I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

10jO15'-106"20' Bujur Timur dan 4"37'-j"37' Lintang Selatan, dengall batas-

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. tanaman khususnya padi (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2015).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Lampung Timur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor pertanian sebagai tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk. Keberadaan pertanian berfungsi secara sosial sebagai penyedia lapangan kerja yang cukup luas terutama di daerah sentra produksi, sedangkan secara ekonomi sektor pertanian merupakan penyumbang devisa terbesar setelah sektor minyak dan gas (migas). Pembangunan di bidang pertanian perlu dilakukan secara kontinyu sebagai poros perekonomian nasional, karena manfaat pembangunan yang dilakukan tidak hanya berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan jutaan petani yang menggantungkan hidupnya pada sektor riil ini, melainkan termasuk juga sektor-sektor lainnya yang membutuhkan hasil pertanian sebagai sumber bahan baku. Sektor pertanian mencakup subsektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Salah satu komoditi pertanian subsektor tanaman pangan yang cukup memegang peranan penting baik bagi negara, industri, ataupun masyarakat adalah jagung. Menurut Ditjen Tanaman Pangan (2002), jagung merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein terpenting setelah beras.

Jagung di Indonesia merupakan makanan pokok kedua setelah padi, sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi (AAK, 1993). Ditjen Tanaman Pangan (2002) menambahkan bahwa meskipun jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah padi/beras, namun bagi kehidupan sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Nusa Tenggara Barat (NTB), jagung masih merupakan komoditi pangan andalan hingga saat ini. Tabel 1. Kadar kalori, protein, dan karbohidrat pada berbagai bahan makanan mentah (dalam 100 gram) Bahan mentah Kadar kalori Kadar protein Kadar karbohidrat (kal) (gram) (gram) Beras/padi 350 8 73 Jagung 320 8 63 Ubi kayu basah 136 1,2 32 Gaplek tepung 352 1,5 85 Ketela rambat 125 1,8 28 Kentang 85 2 19 Sagu 341-85 Sum ber: AA K, 1993 Berd asark an Tabel 1, dapat dilihat bahwa kandungan dari ketiga unsur gizi pada jagung, mendekati atau hampir sama dengan ketiga unsur gizi yang terkandung pada padi atau beras. Selain itu jagung memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (Tabel 2), yaitu terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, abu, dan zat-zat lainnya. Kandungan terbesar dalam jagung adalah karbohidrat, yaitu sebesar 70,7 %, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pangan pengganti beras. Tabel 2. Kandungan gizi pada jagung Kandungan Persentase (%)

Air 13,5 Protein 10 Minyak/lemak 4 Karbohidrat: - Tepung 61 - Gula 1,4 - Pentosan 6 - Serat kasar 2,3 Abu 1,4 Zat-zat lain 0,4 Sumber: Suprapto dan Marzuki, 2005 Jagung selain merupakan sumber pendapatan dan lapangan kerja, juga sebagai komoditi tradable yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa-masa mendatang (Sadikin, 2000). Jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan, karena jagung juga berperan sebagai pakan ternak, bahan baku industri, dan konsumsi rumah tangga (Ditjen Tanaman Pangan (2002)). Data menunjukkan sekitar 60% dari kebutuhan jagung nasional digunakan sebagai bahan baku industri, 57% di antaranya untuk pakan. Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung oleh industri akan terus meningkat, seiring dengan penambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi rumah tangga cenderung akan menurun (Sadikin, 2000). Pemanfaatan komoditi jagung juga semakin bertambah luas seiring ditemukannya teknologi pemanfaatan jagung sebagai bahan baku energi alternatif pengganti minyak bumi (Tempo, 18 Maret 2008), hal ini menjadikan jagung (Zea mays L.) memiliki nilai strategi tambahan bila dilihat dari sektor energi (alternatif).

Jagung memiliki peran strategis di dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkata 10-15% per tahun, dengan demikian produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan. Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor pertanian. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum (Zubachtirodin dkk, 2000). Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, jika dilihat dari kancah nasional Lampung terbilang nomor tiga terbesar pemasok produksi jagung nasional setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kendati kondisi yang terjadi secara nasional demikian, namun masih terlihat bahwa terdapat kecenderungan adanya peningkatan di Provinsi Lampung meskipun fluktuatif, seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung pada beberapa sentra produksi jagung di Indonesia tahun 2004-2008 No. Provinsi 1. Jawa Timur Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Luas panen (ha) 1.141.671 1.206.177 1.099.184 1.153.496 1.169.377 Produksi (ton) 4.133.762 4.398.502 4.011.182 4.252.182 4.564.693 Produktivitas (kw/ha) 36,21 36,47 36,49 36,86 39,04

2. Jawa Tengah Luas panen (ha) 521.645 596303 497.928 571.013 589.117 Produksi (ton) 1.836.233 2.191.258 1.856023 2.233.992 2.431.461 Produktivitas (kw/ha) 35,20 36,75 37,27 39,12 41,27 3. Lampung Luas panen (ha) 364.842 411.629 332.640 369.971 379.227 Produksi (ton) 1.216.974 1.439.000 1.183.982 1.346.821 1.664.366 Produktivitas (kw/ha) 33,36 34,96 35,59 36,40 43,89 4. Sulawesi Selatan Luas panen (ha) 196.393 206.569 206.387 262.436 261.490 Produksi (ton) 674.716 705.995 696.084 969.955 994.981 Produktivitas (kw/ha) 34,36 34,18 33,73 36,96 38,05 5. Sulawesi Utara 6. NTT Luas panen (ha) 66.196 71.644 82.189 115.664 132.186 Produksi (ton) 150.128 195.305 242.714 406.759 476.479 Produktivitas (kw/ha) 22,68 27,26 29,53 35,17 36,05 Luas panen (ha) 264.907 239.588 252.410 217.478 277.445 Produksi (ton) 622.811 552.440 582.964 514.360 688.990 Produktivitas (kw/ha) 23,51 23,06 23,10 23,65 24,83 7. Gorontalo Luas panen (ha) 75.529 107.752 109.792 119.027 132.718 Produksi (ton) 78.147 73.153 74.672 97.037 94.386 Produktivitas (kw/ha) 34,64 37,13 37,91 48,12 48,14 Indonesia Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) 3.356.914 11.225.243 33,36 3.625.987 12.523.894 34,54 3.345.805 11.609.463 34,70 3.630.324 13.287.527 36,60 3.808.998 14.854.060 39,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2009 Kendati produksi sudah meningkat, namun jumlah produksi jagung Provinsi Lampung sering tak mampu memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Oleh karena itu, industri pakan ternak tercatat masih sering mengimpor jagung untuk bahan baku. Menurut Purbani dan Riyanto (2007), kebutuhan jagung di Provinsi Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun dengan persentase 10-15% per tahun. Menurut BI Bandar Lampung (2008), berdasarkan data yang diperoleh mengenai permintaan jagung, diperoleh rata-rata pembelian jagung per hari oleh salah satu pabrik pakan ternak (pengguna akhir jagung) di Provinsi Lampung menunjukkan

angka 400 ton per hari, sementara kemampuan membeli dan menampung jagung mencapai 2.000 ton per hari. Saat ini paling tidak terdapat tujuh perusahaan pakan ternak yang beroperasi di Provinsi Lampung yang memiliki kemampuan menjangkau pasar provinsi, nasional, maupun internasional. Sebagian besar pemanfaatan jagung saat ini di Provinsi Lampung baru pada batas untuk industri pakan ternak, namun penggunaan tersebut merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi petani jagung. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung, mengingat masih terdapat gap yang lebar antara ketersediaan dengan kebutuhan. Menurut hasil penelitian Swastika dkk (2001), senjang hasil antara rata-rata produksi yang dicapai petani saat ini dengan potensi hasil kemampuan lahan masih cukup lebar, terutama di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung. Kenyataan ini perlu diperhatikan untuk pengembangan komoditi jagung pada masa sekarang ataupun di masa yang akan datang. Peluang pengembangan komoditi jagung di Provinsi Lampung masih memungkinkan untuk dilakukan, baik dengan cara intensifikasi (pemanfaatan lahan yang sudah ada secara optimal) maupun ekstensifikasi/perluasan areal pertanaman memanfaatkan lahan masyarakat (BI Bandar Lampung, 2008). Salah satu sentra produksi jagung yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Timur. Tabel 4. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung tahun 2008 No Kabupaten Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kuintal/ha)

1. Lampung Barat 2.097 8.192 39,09 2. Tanggamus 6.103 27.170 0,04 3. Lampung Selatan 79.601 380.379 47,70 4. Lampung Timur 119.557 568.846 47,58 5. Lampung Tengah 106.269 516.470 48,60 6. Lampung Utara 32.130 127.944 39,82 7. Way Kanan 14.555 61.438 42,21 8. Tulang Bawang 13.877 53.367 38,45 9. Pesawaran 12.347 61.869 50,11 10. Kota Bandar Lampung 258 1.257 48,72 11. Kota Metro 729 2.954 40,52 Provinsi Lampung 387.549 1.809.886 46,70 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008 Kabupaten Lampung Timur memiliki luas panen yang terbesar diiringi dengan jumlah produksi yang terbesar pula dibandingkan sepuluh kabupaten lainnya (Tabel 4), yaitu 119.557 ha dan 568.846 ton. Namun di sisi lain produktivitasnya justru berada di bawah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan yang berdasarkan aspek luas panen dan produksi berada pada posisi kedua dan ketiga. Kondisi ini memungkinkan bagi Kabupaten Lampung Timur untuk meningkatkan kinerja pengusahaan lahan usahatani jagung agar dapat mengoptimalkan produksi jagung yang seharusnya dapat lebih baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Tabel 5. Luas panen, produksi dan produktivitas komoditi jagung per kecamatan di Kabupaten Lampung Timur 2008 No. Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas (ha) (ton) (kuintal/ha) 1. Metro Kibang 7.617 28.945 38,00 2. Batanghari 2.870 16.818 58,60 3. Sekampung 7.079 31.877 45,03 4. Marga Tiga 4.540 17.207 37,90 5. Sekampung udik 13.029 71.660 55,00 6. Jabung 10.829 52.632 48,60 7. Pasir Sakti 956 3.925 41,06 8. Waway Karya 8.390 35.238 42,00 9. Marga Sekampung 11.634 58.866 50,60 10. Labuhan Maringgai 127 418 32,90

11. Mataram Baru 63 221 35,00 12. Bandar Sribhawono 18.375 85.462 46,51 13. Melinting 6.895 34.740 50,38 14. Gunung Pelindung 1.277 6.181 48,40 15. Way Jepara 5.135 27.072 50,93 16. Braja Selebah 3.045 16.748 55,00 17. Labuhan Ratu 2.360 8.708 36,90 18. Sukadana 2.817 15.775 56,00 19. Bumi Agung 2.690 15.629 58,10 20. Batanghari Nuban 2.045 6.749 33,00 21. Pekalongan 2.257 10.382 46,00 22. Raman Utara 2.265 8.607 38,00 23. Purbolinggo 2.255 10.269 45,54 24. Way Bungur 1.838 6.065 33,00 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur, 2009 Kabupaten Lampung Timur sendiri terbagi atas 24 kecamatan yang memiliki luas panen jagung, produksi, dan produktivitas yang beragam (Tabel 5). Salah satu kecamatan yang memiliki luas panen tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Bandar Sribhawono. Pada Tabel 5 tertera bahwa luas panen jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono adalah 19.592 ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan adalah 70.903 ton. Namun, dari aspek produktivitas, Kecamatan Bandar Sribhawono (36,19 kuintal/ha) justru berada di bawah Kecamatan Sekampung Udik (36,43 kuintal/ha), padahal Kecamatan Sekampung Udik memiliki luas panen yang lebih kecil (28 %) dibandingkan Kecamatan Bandar Sribhawono. Jagung merupakan komoditas yang menjanjikan untuk diusahakan oleh petani dilihat dari segi kebutuhan pasar yang terbuka luas, baik secara nasional ataupun global di masa kini maupun masa yang akan datang. Potensi pasar yang semakin meningkat sangat diharapkan dapat berbanding lurus dengan pendapatan yang mungkin diperoleh petani. Oleh karena itu penelitian yang terkait dengan usahatani jagung menjadi penting untuk dapat memotivasi petani jagung agar dapat melakukan

pengelolaan usahataninya dengan baik sehingga diperoleh hasil yang berkualitas dan dapat meminimalkan risiko kegagalan yang dapat saja terjadi, baik dikarenakan faktor alam atau faktor lainnya. B. Perumusan Masalah Perkembangan industri peternakan semakin pesat, diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan karena jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan benih (Kasryno dkk, 2008). Peluang tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan usahatani jagung lebih baik sehingga produksi jagung dapat meningkat. Keberhasilan produksi sangat ditentukan oleh bagaimana petani mengatur secara baik input-input yang digunakan untuk menghasilkan ouput dalam jumlah optimal dengan mengatasi berbagai kendala yang ditimbulkan oleh alam maupun perkembangan pasar. Tujuan diadakannya usahatani adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Atas dasar tersebut, petani berusaha untuk mencapai pendapatan karena hasil yang diperoleh akan mempengaruhi kegiatan usahatani selanjutnya. Keberhasilan suatu usahatani tentunya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor produksi fisik yang digunakan dalam berusahatani, seperti benih, pupuk, lahan, dan tenaga kerja yang secara langsung, mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor eksternal adalah faktor di luar usahatani yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani namun tidak berpengaruh langsung

terhadap produktivitas tanaman, seperti sarana transportasi, fasilitas kredit, dan pemasaran (Hernanto, 1993). Fenomena lemahnya posisi rebut tawar petani bargaining position dalam pemasaran hasil menyebabkan harga yang diterima petani berfluktuasi sesuai ketentuan pedagang, sehingga pendapatan yang diperoleh petani pun ikut berfluktuasi. Hal tersebut menyebabkan motivasi petani untuk mengusahakan jagung berubah-ubah. Menurut Hernanto (1993), dalam setiap proses produksi, petani sebagai produsen harus mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Hasil produksi pertanian secara umum bergantung pada faktor alam dan faktor pasar. Menurut Soekartawi (1993), masalah iklim seperti musim kemarau panjang, hujan yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit diduga sebelumnya, masalah bencana atau banjir, masalah kekurangan air irigasi atau air hujan, atau masalah yang lain merupakan contoh betapa kehidupan tanaman itu sebenarnya tunduk pada aspek risiko. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur? 2. Bagaimana tingkat risiko usahatani jagung dikaitkan dengan pendapatan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. 2. Mengetahui tingkat risiko usahatani jagung dikaitkan dengan pendapatan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. D. Kegunaan Penelitian Diharapkan penelitian ini berguna sebagai: 1. Pertimbangan bagi petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.