BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Kementerian PPN/BAPPENAS merupakan adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perencanaan pembangunan nasional dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Menurut penjelasan tersebut Kementerian PPN/BAPPENAS memegang peranan strategis dalam perencanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu pegawai Kementerian PPN/BAPPENAS dituntut mempunyai kompetensi yang tinggi serta komitmen yang kuat untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Untuk mencapai hal tersebut organisasi harus mengelola sumber dayanya dengan baik. Menurut Annekinda (2013), bagi sebuah organisasi, sumber daya manusia merupakan aset utama yang harus dikelola dan dikembangkan secara tepat dan optimal. Pegawai yang menikmati pekerjaannya, menemukan makna dalam pekerjaannya, dan diberi penghargaan atas jerih payahnya selama bekerja akan semakin besar pula komitmen afektifnya pada organisasi (Morin, 2008). Semakin tinggi tingkat komitmen seorang pegawai dengan organisasinya, mereka 1
cenderung akan memberikan upaya yang lebih bagi organisasinya (Sal & Knight dalam Geldenhuys, Laba & Venter, 2014). Oleh karena itu komitmen merupakan kunci utama untuk menjaga kesuksesan dan keberlangsungan organisasi (Morin, 2008). Menurut Dwiyanto (2012) produktivitas, kualitas pelayanan, dan responsivitas yang diberikan oleh karyawan merupakan salah satu indikator kinerja organisasi. Disamping itu, organisasi juga harus melihat kompetensi karyawannya dalam bekerja. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan, menyebutkan bahwa setiap individu memiliki kompetensi kerja yaitu kemampuan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibuat sesuai standar yang telah ditetapkan untuk mencapai kinerja yang tinggi dalam bekerja (Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia, 2004). Karyawan yang memiliki kompetensi kerja yang baik, ia akan memberikan prestasi yang optimal bagi organisasinya. Selanjutnya, organisasi akan memberikan timbal balik, seperti: gaji, tunjangan dan fasilitas-fasilitas yang mampu menunjang kinerjanya dalam bekerja sehingga ia akan berkomitmen terhadap tempat ia bekerja (Fadli, Fadili & Kartawijaya, 2012). Permasalahan terkait dengan komitmen afektif adalah kesesuaian nilainilai kerja yang diinginkan oleh pegawai dalam organisasi. Setiap pegawai mempunyai pandangan mengenai nilai-nilai kerja yang berbeda dengan pegawai lainnya sesuai dengan karakteristik personal masing-masing pegawai. Pengetahuan mengenai pola nilai-nilai kerja karyawan dalam suatu organisasi bila 2
diketahui akan membantu proses kelancaran pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut, sehingga efektivitas kerja karyawan di dalam organisasi itu dapat terwujud. (Meiyanto & Santhoso, 1999). Sejak adanya reformasi sistem manajemen SDM yang didasarkan pada "good governance", aparatur negara harus bekerja lebih kompeten, akuntabel, tranparan, profesional, dan berorientasi pada hasil (Edralin dalam Keban, 2004). Pengubahan ini diduga mempengaruhi nilai-nilai kerja, semakin tinggi tuntutan pekerjaan, akan semakin tinggi pula harapan dan keinginan pegawai terhadap pekerjaannya. Semakin karyawan mendapatkan tujuan pribadi dan makna dalam pekerjaannya maka karyawan akan semakin berkomitmen kepada organisasi sehingga karyawan akan terus mencari jalan untuk menumbuhkan makna di tempat kerja. (Kinjerski & Skrypnek, 2006). Salah satu organisasi yang harus meningkatkan komitmen afektif pegawainya adalah instansi pemerintahan. Fenomena yang sering terjadi pada saat ini adalah rendahnya kinerja Pegawai Negeri Sipil yang dimungkinkan sebagai akibat dari kurangnya komitmen terhadap organisasi. Berdasarkan laporan Ombudsman menurut daerah instansi terlapor, laporan dari masyarakat mengenai DKI mencapai 541 laporan atau 10 persen dari total laporan seluruh Indonesia (Widadi, 2015). Di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ada terminologi Pegawai Aparatur Sipil Negara. PNS ASN ini terdiri dari dua, yaitu: 1. Pegawai Negeri Sipil 3
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau PPPK. Dalam UU ASN PNS didefinisikan dalam angka 3 yang berbunyi: Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Berbagai hasil survei yang dilakukan oleh lembaga ilmiah menunjukkan bahwa para pegawai negeri sipil (PNS) lebih banyak mengedepankan materi, uang, kekuasaan, dan jabatan saat bekerja, tanpa adanya upaya menunjukkan prestasi atau kinerja yang baik (Arisman, 2013). Perilaku yang ditunjukkan oleh para Pegawai Negeri Sipil ini mungkin akibat dari kurangnya komitmen afektif terhadap organisasi. Dalam survei yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia (ORI) pada tahun 2013 terhadap 18 Kementerian, didapatkan 42,90% unit pelayanan di 18 Kementerian yang disurvei tidak memajang standar waktu pelayanan. (Survei Ombudsman, 2013). Hasil ini dapat menjadi indikator bahwa hampir separuh dari birokrasi di Indonesia mengabaikan standar waktu untuk produk jadi pekerjaan. Oleh karena itu, produk layanan maupun produk hasil kerja aparatur negara terkesan selalu diulur dan tidak ada waktu penyelesaian yang pasti. (Arisman, 2013). Pada tahun yang sama, Kementerian PPN/BAPPENAS mengeluarkan laporan hasil survei eksternal. Survei ini bertujuan untuk mengukur kepuasan mitra kerja/stakeholders sebagai hasil pelaksanaan kegiatan Kementerian PPN/BAPPENAS, mengukur dampak kinerja Kementerian PPN/BAPPENAS 4
terhadap komunitas lokal dan internasional, dan menjaring masukan bagi pengembangan program RB Kementerian PPN/BAPPENAS selanjutnya. (Survei Eksternal BAPPENAS, 2013). Hasil survei eksternal terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian PPN/BAPPENAS pun menunjukkan hasil yang baik, selain itu hasil survei eksternal ini menunjukkan terjadinya perubahan perilaku SDM aparatur (peningkatan) dalam hal etika, kinerja, kedisiplinan, dan perilaku terhadap pemangku kepentingan eksternal. Dalam hal penyediaan layanan kepada pemangku kepentingan eksternal apabila dilihat dari indikator integritas, akuntabilitas, dan transparansi, pemangku kepentingan eksternal menilai sangat memuaskan (93,74%), dimana dampak langsung yang dirasakannya ialah integritas yang tinggi dalam melaksanakan tusinya (memberikan pelayanan) berupa RPJPN, RPJMN, RKP, dan rencana kebijakan (policy). (Survei External BAPPENAS, 2013). Perubahan perilaku SDM aparatur negara ini diduga merupakan akibat dari komitmen afektif yang tinggi. Berdasarkan uraian dia atas, maka penulis tertarik untuk menyusun tesis yang berjudul "Pengaruh Nilai-Nilai Kerja dan Makna Pekerjaan Terhadap Komitmen Afektif di Kementerian PPN/BAPPENAS" 1.2. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah nilai-nilai kerja berpengaruh positif pada komitmen afektif? 2. Apakah makna pekerjaan berpengaruh positif pada komitmen afektif? 5
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh nilai-nilai kerja dan makna pekerjaan terhadap komitmen afektif. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Akademis, menguatkan teori yang bersangkutan, khususnya tentang nilai-nilai kerja, makna pekerjaan, dan komitmen afektif. 2. Organisasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan Kementerian PPN/BAPPENAS dalam menyusun kebijakan dalam hal pekerjaan untuk meningkatkan komitmen afektif karyawan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam bentuk hasil penelitian bagi peneliti selanjutnya, khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan nilai-nilai kerja, makna pekerjaan dan komitmen afektif. 1.5. Batasan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai batasan yaitu karyawan tetap Kementerian PPN/Bappenas yang mempunyai masa kerja minimal 3 tahun dengan tingkat pendidikan minimal S1. 6