BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI Kriteria Inklusi Kriteria inklusi sampel yang digunakan adalah mencit galur C3H berusia minggu dengan berat g.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENILAIAN HASIL DEGRADASI LIPOSOM EPC-TEL 2,5 PADA SUSPENSI HEPAR MENCIT 30 MENIT SETELAH INJEKSI INTRAPERITONEAL

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap yaitu:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

4002 Sintesis benzil dari benzoin

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962).

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Modul l Modul 2 Modul 3

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN Bahan, alat, dan hewan percobaan Bahan Alat Hewan uji 3.2 Penyiapan Ekstrak Petiveria alliacea

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk mengetahui kestabilan biologik TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 secara in vivo pada hepar mencit. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Departemen Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Maret 2007 Maret 2008, dengan rincian sebagai berikut: penyelesaian proposal dan perencanaan pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2007, pelaksanaan eksperimen dilakukan pada bulan April 2007 hingga bulan Juli 2007, pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Agustus 2007 hingga bulan Januari 2008, dan pembuatan laporan penelitian beserta format publikasi dilakukan pada bulan Februari 2008 hingga bulan Maret 2008. 3.3. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang harus dijelaskan secara jelas sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dalam pemahamannya, antara lain: Degradasi secara in vivo adalah pemecahan suatu substansi melalui reaksi enzimatik oleh tubuh sehingga tidak terjadi akumulasi substansi tersebut di dalam tubuh. Tetraeter lipid adalah lipid hasil ekstraksi dari Archaea. Pada penelitian ini tetraeter lipid yang digunakan bersal dari Thermoplasma acidophilum. Liposom EPC-TEL 2,5 adalah adalah liposom yang dikembangkan oleh Purwaningsih. Liposom ini merupakan kombinasi antara fosfatidilkolin yang berasal dari kuning telur (Egg Yolk Phosphatidylcholine/EPC) dan tetraeter lipid (TEL) dari Thermoplasma acidophilum dengan perbandingan 40:1 (jumlah mol TEL sebesar 2,5 persen dari jumlah mol EPC), yaitu 4 mmol EPC dan 0,1 mmol TEL. Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 23 2008

Injeksi intraperitoneal adalah injeksi di bagian kuadran bawah abdomen untuk memasukkan substansi ke dalam rongga peritoneal (rongga abdomen). Injeksi intraperitoneal pada penelitian ini dilakukan satu kali dengan volume pemberian sebesar 0,5 ml. Retention factor (Rf) adalah jarak yang ditempuh bercak dari titik awal dibagi jarak yang ditempuh eluen dari titik awal. Terdegradasi : jika pada kelompok perlakuan terdapat lebih banyak bercak (Rf) dibanding dengan kontrol + TEL dan gambaran yang sama tidak terlihat pada kontrol tanpa TEL. Tidak terdegradasi : apabila pada kelompok perlakuan, kontrol + TEL, dan kalibrasi terdapat gambaran bercak yang sama dan gambaran yang sama tidak terlihat pada kontrol tanpa TEL. 3.4. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mencit galur C3H jantan dan betina hasil breeding di Departemen Patologi Anatomik FKUI. 3.5. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi sampel yang akan digunakan adalah mencit galur C3H berusia 12-16 minggu dengan berat 18-25 gram dan dalam keadaan sehat. 3.6. Besar Sampel Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan bagian dari penelitian induk yang dilakukan oleh 5 orang peneliti. Kelima peneliti ini sama-sama meneliti mengenai degradasi TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 secara in vivo yang terbagi pada saat 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan 8 jam setelah injeksi intraperitoneal liposom EPC-TEL 2,5 yang selanjutnya dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian induk terdiri dari dengan 6 kelompok, yaitu: 1. Kelompok kontrol: injeksi larutan NaCl fisiololgis secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml dan segera dimatikan. 2. Kelompok perlakuan 1 : injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml dan dimatikan 30 menit setelah injeksi. Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 24 2008

3. Kelompok perlakuan 2 : injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml dan dimatikan 1 jam setelah injeksi. 4. Kelompok perlakuan 3 : injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml dan dimatikan 2 jam setelah injeksi. 5. Kelompok perlakuan 4 : injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml dan dimatikan 4 jam setelah injeksi. 6. Kelompok perlakuan 5 : injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml dan dimatikan 8 jam setelah injeksi. Federer: Besar sampel penelitian untuk penelitian induk dihitung dengan rumus (n-1) (t-1) 15 Keterangan: n = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan t = jumlah kelompok perlakuan Dari rumus di atas dapat dilakukan perhitungan besar sampel sebagai berikut: t = 6, maka didapatkan: (n-1) (6-1) 15 (n-1) 5 15 (n-1) 3 n 4 Dari hasil perhitungan di atas, jumlah mencit yang akan dijadikan sampel dalam penelitian induk sebanyak 4 ekor untuk tiap kelompok dengan jumlah total 24 ekor mencit. Kelima peneliti pada akan meneliti perbandingan degradasi TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 pada waktu yang berbeda. Pada kesempatan ini penulis meneliti perbandingan degradasi TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (30 menit) yang selanjutnya disebut sebagai kelompok perlakuan. Karena penelitian yang dilakukan penulis Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 25 2008

melibatkan 2 kelompok, maka mencit yang digunakan sebanyak 8 ekor dan dibagi secara acak dalam 2 kelompok. Kelompok kontrol yang digunakan pada penelitian ini merupakan bagian dari kelompok kontrol penelitian induk sehingga stabilitas bioligik TEL tiap kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sama. 3.7. Alat dan Bahan 3.7.1 Bahan: Liposom EPC-TEL 2,5 (4 mmol EPC dan 0,1 mmol TEL) Mencit C3H Larutan Dapar PBS Eter Larutan NaCl 0,9% Metanol Etil asetat NaOH 0,01 M Kloroform Etanol Tembaga asetat 3% dan asam fosfat 8%, dan gas N2. 3.7.2 Alat: Set bedah minor Sarung tangan Rotavapor-vacuum pump-waterbath Büchi Alat sentrifugasi Sorvall Biofuge Primo Spuit Terumo 27G Micropipette Socorex Microliter Syringes Hamilton Homogenizer Lurex Kertas saring Whatman Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 26 2008

Lempeng KLT silica gel 60 F254 Merck Labu 250 ml, Tabung reaksi Chamber Pipet, timbangan gram, miligram, dan mikrogram Mettler AE 200 Scanner, dan oven. 3.8. Cara Kerja 6,7,18-20 Tiap kelompok pada penelitian induk memiliki 4 sampel mencit, maka pada pelaksanaannya dilakukan dalam 4 gelombang. Tiap gelombang terdiri dari 6 sampel yang merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok sehingga kestabilan biologik TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 dapat diteliti dalam serial waktu yang berkelanjutan. Namun pada penelitian ini penulis hanya meneliti kelompok perlakuan 1 (30 menit) dan kelompok kontrol. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian induk, maka pada pelaksanaannya terdapat prosedur kerja yang dilakukan bersamaan dengan peneliti lain yang berbeda kelompok perlakuaannya. Metode yang dilakukan pada tiap gelombang meliputi beberapa tahapan, yaitu: preparasi liposom, preparasi hepar, ekstraksi hepar sesuai metode yang dilakukan Jonung dan kawan-kawan, preparasi kalibrasi, dan aplikasi dan running pada KLT. Berikut ini adalah rinciannya: 3.8.1 Tahap I Preparasi Liposom EPC-TEL 2,5 Preparasi liposom EPC-TEL 2,5 menurut metode yang dikembangkan oleh Purwaningsih: 6 1. Labu ukuran 250 ml disiapkan yang sebelumnya telah dicuci dengan air tanpa sabun berulang kali, setelah itu dibilas dengan etanol tehnis dan dikeringkan. 2. EPC dan TEL untuk liposom EPC-TEL 2,5 disiapkan dengan perbandingan 40:1, yaitu 4 mmol EPC dan 0,1 mmol TEL. 3. EPC disiapkan dengan perhitungan sebagai berikut: Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 27 2008

1 mmol EPC = 0,78 mg EPC, 1 mencit membutuhkan 4 mmol EPC, sehingga untuk 1 ekor mencit dibutuhkan 0,78 mg x 4 = 3,12 mg ketentuan: Jumlah EPC minimal per gelombang dihitung berdasarkan jumlah sampel + (jumlah sampel x 10%) Yaitu: 6 + (6 x 10%) 7 mencit. Selanjutnya ditentukan jumlah EPC per gelombang diambil untuk jumlah mencit 8 ekor, Maka jumlah EPC yang dibutuhkan per gelombang: 8 mencit x @ 3,12 mg = 24,96 mg 25 mg 4. TEL disiapkan dengan perhitungan sebagai berikut: berat molekul TEL ~ 1488,4 1 mol = BM / L = 1488,4 g/l 1 mol = 1488,4 mg/ml 1 mmol = 1,4884 mg/ml 0,1 mmol = 0,14884 mg/ml ketentuan: Jumlah TEL minimal per gelombang dihitung berdasarkan jumlah sampel + (jumlah sampel x 10%) Yaitu: 6 + (6 x 10%) 7 mencit. Selanjutnya ditentukan jumlah TEL per gelombang diambil untuk jumlah mencit 8 ekor, Maka jumlah TEL yang dibutuhkan per gelombang: 8 mencit x @ 0,1 mmol = 8 x 0,14884 mg = 1,1904 mg 1,2 mg Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 28 2008

5. EPC dan TEL sesuai perhitungan dimasukkan bersama butir pengaduk, dan campuran kloroform-etanol 1:1 sebanyak 10 ml ke dalam labu. 6. Labu diputar dengan Rotavapor buchi. Mula-mula dengan kecepatan 2 strip dan tekanan 200 mbar Setelah volume yang tersisa dalam labu menjadi setengah volume awal, kecepatan ditingkatkan sampai 3 strip dengan tekanan tetap. Ketika cairan sudah mulai kering, tekanan diturunkan bertahap sampai 30-40 mbar dan dibiarkan selama ± 1 jam. Saat butir pengaduk sudah tidak bergerak, biarkan selama 1-2 jam Setelah liposom kering, rotavapor dimatikan. Sebelum dimatikan tekanan dinaikkan sampai 960 mbar, kecepatan diturunkan, kemudian dimatikan 7. Larutan dapar PBS dengan ph 7,4 disiapkan. PBS yang dibutuhkan yaitu 0,5 ml tiap mencit (per gelombang: 0,5mL x 8= 4mL). 8. PBS dimasukkan ke dalam tabung untuk melarutkan liposom. 3.8.2 Tahap II Injeksi Liposom EPC-TEL 2,5 dan Preparasi Hepar 1. Mencit diambil secara random sampling untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol lalu diberi nomor. 2. Berat mencit ditimbang dan dicatat. 3. Liposom EPC-TEL 2,5 diinjeksikan pada mencit kelompok perlakuan secara intraperitoneal @ 0,5 ml dan waktu penyutikan dicatat. 4. Placebo berupa 0,5 ml NaCl 0,9% diinjeksikan pada mencit kelompok kontrol secara intraperitoneal dan waktu penyuntikan dicatat. 5. Mencit dimatikan dengan sesuai waktu masing-masing kelompok, mencit pada kelompok kontrol segera dimatikan setelah dilakukan injeksi intraperitoneal larutan NaCl 0,9% sedangkan mencit kelompok perlakuan dimatikan 30 menit setelah injeksi intraperitoneal liposom EPC-TEL 2,5. Mencit dimatikan dengan cara yang memenuhi Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 29 2008

persyaratan etika biomedik, yaitu mencit diletakkan ke dalam wadah khusus berisi kapas yang telah dibasahi oleh eter. 6. Hepar mencit diambil dengan cara membedah mencit dalam waktu kurang dari 10 menit. 7. NaCl 0,9 % diteteskan secukupnya pada hepar selama pembedahan. 8. Hepar ditimbang dan dicatat. 9. Sebanyak 200 mg diambil untuk tiap sampel, namun pada kelompok kontrol diambil dua potong dengan berat masing-masing 200 mg, satu potong untuk kontrol tanpa TEL dan satu potong lainnya untuk kontrol dengan penambahan TEL yang diberikan pada saat proses homogenasi atau ekstraksi hepar (selanjutnya disebut kontrol + TEL). 10. Hepar yang sudah dipotong tiap 200 mg dikemas dalam alumunium foil dan diberi label lalu disimpan dalam wadah berisi dry ice dan dimasukkan dalam freezer. 3.8.3 Tahap III Ekstraksi Hepar (Jonung dan kawan-kawan) 7 1. Sebanyak 200 mg hepar yang telah diambil dihomogenasi dengan homogenizer Lurex. 2. Dua ml metanol disiapkan lalu diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam homogenizer selama proses homogenasi. 3. Pada kontrol + TEL, sebanyak 0,5 ml liposom EPC-TEL 2,5 ditambahkan pada saat proses homogenasi atau ekstraksi hepar. 4. Hepar yang telah terhomogenasi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. 5. Supernatan dan residu dari hasil sentrifugasi tersebut dipisahkan kemudian diberi label supernatan I dan residu I. 6. Residu I dihomogenasi. 7. Dua ml metanol disiapkan lalu diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam homogenizer selama proses homogenasi pada residu I. 8. Residu I yang telah terhomogenasi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. 9. Supernatan dan residu dari hasil sentrifugasi tersebut dipisahkan kemudian diberi label supernatan II dan residu II. Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 30 2008

10. Supernatan I dan II dicampur kemudian dikeringkan dengan gas N 2, selanjutnya hasilnya disebut residu III. 11. Residu III dilarutkan dengan 1,5 ml etil asetat dan 0,5 NaOH 0,01 M, yang selanjutnya disebut supernatan III. 12. Supernatan III disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. 13. Supernatan dan residu dipisahkan kemudian diberi label supernatan IV dan residu IV. 14. Supernatan IV dan residu IV dikeringkan dengan gas N 2, hasilnya disebut supernatan V dan residu V. 3.8.4 Tahap IV Preparasi Kalibrasi 1. Pada awalnya kalibrasi menggunakan TEL dengan konsentrasi 75 µg, 150 µg dan 300 µg, konsentrasi tersebut didapat dari perhitungan sebagai berikut: TEL yang tersedia adalah 15,2 mg dalam 10,1 ml, maka 1 ml = 15,2 mg/10,1 ml = 1,504 mg/ml X = volume yang dibutuhkan X/1mL x 1,504 mg = 75 µg X/1mL x 1,504 mg = 75 mg x 10-3 X = 75/1,504 ml x 10-3 X = 49,8670212 ml x 10-3 X 50 µl. Dapat simpulkan bahwa tiap pengambilan 50 µl didapatkan konsentrasi TEL sebesar 75 µg. Karena pipet Hamilton yang tersedia mempunyai volume 50 µl, maka untuk mempermudah pengambilan dan meminimalisasi kesalahan, maka: untuk kalibrasi 75 µg dibutuhkan 50 µl. untuk kalibrasi 150 µg dibutuhkan 100 µl. Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 31 2008

untuk kalibrasi 300 µg dibutuhkan 200 µl. Namun penggunaan kalibrasi diatas pada uji coba pendahuluan yang dilakukan sebelum penelitian memperlihatkan bercak TEL yang tipis pada lempeng KLT sehingga tidak terlihat jelas. Oleh karena itu konsentrasi TEL untuk kalibrasi ditingkatkan menjadi 100 µg, 200 µg, dan 300 µg untuk memperjelas bercak TEL pada lempeng KLT, perhitungan kalibrasi 100 µg, 200 µg, dan 300 µg adalah sebagai berikut: Terdapat 90 mg TEL yang ditambahkan 4,5 ml Kloroform-Metanol 2:1. X = volume yang dibutuhkan X/4,5mL x 90 mg = 100 µg X/4,5mL x 90 mg = 100 mg x 10-3 X = 4,5 ml x 100 mg 10-3 /90 mg X = 5 ml x 10-3 X 5 µl. Dapat simpulkan bahwa tiap pengambilan 5 µl didapatkan konsentrasi TEL sebesar 100 µg. Untuk mempermudah pengambilan dan meminimalisasi kesalahan, maka: untuk kalibrasi 100 µg dibutuhkan 5 µl. untuk kalibrasi 200 µg dibutuhkan 10 µl. untuk kalibrasi 300 µg dibutuhkan 15 µl. Namun sekali lagi, penggunaan kalibrasi diatas pada gelombang 4 walaupun hasilnya baik dinilai kurang cukup jelas sehingga diputuskan untuk meningkatkan konsentrasi kalibrasi menjadi 200 µg, 300 µg, dan 400 µg; perhitungannya adalah sebagai berikut: 150 mg TEL dalam 1 ml kloroform, maka jika diambil 0,1 ml didapat 0,1 ml = 15 mg, dengan penambahan 0,65 ml kloroform maka dalam 0,75 ml terdapat 15 mg TEL Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 32 2008

X = volume X/0,75mL x 15 mg = 200 µg X/0,75mL x 15 mg = 200 mg x 10-3 X = 200 mg x 10-3 x 0,75 ml/15 mg X = 10 ml x 10-3 X 10 µl. Dapat simpulkan bahwa tiap pengambilan 5 µl didapatkan konsentrasi TEL sebesar 100 µg. Untuk mempermudah pengambilan dan meminimalisasi kesalahan, maka: untuk kalibrasi 200 µg dibutuhkan 10 µl. untuk kalibrasi 300 µg dibutuhkan 15 µl. untuk kalibrasi 400 µg dibutuhkan 20 µl. 3.8.5 Tahap V Aplikasi dan Running KLT 1. Aplikasi dan running KLT dilakukan bersamaan sebagai 1 gelombang dengan peneliti lain yang juga meneliti degradasi TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 secara in vivo. 2. Lempeng KLT silica gel 60 F254 Merck dipanaskan terlebih dahulu. 3. Lempeng KLT silica gel 60 F254 Merck disiapkan dengan ukuran seperti dibawah ini. Gambar 8. Model lempeng KLT silica gel yang digunakan Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 33 2008

Keterangan: a. Sumur 1 : Kalibrasi 1* b. Sumur 2 : Kalibrasi 2* c. Sumur 3 : Kalibrasi 3* d. Sumur 4 : Kontrol* e. Sumur 5 : Kontrol + TEL* f. Sumur 6 : Perlakuan 1 (30 menit)* g. Sumur 7 : Perlakuan 2 (1 jam) h. Sumur 8 : Perlakuan 3 (2 jam) i. Sumur 9 : Perlakuan 4 (4 jam) j. Sumur 10: Perlakuan 5 (8 jam) * yang diteliti oleh penulis 4. Lempeng KLT dikeringkan dengan aliran udara panas (hairdyer). 5. Kalibrasi diaplikasikan pada lempeng KLT dengan menggunakan Microliter Syringes Hamilton sesuai dengan konsentrasi dan volume yang telah ditentukan diatas ke dalam sumur. 6. Supernatan V kelompok kontrol (kontrol tanpa TEL dan kontrol + TEL) dan kelompok perlakuan dilarutkan dengan 300 µl kloroformmetanol 2:1. 7. Kontrol dan perlakuan dengan volume 20 µl diaplikasikan menggunakan Microliter Syringes Hamilton ke dalam sumur pada lempeng KLT. 8. Chamber dan tutup dengan ukuran yang sesuai disiapkan sebagai wadah KLT. 9. Sebanyak 50 ml eluen kloroform-etanol disiapkan dengan perbandingan 9 : 1 (Purwaningsih 7 ). Selanjutnya setelah dilakukan uji coba, tampak bercak TEL pada kalibrasi berada sangat dekat dengan batas akhir eluen sehingga menyulitkan pembacaan (Rf TEL mendekati 1). Oleh karena itu dilakukan pengurangan sifat non polar pada eluen agar nilai Rf TEL turun sehingga bercak TEL mudah dibaca dengan cara mengurangi jumlah kloroform pada campuran kloroform- Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 34 2008

etanol menjadi 7 : 3 dan 6 : 4, ternyata yang paling baik adalah campuran kloroform-etanol dengan perbandingan 6 : 4. 10. Tembaga asetat 3% dan asam fosfat 8% disiapkan sebagai pewarna bercak. 11. Kertas saring dimasukkan ke dalam chamber dengan posisi diatur sedemikian rupa agar melapisi alas dan dinding chamber. 12. Eluen dimasukkan ke dalam chamber lalu tutup chamber dan tunggu hingga kertas saring menjadi jenuh. 13. Lempeng KLT dimasukkan kedalam chamber. 14. Chamber ditutup dengan rapat dan amati dengan seksama pergerakan eluen pada lempeng KLT. 15. KLT diangkat sheet ketika eluen telah mencapai garis akhir yang ditentukan. 16. Lempeng KLT dicelupkan ke dalam larutan perwarna bercak selama 10 detik. 17. Lempeng KLT dikeringkan pada suhu ruangan hingga kering. 18. Lempeng KLT dimasukkan ke dalam oven selama 10 menit dengan suhu 180 C yang sebelumnya sudah harus terkondisi pada suhu tersebut selama minimal 30 menit. 19. Lempeng KLT dikeluarkan dari dalam oven. 20. Lempeng KLT dipindai dengan menggunakan scanner. 21. Gambar yang diperoleh dari hasil pemindaian diolah dengan menggunakan program adobe photoshop 7.0. 22. Dilakukan analisis degradasi TEL melalui bercak pada lempeng KLT, yaitu dengan cara membandingkan bercak kelompok perlakuan dengan kontrol + TEL (dengan asumsi TEL pada kelompok kontrol + TEL tidak terdegradasi). 23. Melakukan uji statistik dengan menggunakan program SPSS. 3.9. Identifikasi Variabel Variabel bebas Variabel terikat : durasi liposom EPC-TEL 2,5 pada mencit C3H. : terdegradasi atau tidaknya TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5. Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 35 2008

Dalam menentukan variabel bebas, peneliti menggunakan skala nominal (nol menit, 30 menit). Untuk mengukur variabel terikat, peneliti menggunakan skala nominal (terdegradasi atau tidak). 3.10. Analisis Data Tabel 1: Langkah Analisis Data Langkah Jawaban 1 Variabel yang dihubungkan Variabel yang dihubungkan adalah durasi liposom pada mencit (nominal) dan terdegradasi atau tidaknya TEL (nominal) 2 Jenis hipotesis Komparatif 3 Masalah skala variable Kategorik 4 Berpasangan / tidak berpasangan Tidak berpasangan 5 Jenis tabel B x K 2 x 2 Kesimpulan: Jenis tabel pada penelitian ini adalah 2 x 2. Uji yang digunakan adalah uji chi square bila memenuhi syarat. Bila tidak memenuhi uji chi square, maka akan dilakukan dengan uji Fisher. 3.11. Masalah Etika Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sampai saat ini tidak terdapat komisi etik untuk hewan percobaan sehingga belum mendapat persetujuan etik dalam penggunaan mencit sebagai hewan coba. Penilaian hasil..., Taufik Agung Wibowo, FK UI, 36 2008