor tekanan dan sambungkan juga dengan sebagai alat pembanding. Lakukan pemompaan secara manual, saat sensor MPX5100GP mendapat tekanan, output tekanan tersebut kemudian dikonversikan menjadi tegangan analog, dan output sensor yang berupa tegangan akan masuk menuju pin ADC 2 pada microcontroller. Sensor MPX5100GP dapat bekerja secara normal ketika mendapatkan tegangan

51 kerja aktif +5V, kemudian ADC akan mengkonversi tegangan analog menjadi data desimal yang disesuaikan dengan program micro. Program micro akan mengontrol serta menyesuaikan kinerja sistem secara keseluruhan sesuai yang diinginkan. Setelah tegangan output MPX5100GP diolah menjadi data decimal pembacaan tekanan akan ditampilkan pada LCD dengan satuan mmhg. Pada sensor suhu dan kelembaban yaitu HSM-20G. Output sensor HSM- 20G berupa tegangan, output sensor akan berubah-ubah sesuai dengan keadaan suhu dan kelembaban di dalam ruangan. Output sensor akan masuk menuju pin ADC 0 dan 1 pada microcontroller. Untuk suhu masuk pin ADC 0 dan untuk kelembaban masuk ke pin ADC 1. Selanjutnya, ADC akan mengkonversi tegangan analog menjadi data desimal. Setelah diolah menjadi data desimal pemabacaan suhu dan kelembaban akan ditampilkan pada LCD dengan satuan suhu ( o C) dan kelembaban yaitu (%). Pada modul menggunakan baterai sebagai power supply +5V.

Gambar Rangkaian Keseluruhan Gambar 4.18 Rangkaian Sistem Keseluruhan