BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Frankfurt. Para tokoh Mazhab Frankfurt generasi pertama terjebak dalam

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMAS DAVID JONES SIMANUNGKALIT

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia

JURGEN HABERMAS: TEORI KRITIS DENGAN PARADIGMA KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

TINJAUAN MATA KULIAH...

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

TUJUAN. ilmiah. pendekatan atau metode penyelesaian masalah secara umum. setiap pendekatan. stefanus. (c)

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MENEMPATKAN SKENARIO MASA DEPAN ANEUK DAN PEMUDA ATJEH TAHUN 2018 DALAM RUANG PUBLIK ACEH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di

BAB V PENUTUP. d. klaim komprehensibilitas (comprehensibility). Dalam masyarakat tentunya seperti hubungan-hubungan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan motivatif dari C.K. Prahalad dan Garry Hamel yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB II. Tinjauan Pustaka

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI MAGISTER KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ilmu Pendidikan

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau tepat. Kecakapan berpikir adalah ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

: PROF. DR. HAEDAR AKIB, M.Si MACAM-MACAM ILMU PENDIDIKAN YATI HARDIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang

RINGKASAN. Pengaturan Wewenang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut Sherlock Halmes Lekipiouw,S.H.,M.H

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

PROGRAM STUDI D3 MEKANISASI PERTANIAN SIKAP

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan

BAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

PANCASILA DILIHAT DARI SEGI MODEREN DAN REFORMASI SEKOLAH TINGGI ILMU INFORMASI DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK. NOVIA KENCANA, S.IP, MPA STMIK MDP

KEBIJAKAN KESEHATAN (Dimensi Makro) Dra. AYUN SRIATMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

Transkripsi:

BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan bahwa masyarakat modern merupakan masyarakat yang memiliki kompleksitas nilai dan kepentingan. 1 Adanya kompleksitas nilai dan kepentingan mengharuskan kehidupan masyarakat diatur sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya konflik yang mengarah pada disintegrasi masyarakat. Keberadaan hukum menjadi sangat penting untuk mengatur adanya kompleksitas nilai dan kepentingan dalam masyarakat. Keberadaan hukum dapat menjamin kehidupan bersama dalam masyarakat berjalan dengan tertib. Kendati demikian, tak jarang kita menjumpai berbagai problematika yang muncul terkait dengan hukum. Problematika yang dimaksud adalah keberadaan hukum yang kontroversial yang tidak mencerminkan nilai keadilan bagi masyarakat. Contoh konkrit dari keberadaan hukum yang kontroversial adalah sistem hukum yang diterapkan oleh pemerintah kolonial terhadap daerah jajahannya. Lalu adanya politik Apartheid di Afrika Selatan yang memisahkan masyarakat kulit hitam dan kulit putih dalam suatu sistem hukum politik negara yang dijalankan dengan baik. Keberadaan hukum yang demikian tidak mencerminkan hakekat hukum yang seharusnya memberi nilai keadilan bagi 1 JÜRGEN HABERMAS, Between fact and norm, (judul asli: Faktizitat und Geltung), diterjemahkan oleh William Rehg, The MIT press, New Baskerville 1996 2, 1. 1

masyarakat. Keberadaan hukum yang kontroversial justru tidak menjamin terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib dan adil melainkan malah dapat memicu terjadinya disintegrasi masyarakat. Keberadaan hukum yang kontroversial tersebut menjadi bukti bahwa keberadaan hukum juga bukan tanpa masalah. Menurut hemat penulis permasalahannya terletak pada prosedur legitimasi pembentukan hukumnya. Keberadaan hukum yang kontroversial tersebut hanyalah bentukan secara sepihak oleh penguasa atau pihak mayoritas yang bertujuan untuk melayani kepentingan pihak-pihak tertentu dan melanggengkan status quo. Penekanan pada dimensi subjektivitas dari penguasa dan pihak-pihak tertentu tanpa disertai adanya kontrol dan keterlibatan aktif dari masyarakat merupakan sebuah problem yang menandakan adanya kecacatan dalam prosedur dalam pembentukan hukum. Karya tulis ini merupakan usaha penulis guna mendalami pemikiran Jürgen Habermas terkait bagaimana menghasilkan produk hukum yang memiliki dimensi kesahihan dan legalitas melalui diskursus. Teori diskursus merupakan sebuah teori yang dilandasi oleh paradigma komunikatif. Ukuran kesahihan dan legalitas dalam hukum yang hendak disasar oleh teori diskursus terletak pada prosedur komunikasi politis yang memungkinkan tercapainya konsensus bersama oleh setiap anggota masyarakat. Jika mengacu pada teori diskursus, aspek legalitas dalam hukum tidak terletak semata-mata pada otoritas yang berwenang melainkan juga terletak pada keterlibatan aktif dan persetujuan dari masyarakat. Dengan demikian, hukum dapat memiliki sifat mengikat dan legal karena 2

dihasilkan dari sebuah proses dimana masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam proses pembentukannya. 1.2. PERMASALAHAN Rumusan permasalahan karya tulis ini adalah: 1. Apa itu teori diskursus dalam perspektif Jürgen Habermas? 2. Bagaimanakah prosedur diskursus dalam perspektif Jürgen Habermas? 1.3. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah: 1. Untuk memperkenalkan gagasan-gagasan filosofis Jürgen Habermas yang berkaitan dengan proses penetapan norma-norma melalui sebuah prosedur pengujian intersubjektif. 2. Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program strata satu di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 1.4. MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah: 1 Manfaat teoritis: Sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan terkait kajian kritis mengenai teori diskursus Jürgen Habermas. 2 Manfaat praktis: Sebagai sumbangan terkait bagaimana menghasilkan produk-produk hukum yang sahih melalui mekanisme diskursus. 3

1.5. METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah pengunaan berbagai sumber pustaka yang terkait dengan tema yang diangkat dalam karya tulis ini. Berbagai sumber kepustakaan tersebut diolah oleh penulis menjadi sebuah karya tulis yang koheren dan sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan aspek keilmiahannya. 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Skema penulisan karya tulis ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi: latar belakang penulis memilih tema, tujuan penulisan, pokok permasalahan yang diangkat, metode penulisan skripsi, dan sistematika penulisan. Pada bagian ini penulis akan memaparkan permasalahan terkait dengan prosedur penetapan norma-norma yang akan dibahas dalam pemikiran Jurgen Habemas. Pada bab dua, penulis akan memapaparkan biografi Jürgen Habermas. Setelah itu, penulis akan memaparkan pemikiran para tokoh Mazhab Frankfurt dimana Habermas tergabung di dalamnya. Pemaparan pemikiran tokoh Mazhab Frankfurt bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas dialektika filsafat pemikiran Habermas yang berakar dari para tokoh pendahulunya dalam Mazhab Frankfurt. Selanjutnya, penulis akan memaparkan gagasan-gagasan Habermas sebagai pembaharu pemikiran dari para pendahulunya dalam Mazhab Frankfurt. Bab tiga merupakan pemaparan secara khusus mengenai teori diskursus yang menjadi rumusan permasalahan dalam karya tulis ini. Pemaparan mengenai 4

teori diskursus meliputi: apa itu teori diskursus?, bagaimanakah prosedur dalam melakukan diskursus?, prinsip etika macam apakah yang ada dalam diskursus?. Setelah itu, penulis akan menyajikan sebuah tinjauan kritis terhadap teori diskursus guna mendapatkan sebuah objektivitas pemikiran terhadap teori diskursus. Pada bab empat, penulis akan merelevansikan teori diskursus dalam dinamika demokrasi di Indonesia. Pemaparan pada bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, penulis akan memaparkan konsep ruang publik sebagai aplikasi teori diskursus dalam ranah kehidupan politik praksis. Kedua, penulis akan merelevansikan teori diskursus dalam dinamika demokrasi di Indonesia. Ketiga, penulis akan memaparkan prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi dalam melakukan diskursus dalam dinamika demokrasi di Indonesia. Pada bab lima, penulis akan menyimpulkan seluruh pemaparan karya tulis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan kesimpulan atas gagasan-gagasan pokok yang menjadi pemikiran Habermas yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Bagian kedua berisi saran-saran yang diajukan oleh penulis setelah mempelajari pemikiran Habermas. 5