III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

IV. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN. kebijakan pembangunan antara wilayah/negara daratan (continental/landlock

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

METODE PENELITIAN. Penjelasan dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut: paling besar di setiap Kecamatan. wilayah Kabupaten Pringsewu.

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, Negara kesatuan, dimana rencana-rencana pembangunan meliputi rencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

APLIKASI INPUT OUTPUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

BAB III METODE PENELITIAN

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TUGAS AKHIR. Oleh: RIZKI OKTARINDA L2D

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN BULELENG

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VI SEKTOR UNGGULAN DAN LEADING SECTOR DI KABUPATEN TTU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari perencanaan pembangunan menurut Basuki (2008) adalah untuk

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum memberikan hasil yang optimal dalam pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara, sebagaimana diungkapkan sebelumnya. Oleh karena itu, evaluasi terhadap kebijakan tersebut secara ilmiah sangat diperlukan guna membuat strategi selanjutnya yang lebih baik. Proses evaluasi tersebut dilakuan pada dua aspek yaitu, (1) penentuan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara dan (2) penentuan sektor basis daerah sebagai rujukan lokasi pengembangan sektor unggulan. Sehingga nantinya dapat dirumuskan kebijakan pengembangan sektor perekonomian dengan pertimbangan secara ilmiah normatif. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pendekatan yang dipakai dalam penulisan ini yaitu pengembangan perekonomian dengan pendekatan multisektoral. Dalam pendekatan multisektoral, perkembangan ekonomi regional terjadi melalui pertumbuhan sektor unggulan dan diversifikasi sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lain tersebut disebabkan adanya keterkaitan antara sektor ekonomi unggulan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Dengan demikian diharapkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan merupakan hasil dari sumbangan interaksi yang saling memperkuat diantara semua sektor dan wilayah yang terlibat. Pemikiran didasari pada bentuk pengembangan perkonomian daerah yang berpijak pada teori pertumbuhan ekonomi wilayah yaitu bahwa dalam pelaksanaan pembangunan daerah, faktor akumulasi modal merupakan faktor

53 penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pengembangan sektor-sektor perekonomian yang memiliki keunggulan dan menjadi basis daerah, akan menciptakan pembentukan modal. Hal ini terjadi karena dengan terbatasnya sumberdaya, maka pengembangan sektor tersebut dengan pengutamaan injeksi investasi akan berdampak pada peningkatan output sektor yang menjadi unggulan dan pada gilirannya akan meningkatkan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada sektor lainnya dan perekonomian daerah secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan daerah yang disusun secara komprehensif pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pembangunan daerah sehingga hasil-hasilnya yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pembangunan perekonomian daerah, setiap kebijakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan di daerah pasti akan mendasarkan diri dari kekhasan yang menjadi ciri daerah yang bersangkutan, dimana kegiatan tersebut ditujukan bagi terciptanya peningkatan, baik jumlah maupun jenis, kesempatan kerja bagi masyarakatnya, pertumbuhan ekonomi wilayah yang stabil, dan peningkatan pendapatan perkapita. Adapun pola-pola pendekatan analisis, sumber data, dan prosedur yang dilakukan dalam penulisan ini dapat diuraikan sebagaimana berikut. Dengan memahami pola dan prosedur pendekatan analisis yang dilakukan diharapkan dapat dicapai tujuan yang telah ditetapkan. 1. Penentuan Provinsi Maluku Utara Untuk mengevaluasi apakah sektor pertanian merupakan sektor unggulan ataukah terdapat kemungkinan sektor-sektor perekonomian lainnya yang dapat menjadi sektor unggulan Provinsi Maluku Utara secara ilmiah dan normatif, maka

54 sarana dasar yang dilakukan yaitu analisis Input-Output (I-O) terhadap sektorsektor perekonomian di Maluku Utara berdasarkan Tabel I-O updating tahun 2005. Tabel I-O dasar yang dipakai dalam proses updating yaitu Tabel I-O tahun 2001, dimana teknik yang digunakan untuk melakukan updating yaitu dengan menggunakan Metode RAS dengan melakukan survei parsial dan terbatas, yang dikembangkan oleh Prof. Richard Stone dari Cambridge University, Inggris (Miller dan Blair, 1985). Analisis yang dilakukan terhadap Tabel I-O updating tahun 2005 adalah analisis struktur perekonomian, keterkaitan antarsektor dan angka pengganda sektoral. Analisis keterkaitan dan angka pengganda dilakukan dengan menggunakan koefisien teknis (matriks A) dan matriks kebalikan leontief terbuka (matriks B) yang dihasilkan dari proses updating Tabel I-O tahun 2005 Maluku Utara. Struktur perekonomian yang dianalisis yaitu struktur permintaan dan penawaran, struktur output dan nilai tambah bruto, struktur permintaan akhir, struktur ketenagakerjaan, dan tingkat ketergantungan faktor input. Untuk keterkaitan antarsektor, dianalisis keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang. Sedangkan analisis angka pengganda, diperoleh nilai angka pengganda output, angka pengganda pendapatan, angka pengganda tenaga kerja, angka pengganda pajak, dan angka pengganda nilai tambah. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan menggunakan data-data dari hasil analisis Tabel I-O updating Maluku Utara tahun 2005, dapat ditentukan sektorsektor unggulan Maluku Utara serta mengevaluasi apakah sektor pertanian merupakan sektor unggulan Maluku Utara. Diagram alir penentuan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

55 Menganalisis sektor-sektor unggulan di level provinsi dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku Utara. Analisis Input-Output (Level Provinsi) Updating Tabel I-O 24 Sektor Tahun 2005 Koefisien Teknis (a ij ) Open Inverse Matriks Leontief (b ij ) Analisis Struktur Perekonomian Analisis Keterkaitan Analisis Angka Pengganda Struktur permintaan, penawaran, output, nilai tambah, permintaan akhir, ketenagakerjaan, TKFI DBL, DFL, DIBL, DIFL, SD, CD, Pengganda output, pendapatan, tenaga kerja, pajak, nilai tambah Resume Struktur Perekonomian, Keterkaitan Antar Sektor dan Dampak Pengganda Sektoral Kriteria Maluku Utara Penentuan Sektor Unggulan Provinsi Maluku Utara Gambar 1. Diagram Alir Penentuan Provinsi

56 Kriteria penetapan sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara, adalah: 1. Mempunyai kemampuan menciptakan permintaan pasar yang tinggi sehingga menjadikan Provinsi Maluku Utara sebagai pasar output yang potensial; variabel yang digunakan adalah derajat kepekaan. 2. Berkemampuan menggerakan penyediaan atau penawaran yang tinggi atas output sektor lainnya; variabel yang digunakan adalah daya penyebaran. 3. Berorientasi bahan baku lokal yang besar; variabel yang digunakan adalah persentase penggunaan input impor. 4. Mampu memicu pertumbuhan ekonomi, menciptakan nilai tambah, memacu peningkatan pendapatan masyarakat, dan menciptakan tenaga kerja; variabel yang digunakan adalah pengganda output, pengganda nilai tambah, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. 5. Memiliki potensi sebagai sumber pendapatan daerah; variabel yang digunakan adalah pengganda pajak. 6. Memiliki kontribusi PDRB yang besar; variabel yang digunakan adalah kontribusi dalam struktur perekonomian. 7. Mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainibility), maka sektor-sektor yang dipilih merupakan sektor-sektor dengan sifat sumber daya terbaharukan (renewable). Jika sumber daya sektor bersifat terbaharukan maka diberi nilai angka satu (1), sebaliknya jika sumber daya sektor bersifat tidak terbaharukan maka diberi nilai angka nol (0). Kriteria-kriteria tersebut dievaluasi sesuai nilai masing-masing kriteria. Tiga sektor yang secara umum memberikan nilai terbaik pada seluruh kriteria ditetapkan sebagai sektor unggulan Provinsi Maluku Utara.

57 2. Identifikasi Sektor-sektor Unggulan Provinsi yang Menjadi Sektor Basis pada Tiap Kabupaten/Kota Setelah dianalisis keterkaitan sektoral pada tataran provinsi, selanjutnya dianalisis pada kabupaten/kota mana sektor-sektor tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, pendekatan yang dipakai adalah dengan menentukan sektor basis pada setiap kabupaten/kota. Pemahaman sektor basis pada setiap kabupaten/kota dimaksudkan untuk mendukung kebijakan pengembangan sektoral pada tataran provinsi. Proses penentuan sektor basis pada kabupaten/kota dalam mendukung pengembangan sektor unggulan provinsi, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2. Mengidentifikasi sektor-sektor unggulan provinsi yang Menjadi Sektor Basis pada Tiap Kabupaten/Kota. Provinsi Maluku Utara Penetapan Lokasi Pengembangan Sektor Unggulan Location Quotient (LQ > 1) Shift Share Analysis (SSA > 0) Basis Aktivitas pada Kabupaten/Kota Keunggulan Kompetitif dan Bauran Industri Lokasi-lokasi Pengembangan di Maluku Utara Gambar 2. Diagram Alir Identifikasi Lokasi Provinsi yang Menjadi Basis tiap Kabupaten/Kota di Maluku Utara

58 Analisis yang digunakan untuk identifikasi lokasi pengembangan sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara adalah metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA). Dari analisis LQ, dapat diketahui basis aktivitas sektor unggulan Provinsi Maluku Utara pada kabupaten/kota yang ditandai dengan nilai LQ>1. Dari hasil analisis SSA dapat diperoleh data mengenai differential shift (DS) dan proportional effect (PE) yang menggambarkan bahwa sektor-sektor unggulan mempunyai daya saing atau tingkat kompetitif serta bauran industri pada kabupaten/kota di Maluku Utara, indikator yang digunakan adalah nilai DS > 0 dan PE > 0 (positif). Selanjutnya, rekomendasi arahan untuk pengembangan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara pada tiap kabupaten/kota yang sesuai dan memenuhi kriteria di atas yaitu nilai LQ sektor > 1 dan nilai DS serta PE > 0 atau positif. 3. Kebijakan Pengembangan Sektor Perekonomian Provinsi Maluku Utara Setelah di analisis sektor unggulan dan lokasi (kabupaten/kota) pengembangan sektor unggulan, maka selanjutnya dirumuskan kebijakan pengembangan sektor perekonomian di Maluku Utara baik secara spasial pada level provinsi dan kabupaten/kota maupun secara sektoral dengan pola pengembangan sektor perekonomian yang memperhatikan keterkaitan dan pengganda yang diciptakan oleh masing-masing sektor perekonomian. Kebijakan pengembangan sektor perekonomian pada level provinsi dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis sektor unggulan. Jika hasil evaluasi, menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan maka sektor pertanian dinyatakan layak dan harus diprioritaskan dalam injeksi investasi di Maluku Utara. Namun sebaliknya, jika sektor pertanian bukanlah sektor

59 unggulan Maluku Utara dan terdapat sektor lainnya yang menjadi unggulan Maluku Utara, maka harus dibuat suatu kebijakan yang dapat mengembangkan sektor unggulan lain tersebut bersamaan dengan sektor pertanian melalui pola pengembangan yang terintegrasi. Diprioritaskannya sektor pertanian dalam pembangunan Provinsi Maluku Utara, mengingat beberapa hal yaitu: (1) sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB, (2) sektor pertanian mempunyai daya serap tenaga kerja yang sangat tinggi, dan (3) sektor pertanian dalam jangka pendek masih merupakan sektor tumpuan kehidupan masyarakat pada umumnya. Permasalahan yang dihadapi sektor pertanian adalah masalah produktivitas yang rendah. Oleh karena itu, melalui analisis ini dapat ditemukan pola pengembangan sektor pertanian yang lebih memberikan nilai tambah dan tetap menjadi penggerak perekonomian Maluku Utara. Sedangkan pada level kabupaten/kota, kebijakan pengembangan memperhatikan hasil analisis sektor unggulan provinsi dan sektor basis kabupaten/kota sebagai dasar penentuan lokasi pengembangan. Kabupaten/kota yang memenuhi kriteria dalam pengembangan sektor unggulan provinsi maka arahan lokasi pengembangan sektor unggulan lebih diprioritaskan pada kabupaten/kota tersebut. Sebaliknya kabupaten/kota yang memiliki basis tidak seperti sektor unggulan provinsi, maka kebijakan pengembangan yang dilakukan diprioritaskan pada sektor basis setiap kabupaten/kota, dan dapat juga menjadi kabupaten/kota penyangga pengembangan sektor unggulan provinsi. Selain itu, perlu juga diidentifkasi sektor-sektor pendukung dalam mengembangkan sektor unggulan maupun basis, sehingga pengembangan ekonomi lebih sinergis dan

60 terintegrasi. Proses perumusan kebijakan pengembangan sektor perekonomian, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Merumuskan kebijakan pengembangan sektor perekonomian Maluku Utara Provinsi Maluku Utara Ya Tidak adalah Sektor Pertanian Sektor Lainnya adalah Sektor Pertanian Diprioritaskan Kebijakan Pengembangan Sektor Unggulan Lainnya dan Sektor Pertanian yang Sinergis dan Terintegrasi Sektor Basis Kabupaten/Kota Provinsi = Sektor Basis Kabupaten/Kota Provinsi Sektor Basis Kabupaten/Kota Arahan Lokasi Pengembangan pada Kabupaten/Kota yang Memiliki Basis Sektor Unggulan Pengembangan Sektor Perekonomian Sesuai dan Diprioritaskan pada Basis Kabupaten/Kota Hubungan Spasial Kabupaten/Kota dan Sektoral yang Saling Menunjang dalam Pengembangan Sektor Perekonomian Provinsi Maluku Utara Gambar 3. Diagram Alir Perumusan Kebijakan Pengembangan Sektor Perekonomian Maluku Utara