BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Berdasarkan seluruh kajian dan penelitian yang telah penulis lakukan, fasilitas layanan E-banking tetap memerlukan pengaturan lebih lanjut karena aturan hukum yang ada belum seutuhnya menjamin perlindungan dan kepastian hukum baik bagi nasabah sebagai pengguna, maupun bank sebagai penyedia jasa. Aturan hukum mengenai fasilitas layanan E-banking belum secara tegas mengatur tentang: a. Bentuk pertanggung jawaban Bank kepada Nasabah yang dirugikan akibat penerapan dari layanan E-banking; b. Penguatan atas jaminan keamanan data pribadi nasabah; c. Penyatuan dan pengaturan aturan hukum mengenai fasilitas layanan E-banking. 2. Setelah melakukan analisis yuridis terhadap Putusan No.688/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Sel, aturan hukum yang melindungi Nasabah yang mengalami kerugian atas layanan E-banking tersebar diberbagai aturan perundang-undangan diantaranya: a. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 141
b. Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan c. Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan: d. Pasal 7 hurug b dan f Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen: e. Pasal 8 huruf f Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen: f. Pasal 10 huruf b dan e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen: g. Pasal 19 ayat (1) Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen: h. Pasal 4 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Tranparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah; i. Pasal 5 ayat (1) huruf c Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Tranparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah: Sangat disayangkan, Majelis Hakim memandang permasalahan hukum ini dari sudut pandang hubungan kontraktual antara Bank dengan Nasabah, tanpa melakukan eksplorasi yang mendalam baik terhadap aturan hukum maupun fakta yang terungkap di dalam persidangan. Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat telah menandatangani 142
form Aplikasi Pembukaan Rekening, sehingga harus tunduk pada ketentuan dan persyaratan pembukaan rekening. Seluruh aturan hukum di atas menunjukkan bahwa penandatanganan Form Aplikasi Pembukaan Rekening sebagai syarat awal untuk pembukaan rekening tidak berarti Bank bisa melepaskan dirinya dari pertanggungjawaban hukum untuk melakukan ganti kerugian atas kelalaian dan juga atas celah yang dimanfaatkan pihak ketiga atas ketidakamanan penyelenggaraan internet Banking. B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya aturan hukum yang memberikan perlindungan hukum atas data pribadi masyarakat di dalam penyelenggaraan internet Banking. Melihat realita yang terjadi di lapangan, dapat disimpulkan bahwa UU Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum sepenuhnya atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan internet Banking. Dalam pembentukan Undang-undang itu sendiri semestinya tidak saja memperhatikan pada kebutuhan dalam praktik, namun hal ini akan sangat membantu apabila pembentukan tersebut juga memperhatikan model-model hukum tingkat internasional dan juga 143
pengamanan perlindungan hukum atas data pribadi yang telah berhasil dilakukan di beberapa Negara. Aturan hukum yang perlu diatur adalah mengenai pertanggungjawaban bank terhadap penyalahgunaan data pribadi nasabah oleh pihak ketiga baik secara Pidana, Perdata maupun mekanisme ganti kerugian kepada Nasabah. 2. Perlu adanya penguatan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan data privasi akibat produk internet Banking yang dikeluarkan oleh Bank. Saat ini, Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) sudah memiliki divisi pengawasan produk bank, namun pada prakteknya masih banyak sekali bank yang mengeluarkan produk-produk perbankan yang membahayakan nasabahnya karena kurang melindungi aspek perlindungan data privasi. Oleh karena itu OJK harus mengkaji secara mendalam dampak dan resiko produk internet Banking mengingat arus perkembangan teknologi yang sangat deras memungkinkan adanya celah yang dimanfaatkan pihak ketiga untuk mempergunakan data privasi Nasabah untuk mengambil keuntungan. 3. Perlu adanya sosialisasi kepada Bank, Masyarakat, dan Penegak Hukum akan pentingnya perlindungan terhadap data privasi Nasabah. Kejahatan Perbankan yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh dapat diretas dan disalahgunakannya data privasi nasabah oleh pihak 144
ketiga untuk dapat masuk kesistem perbankan dan memperoleh keuntungan dari hasil kejahatan tersebut. Oleh karena itu Bank harus meningkatkan segi keamanan dari setiap produk internet perbankan yang dikeluarkan, memberikan informasi yang mendalam kepada masyarakat atas segala resiko yang mungkin timbul akibat penyelenggaraan produk internet Banking. Sebaliknya masyarakat sebagai pengguna internet Banking juga harus mempelajari mekanisme serta resiko pemanfaatan internet Banking. Aparat Penegak Hukum juga harus beradaptasi sehubungan dengan tersebarnya aturan hukum mengenai pengaturan data privasi nasabah dan juga internet Banking, sehingga dapat secara tepat dalam melakukan penerapan hukum. 145