KARAKTER TERMAL SERBUK U-6Zr DAN U-10Zr SEBAGAI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

PENGARUH KANDUNGAN MOLIBDENUM TERHADAP PERUBAHAN FASA DAN KAPASITAS PANAS INGOT PADUAN UMo

KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

ANALSIS TERMAL PADUAN AlMgSi UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al DENSITAS TINGGI

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL DAN MIKROS- TRUKTUR PELAT ELEMEN BAKAR (PEB) U 3 SI 2 -AL DENSITAS 4,8 GU/CM 3 DENGAN PADUAN ALMGSI SEBAGAI KELONGSONG

PEMBUATAN GREEN PELLET U-ZrHx UNTUK BAHAN BAKAR PWR

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

KOMPARASI ANALISIS REAKSI TERMOKIMIA MATRIK Al DENGAN BAHAN BAKAR UMo/Al DAN U 3 Si 2 /Al MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYSIS

KOMPATIBILITAS MATRIK AI DENCAN BAHAN BAKAR JENIS UMo

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-xTi HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN

KARAKTERISASI KOMPOSISI KIMIA, LUAS PERMUKAAN PORI DAN SIFAT TERMAL DARI ZEOLIT BAYAH, TASIKMALAYA, DAN LAMPUNG

PEMBUATAN SERBUK U-6Zr DENGAN PENGKAYAAN URANIUM 19,75 % UNTUK BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

KAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENCAN tara PELEBURAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH UNSUR Zr TERHADAP PERUBAHAN SIFAT TERMAL BAHAN BAKAR DISPERSI U-7Mo-xZr/Al

PEMBUATAN INGOT PADUAN U-7Mo-xZr DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PELEBURAN DAN KARAKTERISASINYA

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

PENGARUH POROSITAS MEAT BAHAN BAKAR TER- HADAP KAPASITAS PANAS PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

KORELASI KOMPOSISI UNSUR TERHADAP SIFAT TERMAL SERBUK BAHAN BAKAR U-ZrHX

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

ANALISIS TERMAL GARAM CAMPURAN MgCl 2 -NaCl

PEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PADUAN UMo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE DISPERSI

ANALISIS KESTABILAN PANAS BAHAN POLIMER MENGUNAKAN METODE THERMAL GRAVIMETRY

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

PENGARUH UNSUR Ti PADA PADUAN U-7Mo-xTi TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN INGOT SERTA MORFOLOGI SERBUK HASIL HIDRIDING - DEHIDRIDING

VERIFIKASI METODE STEP DAN KONTINYU UNTUK PENENTUAN KAPASITAS PANAS MENGGUNAKAN THERMAL ANALYZER

PENGEMBANGAN PADUAN URANIUM BERBASIS UMo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET MENGGANTIKAN BAHAN BAKAR DISPERSI U3Si2-Al

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

PENENTUAN KODUKTIVITAS PANAS KOMPOSIT MATRIKS KERAMIK SILIKON KARBIDA MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL SCANNING CALORIMETRY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENGARUH SERBUK U-Mo HASIL PROSES MEKANIK DAN HYDRIDE DEHYDRIDE GRINDING MILL TERHADAP KUALITAS PELAT ELEMEN BAKAR U-Mo/Al

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

KARAKTERISTIK INGOT PADUAN U-Zr-Nb PASCA PROSES QUENCHING

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

STUDI PROSES PEMBUATAN SERBUK UMo SEBAGAI BAHAN BAKAR DISPERSI UMo-Al UNTUK REAKTOR RISET

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

KOMPARASI ANALISIS KOMPOSISI PADUAN AlMgSI1 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK X RAY FLUOROCENCY (XRF) DAN EMISSION SPECTROSCOPY (

ANALISIS MIKROSTRUKTUR DAN KIMIA TERHADAP HASIL KOROSI PADA INGOT AlFeNiMg

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR, WAKTU OKSIDASI DAN KONSENTRASI ZrO 2 TERHADAP DENSITAS, LUAS PERMUKAAN DAN RASIO O/U HASIL REDUKSI (U 3 O 8 +ZrO 2 )

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGARUH KANDUNGAN Fe DAN Mo TERHADAP KETAHANAN KOROSI INGOT PADUAN ZIRLO-Mo DALAM MEDIA UAP AIR JENUH

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

TEMPERATUR TRANSFORMASI FASA SHAPE MEMORY ALLOY - TiNi HASIL PEMADUAN TEKNIK ARC-MELTING

KOMPARASI HASIL ANALISIS KOMPOSISI KIMIA DI DALAM PADUAN U-Zr-Nb DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK XRF DAN AAS

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

KORELASI ANTARA PERSEN KANDUNGAN Si DENGAN LAJU KOROSI DALAM UAP AIR PADA INGOT PADUAN Zr-1,5w%Nb-Si

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Pengaruh Penambahan Yttrium Terhadap Struktur Mikro, Sifat Mekanik Dan Ketahanan Termal Pada Paduan Mg-6Zn Sebagai Aplikasi Engine Block

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

Pengaruh Tekanan dan Temperatur Die Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Komersial Lokal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

Transkripsi:

KARAKTER TERMAL SERBUK U-6Zr DAN U-10Zr SEBAGAI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET ABSTRAK Masrukan K, Yanlianastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, 15314 e-mail: masrukan2006@yahoo.com (Naskah diterima : 14-08-2014, Naskah disetujui: 19-09-2014) KARAKTER TERMAL SERBUK U-6Zr DAN U-10Zr SEBAGAI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET. Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui karakter termal serbuk U-Zr menggunakan DTA dan DSC. Serbuk U-Zr dibuat melalui proses hidriding- dehidriding dengan variasi Zr sebesar 6% dan 10%. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari karakter termal dari serbuk U-6Zr dan U-10Zr seperti entalpi, temperatur lebur, reaksi kimia, dan kapasitas panas. Pengukuran entalpi dan temperatur lebur dilakukan dengan menggunakan Differential Thermal Analysis (DTA) pada temperatur 30-1000 o C pada laju pemanasan 10 o C/menit dalam media gas argon sedangkan pengukuran kapasitas panas dilakukan dengan menggunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC) pada temperatur antara 30 hingga 450 o C. Hasil pengukuran sifat termal dengan DTA menunjukkan bahwa serbuk U-6Zr mengalami perubahan fasa melalui enam tahapan, sedangkan serbuk U-10Zr mengalami perubahan fasa melalui empat tahapan. Sementara itu, dari pengujian menggunakan DSC diperoleh hasil untuk serbuk U-6Zr mempunyai kapasitas panas sebesar 0,09 sampai dengan 0,21 J/g o C, sedangkan untuk serbuk U-10Zr mempunyai kapasitas panas 0,08 J/g o K hingga 0,14 J/g.K dimana keduanya diamati pada temperatur antara 35 hingga 95 o C (pengukuran maksimum hingga 1000 o C). Dari percobaan yang dilakukan disimpulkan bahwa paduan U-6Zr mempunyai sifat termal yang lebih baik dibandingkan paduan U-10Zr. Kata kunci: karakter termal, serbuk U-Zr, DTA, DSC. ABSTRACT THERMAL CHARACTERISTICS OF POWDER U-6Zr AND U-10Zr AS A RESEARCH REACTOR FUEL. It have been conducted an experiment to determine the characteristics of thermal of the U-Zr powder by using DTA and DSC. The U-Zr powder was made through a process hidriding-dehidriding with Zr content of 6% and 10%. The purpose of this research wis to study the thermal properties of U-6Zr and U-10Zr powder such as enthalpy, melting temperature, chemical reactions, and heat capacity. The U-Zr powder is made through a process hidridingdehidriding with Zr content of 6% and 10%. Enthalpy and melting temperature measurements carried out using DTA at temperatures of 30-1000 o C at a heating rate10 o C/menit in the media argon gas, while the measurements heat capacity by using Differential scanning calorimetry (DSC) at a temperature between 30 o C until 450 o C. The test results with the DTA showed that U-6Zr powder experiencing a change of phases through of six steps, while for U-10Zr powders change of phases through of four steps. Meanwhile, from the test by using the DSC equipment was found that result for U-6Zr powder has a heat capacity of 0.09 up to 0.21 J/ o gc, and for the U-10Zr powder has heat capacity of 0,08 J/g. o C hingga 0,14 J/g o C, where both powder were observed at temperature between 35 o C up to 95 o C (maximum testing until 1000 o C). From the experiments conducted it can be concluded that the U-6Zr powder has better thermal properties than the U-10Zr powder. 131

Urania Vol. 20 No. 3, Oktober 2014 : 110-162 ISSN 0852-4777 Keywords: thermal characteristic, U-Zr powder, DTA, DSC. PENDAHULUAN Pengembangan bahan bakar nuklir untuk reaktor riset dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan bahan bakar yang mempunyai densitas tinggi. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) hingga tahun 2014 mengembangkan bahan bakar paduan uranium molibdenum (UMo), uranium zirkonium (U -Zr) dan uranium nitrid (UN). Bahan bakar nuklir merupakan komponen utama beroperasinya reaktor nuklir, baik reaktor riset maupun reaktor daya. Reaktor riset pada awalnya menggunakan bahan bakar uranium pengkayaan tinggi (>90% 235 -U), tetapi dengan adanya kekawatiran yang dapat disalahgunakan untuk tujuan non damai, maka seluruh reaktor riset di dunia dianjurkan untuk mengganti bahan bakar dengan uranium pengkayaan rendah (<20% 235- U). Pada saat ini bahan bakar U3Si2/Al yang mempunyai densitas uranium 4,8g U/cm 3 dan berpengayaan rendah merupakan hasil pengembangan para peneliti yang tergabung dalam program RERTR dan telah mendapatkan lisensi dari US Nuclear Regulatory Commission pada tahun 1988 [1,2]. Reaktor riset G.A. Siwabessy di Serpong pada saat ini menggunakan bahan bakar LEU jenis U3Si2-Al yang mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan U3O8-Al. Namun, penggunaan bahan bakar U3Si2/Al mempunyai kelemahan yaitu kesulitan dalam pemisahan unsur Si saat pemungutan kembali uranium dari gagalan dan limbah produksi U3Si2-Al. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) sedang mengem - bangkan beberapa bahan bakar diantaranya paduan U-Zr, U-Zr-Nb, U-Mo, U-Mo-Ti, serta U-N. Logam uranium murni pada dasarnya merupakan logam yang memiliki berat jenis tinggi, tetapi isotropic fasa U selama iradiasi hanya stabil pada temperatur tinggi, sedangkan pada temperatur rendah struktur fasa αu berpotensi mengalami swelling. Perubahan fasa α ke (melalui fasa β) tidak dapat ditahan dengan quenching fasa αu murni pada temperatur tinggi, tetapi pada rentang temperatur diatas dimana fasa α, β dan menjadi stabil sehingga sebagai alternatifnya memerlukan penambahan bahan pemadu. Penambahan unsur pemadu ke dalam logam murni dengan tujuan antara lain [3,4] : untuk mendapatkan ukuran butir yang halus, menaikkan sifat mekanik, sifatsifat logam murninya sehingga mudah difabrikasi dengan logam lain, menaikkan ketahanan terhadap bahaya radiasi, serta memper-tahankan fasa beta atau gamma uranium pada temperatur kamar. Penelitian sebe-lumnya telah dicoba untuk membuat bahan bakar U-Zr dengan kandungan Zr berturut-turut 2,6,10,14 dan 55% dalam bentuk ingot yang telah dikarakterisasi sifatsifatnya diantaranya : sifat mekanik, fisik, mikro-struktur dan termal [5]. Untuk dapat dijadikan bahan bakar, ingot U-Zr harus dibuat serbuk. Untuk membuat serbuk dari ingot U-Zr yang besifat ulet dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu hydriding dehydriding. Dalam proses hydriding dehydriding, ingot U-Zr dimasukkan ke dalam wadah sampel/tabung retort yang terdapat di dalam peralatan hydriding dehydriding dan dialiri gas hidrogen sambil dipanaskan hingga temperatur 450 o C sehingga membentuk hidrida ZrHx. Terbentuknya hidrida ZrHx akan menjadikan ingot yang semula keras dan ulet menjadi rapuh. Setelah terbentuk hidrida ZrHx yang rapuh selanjutnya hidrogen yang terikat sebagai hidrida dilepaskan dengan cara dipanaskan kembali ( dehydriding) untuk melepaskan hidrogen dari hidrida sehingga yang tersisa hanya serbuk U-Zr. Untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar maka paduan U-Zr harus memenuhi sifat-sifat yang berkaitan dengan bahan bakar diantaranya sifat termal yang meliputi entalpi, temperatur lebur dan reaksi kimia. Sifat termal tersebut akan mempengaruhi unjuk kerja bahan bakar 132

selama digunakan di reaktor. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sifat termal serbuk U-Zr hasil proses hydriding dehydriding yang akan digunakan sebagai bahan bakar. Paduan U-Zr merupakan paduan yang terbentuk berdasarkan reaksi eutectic seperti diagram fasa U-Zr pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa kelarutan Zr dalam U terbatas yaitu sebesar 0,4; 0,26 dan 0,17% atom masing-masing pada temperatur 660, 630, dan 550 o C. Mengacu dari diagram fasa pada Gambar 1 terdapat beberapa fasa yang terbentuk dari reaksi atau transformasi fasa antara logam U dan Zr yang tergantung dari komposisi dan temperaturnya. Fasa-fasa yang dapat terbentuk yaitu : [6] 1. Fasa -U, memiliki struktur kristal hexagonal 2. Fasa -U, memiliki struktur kristal complex hexagonal 3. Fasa ( -U, -Zr,), memiliki struktur kristal body centered cubic 4. Fasa, memiliki struktur kristal hexagonal, dan 5. Fasa -Zr, memiliki struktur kristal hexagonal closed packed (HCP) Gambar 1. Diagram fasa U-Zr [7] Apabila dilihat lebih terinci yang didasarkan pada diagram fasa pada Gambar 1, transformasi fasa yang terjadi antara logam U dan Zr meng-hasilkan beberapa fasa sebagai berikut : 1. Monotectoid, yaitu transformasi fasa ( -U, -Zr,) menjadi Zr. Reaksi tersebut terjadi pada komposisi 6% berat Zr dan pada temperatur 693 o C. Garis monotectoid terjadi pada komposisi 0,9% berat Zr hingga 33 % berat. 2. Reaksi eutectoid 1, yaitu transformasi fasa dari menjadi -U dan. Reaksi tersebut terjadi pada komposisi 0,67 % berat Zr dan temperatur 662oC. Garis eutectoid 1 terjadi pada komposisi 0,2% hingga 38,5% berat. 3. Reaksi peritectoid, yaitu reaksi perubahan fasa dari U + menjadi. Reaksi ini terjadi pada temperatur 620 o C dan pada komposisi 39% berat Zr. Garis peritectoid terjadi pada komposisi berat 0,2 % berat Zr sampai 42,5 % Zr. 4. Reaksi eutectoid 2, yaitu reaksi perubahan fasa dari menjadi Zr +. Reaksi ini terjadi pada temperatur 607 o C dan pada komposisi 55% berat Zr. Garis eutectoid 2 terjadi pada komposisi 51% berat Zr sampai 99,5% Zr. Prinsip dasar pengukuran termal adalah pengamatan pengaruh panas terhadap perubahan fisik dari bahan yang diukur sebagai fungsi temperatur dan waktu. Pengukuran entalpi bertujuan untuk memperkirakan besaran panas yang dibutuhkan atau yang 133

Urania Vol. 20 No. 3, Oktober 2014 : 110-162 ISSN 0852-4777 dilepaskan dari bahan yang diuji ke air pendingin melalui kelongsong. Besaran panas yang dibutuhkan atau dilepaskan diukur sebagai besaran panas jenis (Cp) dalam satuan kilo kalori (k cal) a tau satu kalori (cal). Setiap senyawa mempunyai perbedaan jumlah panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur dalam jumlah massa tertentu. Lingkup penelitian ini dibatasi pada percobaan untuk mengetahui karakteristik sifat termal yaitu entalpi, temperatur lebur dan reaksi kimia menggunakan Differntial Thermal Analyzer (DTA) pada temperatur antara 30-1000 o C dengan laju pemanasan 10 o C/menit dalam media gas argon, sedangkan kapasitas panas menggunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC) dengan temperatur 30-450 o C dengan laju pemanasan 10 o C/menit terhadap serbuk U-Zr yang dapat digunakan sebagai bahan bakar reaktor riset. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat termal serbuk U-Zr hasil proses hidriding dan dehidriding yang akan digunakan dalam pem-buatan inti elemen bakar. Hipotesa yang diajukan adalah perubahan unsur pemadu yaitu Zr akan mempengaruhi sifat termal yang meliputi entalpi, temperatur lebur dan reaksi kimia. TATA KERJA Dibuat serbuk U-Zr dari ingot U-Zr dengan kandungan Zr sebesar 6% dan 10% melalui cara hidridingdehidriding. Serbuk yang diperoleh dari proses hydriding dehydriding selanjutnya diuji dengan menggunakan peralatan Differntial Thermal Analyzer (DTA) dan Differential Scanning Calorimeter (DSC) merk SETARAM 92 yang berada di PTBN. Dalam percobaan dengan menggunakan DTA, serbuk U-Zr dengan kandungan Zr 6% ditimbang sebanyak 151,8 mg,kemudian dimasukkan kedalam krusibel alumina dan diletakkan diatas chamber DTA rod, divakum hingga tekanan 10-1 bar. Setelah vakum tercapai kemudian dialiri dengan gas argon UHP sampai tekanan mencapai 2,5 bar. Langkah selanjutnya memanaskan DTA rod dari temperatur 30 hingga 1000 o C dengan kecepatan pemanasan 10 o C/menit. Dengan cara yang sama dilakukan terhadap serbuk U-Zr dengan kandungan 10%Zr sebesar 164,9 g. Hasil percobaan berupa termogram DTA luasan puncak dan dievaluasi untuk mengetahui besaran entalpi dan perubahan aliran panas yang menunjukkan kestabilan panas, perubahan fasa dan temperatur reaksi termik. Untuk pengukuran dengan menggu-nakan DSC, serbuk U-10Zr seberat 93,8mg, dimasukkan kedalam krusibel alumina. Setiap pengukuran disiapkan tiga (3) buah krusibel, masing-masing mempu-nyai kegunaan sebagai berikut : krusibel pertama digunakan sebagai blanko, krusibel kedua untuk wadah standar Al2O3 dan krusibel ketiga sebagai wadah sampel. Pelaksanaan pengukuran dilakukan dalam tiga tahap yakni : (a) tahap pertama, pengukuran terhadap krusibel aluminium kosong yang dianggap sebagai data blanko, (b) tahap kedua, pengukuran terhadap krusibel kosong dan yang berisi sampel standar Al2O3 sebagai pembandingseberat 150 mg, dan (c) tahap ketiga pengukuran krusibel kosong dengan sampel. Setiap krusibel dimasukkan kedalam chamber DSC pada kondisi operasi temperatur antara 30-450 o C dengan laju pemanasan 10 o C/menit dalam media gas argon. Dengan cara yang sama dilakukan pengukuran serbuk U-10Zr dengan menimbang serbuk 138,7 mg. Hasil pengukuran berupa termo-gram DSC yang merupakan korelasi antara temperatur pengukuran terhadap kapasitas panas. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis entalpi dan temperatur reaksi Gambar 2 merupakan termogram DTA specimen serbuk U-Zr dengan variasi kandungan Zr sebesar 6% dan 10% memperlihatkan pem-bentukan puncakpuncak endotermik dan eksotermik. Hasil pengukuran berupa besaran entalpi, 134

temperatur lebur dan pembentukan senyawa dengan adanya perubahan aliran panas. Serbuk U-6Zr mengalami reaksi termokimia sebanyak enam tahapan yaitu : tahap pertama pada temperatur 278,9-310,7 o C terjadi reaksi endotermik dengan membutuhkan panas sebesar 9,2cal/g, tahap kedua pada temperatur 580,0-650 o C terjadi perubahan fasa tetapi tidak terbentuk reaksi kimia, tahap ketiga pada temperatur 654,5-678,9 o C terjadi reaksi endotermik dengan membutuhkan panas 4,5 cal/g, tahap keempat reaksi endotermik yang terjadi pada temperatur 721,7-738,6 o C dengan membutuhkan panas 1,8 cal/g, tahap kelima terjadi reaksi endotermik pada temperatur 825,6-840,7 o C dengan membutuhkan panas 1,9 cal/g, dan pada tahap keenam terjadi reaksi eksotermik pada temperatur 904,7-922,3 o C dengan mele-paskan panas -2,2 cal/g. Apabila dilihat dari diagram fasa antara U dengan Zr terlihat terjadi perubahan fasa melalui empat tahap yaitu pada tahapan pertama terjadi pada temperatur antara 580 o C hingga 662 o C terjadi perubahan fasa dari 1 menjadi Zr,tahapan kedua terjadi pada tempe-ratur antara 662 o C hingga 695 o C dimana terjadi perubahan fasa dari Zr menjadi Zr. Tahapan berikutnya (ketiga), terjadi pada temperatur antara 695 o C hingga 770 o C yang mengalami perubahan fasa dari Zr menjadi, dan pada tahapan keempat terjadi temperatur antara 770 o C hingga 1000 o C dan mengalmi perubahan fasa dari menjadi Untuk serbuk U-10Zr (Gambar 3), terjadi reaksi termokimia sebanyak empat tahap yaitu tahap pertama reaksi endotermik pada temperatur 285,3-318,7 o C yang membu-tuhkan panas sebesar 7,7cal/g, tahap kedua terjadi pada temperatur 525,0 6000 o C yang mengalami perubahan fasa tetapi tidak terbentuk reaksi termokimia, tahap ke tiga pada temperatur 813,1-828,8 o C membentuk reaksi endotermik yang membutuhkan panas sebesar 2,0 cal/g dan pada tahap keempat terbentuk reaksi eksotermik yang terjadi pada temperatur 903,1-923,2 o C yang membutuhkan panas sebesar 1,5 cal/g. Apabila dilihat pada diagram fasa U-Zr seperti pada Gambar1, paduan U-6Zr mengalami perubahan fasa melalui empat tahapan sebagai berikut: pada tahap pertama, terjadi pada temperatur antara 580 o C hingga 662 o C terjadi perubahan fasa dari 1 menjadi Zr, tahapan kedua terjadi pada temperatur antara 662 o C hingga 695 o C dimana terjadi perubahan fasa dari Zr menjadi Zr. Tahapan berikutnya (ketiga), terjadi pada temperatur antara 695 o C hingga 770 o C yang mengalami perubahan fasa dari Zr menjadi, dan pada tahapan keempat terjadi temperatur antara 770 o C hingga 1000 o C dan mengalmi peru-bahan fasa dari menjadi. Dari data percobaan dan teori terlihat adanya perbedaan temperatur transformasi fasa dimana dalam percobaan mempunyai temperatur transformasi fasa lebih tinggi daripada teori. Hal ini disebabkan sampel uji mengandung impuritas yang cukup tinggi, dimana impuritas tersebut akan mempengaruhi proses pemanasan sehingga mempengaruhi pula temperatur transformasi fasa. Namun, apabila dibandingkan antara serbuk U-6Zr dan U-10Zr terlihat bahwa serbuk U-10Zr membentuk fasa Zr dan yang lebih banyak dibandingkan U-6Zr. Hal ini disebabkan jumlah unsur Zr yang ada pada serbuk U-10Zr lebih besar dibandingkan U-6Zr sehingga fasa Zr dan yang terbentuk menjadi lebih banyak. Dari hasil analisis besaran entalpi dan reaksi kimia diatas dapat dikatakan bahwa kedua sebuk U-6Zr dan U-10Zr mengalami perubahan fasa dengan membentuk fasa yang sama jenisnya tetapi berbeda jumlah fasa yang terbentuk dan jumlah tahapan reaksi. 135

Urania Vol. 20 No. 3, Oktober 2014 : 110-162 ISSN 0852-4777 Gambar 2. Termogram DTA U-6Zr Gambar 3. Termogram DTA U-10Zr Analisis kapasitas panas Analisis sifat termal berupa kapasitas panas dari serbuk U-6Zr dan U-10Zr dilakukan dengan menggunakan alat DSC. Peralatan DSC dioperasikan pada temperatur 30 sampai dengan 450 o C dengan laju alir 10 o C/menit. Hasil analisis untuk kedua serbuk ditunjukkan dalam bentuk gambar dan tabel. Gambar 4 memperlihatkan bahwa serbuk U-6Zr mempunyai rentang nilai kapasitas panas dari 0,09 hingga 0,21J/g o K (dari temperatur 35,87 o C sampai dengan 95 o C), sedangkan nilai kapasitas panas tertinggi sebesar 0,21J/g.K yang dicapai pada temperatur 95,27 o K. Pada rentang temperatur yang sama, untuk U-10Zr mempunyai nilai kapasitas panas antara 0,08J/gK hingga 0,14J/g o K. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk U-6Zr mempunyai rentang nilai kapasitas panas lebih besar dibandingkan U-10Zr. 136

Gambar 4. Kurva kapasitas panas U-6Zr dan U-10Zr Apabila diamati, secara keseluruhan nilai kapasitas panas serbuk U-6Zr lebih tinggi dibandingkan serbuk U-10Zr. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan hasil pengukuran panas jenis ingot U-6Zr dan U-10Zr pada penelitian sebelumnya, terlihat bahwa ingot U-10Zr mempunyai kapasitas panas yang lebih besar dari U-6Zr. Penelitian sebelumnya menghasilkan nilai kapasitas panas ingot U-6Zr sebesar 0,01 J/g.K sedangkan ingot U-10Zr sebesar 0,08 yang diukur pada temperatur 95 o C [8]. Hal ini diduga disebabkan sampel uji dalam keadaan serbuk, yang mana antara serbuk U-6Zr dengan U-10Zr mempunyai ukuran berbeda. Diduga serbuk U-6Zr mempunyai ukuran lebih besar sehingga untuk menaikkan temperatur sebesar satu derajat dibutuhkan panas yang lebih besar dibandingkan serbuk U-10 Zr. Oleh karena itu hasil pengukuran menghasilkan kapasitas panas U- 6Zr lebih besar dari U-10Zr. Apabila dilihat dari nilai kapasitas panas U dan Zr, secara teoritis maka serbuk U-6Zr akan mempunyai kapasitas panas lebih kecil dibandingkan U-10Zr. Nilai kapasitas panas U adalah sebesar 0,120J/g.K dan Zr sebesar 0,278J/g.K [8,9,10]. Apabila diperhatikan pada Gambar 3, terlihat kedua serbuk U-6Zr dan U-10Zr mempunyai kecenderungan perubahan kapasitas yang sama yaitu terjadi kenaikan kapasitas panas hingga 100 o C selanjutnya turun hingga temperature 200 o C. Hal ini disebab-kan hingga temperatur 100 o C panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur setiap derajat dan setiap satuan masa cukup tinggi, kemudian setelah mencapai temperatur 100 o C panas yang dibutuhkan cenderung kecil. Hingga temperatur 100 o C atom-atom dari keadaan semula pada temperatur kamar membutuhkan panas yang cukup besar hingga temperature 100 o C untuk melakukan vibrasi, namun setelah itu mencapai temperatur 100 o C panas yang dibutuhkan menurun. Nilai kapasitas panas suatu bahan akan menentukan jumlah panas yang dapat dipindahkan ke sekeliling. Semakin besar nilai kapasitas panas suatu benda maka semakin besar panas yang dapat dipin-dahkan oleh benda tersebut ke sekeliling. Dalam bahan bakar nuklir diperlukan nilai kapasitas panas yang tinggi agar panas yang dapat dipindahkan ke sekeliling sebanyak-banyaknya. Dilihat dari kapa-sitas panasnya, serbuk U-6Zr lebih baik diban-dingkan serbuk U-10Zr karena mempunyai nilai kapasitas panas yang lebih besar. SIMPULAN Dari hasil percobaan serbuk U-6Zr dan U-10Zr dapat disimpulkan bahwa perubahan unsur Zr di dalam serbuk paduan U-Zr mempengaruhi sifat termalnya, dalam hal ini adalah besaran entalpi, temperatur lebur, pembentukan senyawa, dan kapasitas panas. Hasil analisis menggunakan DTA terhadap 137

Urania Vol. 20 No. 3, Oktober 2014 : 110-162 ISSN 0852-4777 serbuk U-6Zr menghasilkan reaksi termo kimia dan jumlah fasa lebih banyak (enam tahapan) bila dibandingkan dengan serbuk U-10Zr, tetapi menghasilkan jenis fasa yang sama. Perubahan fasa yang terjadi dimulai dari 1 menjadi Zr,tahapan kedua dari Zr menjadi Zr, tahapan ketiga perubahan fasa dari Zr menjadi dan tahapan keempat menjadi. Sementara itu, hasil pengujian kapasitas panas dengan menggu-nakan peralatan DSC diperoleh bahwa serbuk U-6Zr mempunyai nilai kapasitas panas yang lebih besar dibandingkan dengan U-10Zr. Pada pengukuran kapasitas panas dari 35 hingga 95 o C diperoleh kapasitas panas dari 0,09 hingga 0,21J/g.K untuk serbuk U-6Zr, sedangkan nilai kapasitas untuk U-10Zr mempunyai nilai kapasitas panas antara 0,08 J/g.K hingga 0,14 J/g.K. Memperhatikan hasil pengujian kedua serbuk, serbuk U-6Zr mempunyai sifat ternal yang lebih baik dari serbuk U-10Zr DAFTAR PUSTAKA [1] Supardjo, (2011). Pembuatan Ingot Paduan U-7Mo-xZr Dengan Menggunakan Teknik Peleburan dan Karakterisasinya, Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Urania Vol 17.3. ISSN 0852-4777, Oktober 011, PTBN-Serpong. [2] K. Boning, w Petry, (2009), Test Irradiations Of Full-Sized U 3Si 2 Al Fuel Plates Up To Very High Fission Densities, Journal of Nuclear Materials, Volume 383, Issue 3, January 2009, Pages 254 263. [3] Masrukan K, Tri Yulianto, dan Sungkono, (2010), Pengaruh Unsur Nb Pada Bahan Bakar Paduan U-Zr-Nb Terhadap Densitas, Kekerasan Dan Mikrostruktur, Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Urania, Vol. 16 No. 3, Juli 2010. ISSN 0852-4777. Akreditasi No.595/AU3/P2MI-LIPI/03/2015. Hal. 116. [4]. Jong Man Park, Ho Jin Ryu, Don Bae Lee, Chang Kyu Kim, G.L Hofman, (2008), Effect of Si and Zr On The Interdiffusion of U Mo Alloy and Al, Journal Of Nuclear Material, Volume 374, Issue 3, 15 March 2008, Pages 422 430. [5]. Masrukan, Agung Kadaryono, (2010), Pengaruh Prosses Quenching Terhadap Laju Korosi Bahan Bakar U-Zr, Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol 5 No 2, Juni 2009. ISSN : 1907-2635. Akreditasi : 82/Akred-LIPI/P2MBI/5/2007. [6]. Chandra Bhanu, R Keswani, G.J. Prassad, H S Kamat, (2009), Phase Transformations in U 2 wt% Zr Alloy, Journal of Alloys and Compounds, Volume 471, 552. [7]. Ivanov O S. (1983). Phase Diagrams of Uranium Alloys. New Delhi : Amerind Publishing Co, PVT, Ltd. Hlm. 8-11, 55. [8]. Aslina, Masrukan, M. Husna al Hasa, (2007). Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Termal Paduan U-Zr Dengan Variasi Kandungan Zr, Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Urania, Vol 13 No. 3. ISSN : 0852-4777. Akreditasi No. 71/Akreditasi- LIPI/P2MBI/-5/-2007. Hal. 125-135. [9]. Lopez, Denise Adorno, Guisard Restivo, Thomas Augusto,(2013), Mechanical and Thermal Behaviour of U-Mo and U-Nb-Zr Alloys, Journal of Nuclear Materials Volu me 440, Issue 1-3, p. 304-309. [10]. http:www.engineeringtoolbox.com/speci fic- heat-metals d.152 html. Download tgl.30-april 2013. 138

139