ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

Politeknik Negeri Sriwijaya

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

Mesin Arus Bolak Balik

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1

JENIS-JENIS GENERATOR ARUS SEARAH

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

OPERATION GENERATOR 1. PEMBEBANAN GENERATOR 2. KONTROL KECEPATAN DAN DAYA AKTIF 3. KONTROL DAYA REAKTIF 4. PERBAIKAN FAKTOR DAYA

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENERTOR SINKRON ( Aplikasi PLTG Pauh Limo Padang )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II DASAR TEORI. Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

GENERATOR SINKRON Gambar 1

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

GENERATOR ARUS SEARAH

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR SINKRON DI PLTD MERAWANG KABUPATEN BANGKA INDUK SUNGAILIAT

KONDISI TRANSIENT 61

KONSTRUKSI GENERATOR DC

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik dewasa ini telah memiliki peranan penting dalam bidang industri.

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA MOTOR SINKRON TIGA FASA. Elfizon. Abstract

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON. Abstrak :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Medan Area

BAB II GENERATOR. II.1. Umum Salah satu bagian besar dari sistem tenaga listrik adalah stasiun pembangkit

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

Gambar 1. Karakteristik torka-kecepatan pada motor induksi, memperlihatkan wilayah operasi generator. Perhatikan torka pushover.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

Mesin Arus Bolak Balik

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON YANG BEKERJA PARALEL TERHADAP PERUBAHAN FAKTOR DAYA

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

ANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

3/4/2010. Kelompok 2

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perubahan beban terhadap karakteristik generator sinkron 3 fasa PLTG Pauh

BAB I PENDAHULUAN. adanya tambahan sumber pembangkit energi listrik baru untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUATAN SENDIRI MENGGUNAKAN STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR (STATCOM)

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Transformator (trafo)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS PERTANYAAN SOAL

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MENGUKUR RESISTANSI BELITAN MEDAN DAN ROTOR

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

LAMPIRAN STUDI ANALISA KERJA PARALEL GENERATOR

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR Imron Ridzki 1 Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh perubahan eksitasi terhadap daya reaktif generator pada unit pembangkitan. Analisis yang dilakukan meliputi operasi paralel generator sinkron dengan sistem daya, perubahan beban, perubahan tegangan, perubahan eksitasi, dan pengontrolan daya reaktif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fluktuasi tegangan berkisar ± 0,66% dari tegangan nominal. Tegangan cenderung konstan agar sinkronisasi terjaga dengan sistem. Kenaikan eksitasi awal berkisar ± 3,27%. Adanya perubahan daya reaktif sebesar ± 5,26 MVAR. Arus medan generator mengontrol daya reaktif yang disuplai generator ke sistem daya. Kata-kata kunci: perubahan tegangan, eksitasi, daya reaktif, sistem daya Abstract This research is to analyze the effect of excitation changes on reactive power of generators operated in power plant unit. The analysis consists of the parallel operation between synchronous generator and power system, the load fluctuation, the voltage fluctuation, the excitation fluctuation, and reactive power control. This research concludes that the voltage fluctuation is ± 0.66% of nominal voltage. In order to keep synchronous state between generator and power system, the voltage is almost constant everytime. The increment of the initial excitation is about ± 3.27%. The fluctuation of reactive power is about ± 5.26 MVAR. The field current of generator controls reactive power supplied to the power system by generator. Keywords: voltage fluctuation, excitation, reactive power, power system 1. PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan energi listrik mendorong peningkatan penyediaan pembangkitan energi listrik yang memadai. Generator adalah salah satu peralatan utama dalam suatu pembangkit tenaga 1 Imron Ridzki. Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang. 31

Jurnal ELTEK, Vol 11 No 02,Oktober 2013 ISSN 1693-4024 listrik, baik pada pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga gas, pembangkit listrik tenaga uap, dan pembangkit listrik tenaga diesel.pembebanan sistem interkoneksi selalu berubahubah setiap saat, sehingga unit-unit generator pada masingmasing pembangkit yang berkontribusi pada sistem interkoneksi harus selalu siap menghadapi berbagai kondisi sistem (Weedy, et.al., 1988: 77). Perubahan beban itu menyebabkan fluktuasi perubahan tegangan keluaran generator. Perubahan tegangan keluaran bisa menimbulkan bermacam-macam efek ke generator. Kondisi stabilitas generator bisa mempengaruhi stabilitas sistem tenaga listrik secara umum. Stabilitas sistem tenaga listrik adalah permasalahan penting dalam menunjang kehandalan sistem tenaga listrik. Oleh karena itu fenomena pengaruh perubahan tegangan generator perlu dianalisis dalam rangka mendukung stabilitas dan kehandalan sistem tenaga listrik. Makalah ini membahas pengaruh perubahan eksitasi terhadap daya reaktif generator pada unit pembangkitan. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hubungan Tegangan Terminal dan Eksitasi Eksitasi adalah bagian dari sistem dari generator yang berfungsi membentuk/menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu, sehingga dihasilkan satu GGL induksi (Jerkovic, et.al., 2010: 142). Setelah generator AC mencapai kecepatan nominal, medannya dieksitasi dari catu DC. Ketika kutub lewat di bawah konduktor jangkar, fluksi medan yang memotong konduktor menginduksikan GGL pada konduktor jangkar. Besarnya GGL yang dibangkitkan tergantung pada laju pemotongan garis gaya (kecepatan rotor) dan kuat medan. Karena generator kebanyakan berkerja pada kecepatan konstan, maka besarnya GGL yang dibangkitkan menjadi bergantung pada eksitasi medan. Eksitasi medan dapat langsung dikendalikan dengan mengubah besarnya tegangan eksitasi yang dikenakan pada kumparan medan generator. Arus medan merupakan arus searah yang diberikan pada belitan rotor. Pemberian arus medan ini bertujuan untuk menghasilkan fluks dan medan pada kumparan rotor. Berdasarkan 32

hukum Faraday, jika suatu penghantar yang dialiri arus listrik yang digerakkan di sekitar kumparan, maka pada kumparan tersebut timbul GGL induksi (Akhmad, 1983: 27). Sama halnya dengan kumparan rotor (kumparan medan) yang dialiri arus listrik kemudian diputar, maka medan di sekitar kumparan medan akan memotong batang-batang konduktor pada stator (kumparan jangkar) (Azis, 1984: 46). Apabila pada ujungujung kumparan stator (terminal stator) diberi beban, maka akan timbul GGL induksi pada kumparan stator dan menghasilkan tegangan listrik pada terminal stator yang dihubungkan ke beban tadi. Tegangan induksi yang dihasilkan tergantung dari rata-rata perubahan fluksi yang melingkupi. Tegangan yang dihasilkan terdapat pada kumparan jangkar dan tergantung dari kuat medan pada rotor dan kecepatannya (Listen, 1988: 239). Besar kecilnya fluksi tergantung dari arus medan yang diberikan pada kumparan medan. Jika dalam pelaksanaannya putaran generator dibuat tetap, maka tegangan generator tergantung pada kuat lemahnya arus pada kumparan medan (Listen, 1988:239). 2.2. Hubungan Tegangan Terminal dan Daya Reaktif Pada generator juga ada hubungan antara tegangan terminal VT dan daya reaktif Q. Ketika muatan lambat ditambahkan pada generator sinkron, tegangan terminalnya akan menurun. Sebaliknya, ketika muatan utama ditambahkan pada generator sinkron, maka tegangan terminalnya akan naik. Hal ini dimungkinkan membuat kurva tegangan terminal terhadap daya reaktif, dan plot itu memiliki karakteristik menurun seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 33

Jurnal ELTEK, Vol 11 No 02,Oktober 2013 ISSN 1693-4024 VT, s VTnl VTfl -Q 0 Qfl Q (reaktive power), kvar supplied Gambar 1. Kurva tegangan terminal (V T ) dan daya reaktif (Q) Karakteristik ini tidak linier, tetapi banyak regulator tegangan generator memasukkan fitur untuk melinierkan. Kurva karakteristik dapat dinaikkan dan diturunkan dengan mengubah tegangan terminal tanpa muatan poin yang ditetapkan pada regulator tegangan. Seperti dengan karakteristik daya frekuensi, kurva ini memainkan peran penting dalam operasi parallel generator sinkron. Maka penting merealisasikan bahwa satu generator beroperasi sendiri, daya nyata P dan daya reaktif Q yang disuplaikan dengan generator akan menjadi jumlah yang diminta oleh muatan yang dicantumkan pada generator P dan Q yang disuplaikan tidak dapat dikontrol dengan kontrol generator. Karena itu, untuk daya nyata tertentu, pengatur menetapkan poin kontrol frekuensi operasi generator fe, dan daya reaktif tertentu, kontrol medan arus voltase terminal generator V T. 3. PEMBAHASAN 3.1 Perubahan Permintaan Daya Pada generator yang diparalel dengan sistem daya, apabila putaran dan tegangan dibuat tetap maka pengaturan uap masuk juga ditingkatkan (dengan mengubah set point governor). Pengaruh peningkatan ini, maka frekuensi tanpa muatan generator akan naik. Karena frekuensi sistem tidak berubah (frekuensi infinite bus tidak dapat berubah), maka daya yang disuplai generator meningkat. 34

Sebagaimana diketahui bahwa semua generator yang bersamasama memberikan daya pada suatu unit pembangkit yang tunggal mempunyai suatu komposisi pengaturan Speed Drop terletak antara pengaturan paling rendah dan yang paling tinggi tiap-tiap individu generator yang beroperasi secara paralel. Gambar 2 adalah karakteristik untuk suatu generator yang mempunyai suatu daya nominal P dan karakteristik S. Jika P naik, karakteristik baru membuat suatu sudut lebih kecil dengan garis horizontal AB paralel pada koordinat daya. Jika beban tak terhingga kurva akan bertepatan dengan AB. A 1 B P C C 1 Gambar 2. Karakteristik P Generator P 1 A 1 F F Derajat ketidaksamaan pengaturan pada jaringan B P 1 P P1 Gambar 3. Karakteristik Generator dan Beban Dalam Gambar 3, titik operasi generator F terletak pada garis AB. Jika daya generator diturunkan dengan menggunakan speed changer, kurva akan bergerak ke bawah. Titik operasi yang baru Dengan kata lain, bila sebuah generator sedang memberikan daya suatu sistem sangat besar dalam paralel dengan pembangkitpembangkit lain, kontrol tambahan akan efektif merubah daya dan generator itu khusus tetapi frekuensi akan tetap konstan. Ini 35

Jurnal ELTEK, Vol 11 No 02,Oktober 2013 ISSN 1693-4024 dijaga pada harga normal oleh suatu unit pembangkit lain yang dihubungkan dengan sistem. 3.2 Pengaruh Fluktuasi Tegangan Berdasarkan data data harian yang diperoleh, maka dapat dihitung parameter-parameter sebagai berikut: Dari nameplate diketahui: Xs = 1,81 pu; V = 15000 Volt; I = 9623 A Vbase Zbase Ibase 15000 = 9623 = 0,9 3 Dari data: Ea S Q If = 954 A V = 15 kv Ia =3950 A 0 = V + jixs = 15 kv + (j3950x1,6) 0 = V.I = 15000 x 3950 = 59.250.000 = 59,25 MVA = 59,25 x sin 8,1 0 = 8,3 MVAR 36

If Ia Ra Xs Rf Vf Ea V Lf Gambar 4. Rangkaian Ekivalen Generator Berdasarkan perhitungan diatas dapat dibuat tabel berdasarkan beberapa kondisi pada bulan Maret seperti Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Ea dan Q I f (A) Ia (A) V T (kv) Ea (kv) Q (MV 954 990 1000 1110 1270 3950 3900 3900 5700 6100 0.99 0.98 0.98 0.97 0.95 15 15.1 15.2 15.3 15.4 16.3 16.4 17.5 17.81 18.23 AR) 8,24 11,7 11,8 16,7 29,3 Dari data Tabel 1, pada perhitungan pada titik-titik tertentu, maka dapat diperoleh bahwa semakin besar I f maka nilai Ea pun juga semakin besar. Kenaikan yang paling mencolok pada I f = 1000 A yang mempunyai nilai Ea = 17,81 kv. Hal ini juga mempengaruhi nilai V T yang berubah yaitu dengan nilai ini cenderung konstan karena untuk menjaga sinkronisasi dengan sistem sebesar 15,2 kv menjadi 15,3 kv jadi naik 0,66% dari tegangan nominal. Jadi apabila nilai kenaikan yang diambil dari data di atas didapatkan perubahan kenaikan Ea sebesar rata-rata ± 0,48 kv, maka menyebabkan kenaikan tegangan sebesar 0,66% dari tegangan nominal. Dari data perhitungan di atas juga didapat perubahan nilai Q (daya reaktif) akibat perubahan If rata-rata 3,27% (diambil dari sampel data) dengan nilai perubahan Q ratarata sebesar ± 5,26 MVAR. 37

Jurnal ELTEK, Vol 11 No 02,Oktober 2013 ISSN 1693-4024 19000 18000 17000 K urva I deal I f t erhadap E a E a 16000 V 15000 Q (MVAR) 900 1000 1100 1200 Gambar 5. Kurva If terhadap Ea dan V If 30 25 20 15 10 5 900 1 000 110 0 120 0 Gambar 6. Kurva Hubungan If terhadap Q If (A) Penyebab perbedaan kurva hubungan If dan Ea ideal dengan kurva hasil perhitungan adalah: 1. Karena adanya rugi-rugi pada eksitasi. Meskipun rugi eksitasi dianggap kecil, tetapi masih berpengaruh terhadap nilai Ea. Semakin besar arus eksitasi yang disuplai, maka lilitan pada rotor juga akan panas. Hal ini akan berakibat arus eksitasi juga berkurang dan Ea juga akan turun sedikit. 2. Karena kurva ideal diambil pada generator masih keadaan baru (dalam keadaan ideal). Pada generator yang sudah dioperasikan begitu lama, kinerjanya juga akan menurun. 3. Karena perubahan beban yang disuplai generator. 38

3.3 Daya Reaktif Negatif Berdasarkan data dan kurva perubahan tegangan pada beberapa bulan tertentu didapatkan adanya nilai Q (daya reaktif) yang bernilai negatip. Diambil 1 bulan tertentu dengan Q (daya reaktif) yang bernilai negatip sebagai sampel, didapatkan perhitungan sebagai berikut: Data : If = 884 A V= 15,2 kv Ia= 3866 A = -0,99 = - 8,1 0 Maka: S = V.I = 15,2 x 3866 = 59,6 MVA = 59,6 x (sin -8,1 0 ) = -8,3 MVAR Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapatkan Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Q Negatif If Ia Cos V Q (A) 800 820 870 884 (A) 4000 4000 3900 3866-0,98-0,98-0,99-0,99 (kv) 15 14,9 15 15,2 (MVAR) -12-11,85-11,63-8,3 Berdasarkan Tabel 2, didapatkan kurva hubungan If terhadap Q seperti pada gambar 7. -Q (M V AR) 1 2 1 1 10 8 7 800 810 820 830 840 850 860 870 880 890 If (A) Gambar 7. Kurva Hubungan If terhadap Q 39

Jurnal ELTEK, Vol 11 No 02,Oktober 2013 ISSN 1693-4024 Berdasarkan gambar 7, semakin kecil If maka daya reaktif (Q) semakin turun yaitu: - Saat If =884 A Q = -8,3 MVAR - Saat If =870 A Q = -11.63 MVAR - Saat If =820 A Q = -11.85 MVAR - Saat If =800 A Q = -12 MVAR Generator yang mempunyai nilai Q (daya reaktif) negatip berarti generator tersebut bertindak sebagai kapasitor dengan kata lain generator tersebut mengkonsumsi daya reaktif. Hal ini terjadi karena generator terlalu dibebani beban kapasitif pada saat terjadi nilai negatip tersebut. Kondisi ini disebabkan beroperasinya motor sinkron secara bersamaan pada sebagian besar pabrik. Bagaimana generator tersebut dapat disesuaikan dengan pensuplaian daya reaktif kepada sistem tersebut, tergantung pada menyesuaian arus medan (If). Dalam sistem interkoneksi, jika ada generator lain yang diberi eksitasi berlebihan ketika menghadapi pertambahan beban, maka pada generator lainnya akan menyerap daya reaktip (daya reaktif negatif). Kurva daya 2 generator, dengan salah satu generator menyerap daya reaktif negatif digambarkan pada Gambar 8. P1 (kw) P1 + P2 1 Gen erator 1 QT=Q1 + Q2 ST (kva) S1 (kva) S2 (kva) Gene rator 2 2 Q2 (kvar) P2 (kw) Gambar 8. Kurva Daya 2 Generator Berdasarkan Gambar 8, diketahui bahwa generator 1 yang mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada generator 2. Eksitasi generator 1 dinaikkan lebih sehingga E1 lebih besar dari E2, sehingga daya reaktif generator 2 bernilai negatip (karena 40

bersifat kapasitif). Kondisi ini hanya sesaat, karena apabila berlangsung terus menerus akan mengakibatkan rele yang mengamankan generator 2 akan bekerja. Dalam makalah ini, generator yang dibahas adalah generator 2 yang berkapasitas lebih kecil dibanding generator 1. 4. PENUTUP Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa fluktuasi tegangan berkisar ± 0,66% dari tegangan nominal. Tegangan cenderung konstan agar sinkronisasi terjaga dengan sistem. Kenaikan eksitasi awal berkisar ± 3,27%. Adanya perubahan daya reaktif sebesar ± 5,26 MVAR. Arus medan generator mengontrol daya reaktif yang disuplai generator ke sistem daya. 5. DAFTAR PUSTAKA Akhmad, S., 1983, Sistem Eksitasi, Divisi Pemeliharaan PLTU Gresik, Gresik, hal. 27. Azis, M., 1984, Operasi Generator Arus Bolak-Balik, Divisi Pemeliharaan PLTU Gresik, Gresik, hal. 46. Jerkovic, V., Miklosevic, K., Zeljko, S., 2010, Excitation System Models of Synchronous Generator, Faculty of Electrical Engineering Osijek, Croatia, 142. Listen, E.C., 1988, Mesin dan Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta, 239. Weedy, B.M., Cory, B.J., 1998, Electric Power System, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, England, 77. 41