BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

PENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB II LANDASAN TEORITIS

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembinaan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

UPAYA MENGURANGI PERILAKU AGRESIF NON-VERBAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PALU

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL STUDI KASUS PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII DI MTS NEGERI NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2016/2017

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

PROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. merebak dan hal tersebut merupakan suatu bentuk agresi. ditujukan pada seseorang atau benda. Chaplin (2005) juga menyebutkan

I. PENDAHULUAN. Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah Pertama biasanya merupakan remaja yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak. Sekolah merupakan suatu masyarakat kecil, anak dapat bergaul dengan teman-temannya, juga dengan ibu guru. Di sekolah ada anak yang nakal, baik atau anak yang lemah membutuhkan pertolongan. Untuk itu sekolah merupakan tempat yang dapat mengembangkan rasa sosial anak. Anak belajar bersabar terhadap gangguan temannya yang nakal, anak belajar menolong temannya. Dalam kehidupan sehari-hari siswa menyadari bahwa perilakunya akan menimbulkan akibat. Perilaku yang sesuai dengan keinginan dan harapan siswa akan menimbulkan akibat yang positif. Bilamana keinginan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan, maka akan menimbulkan perilaku agresif. Bentuk perilaku agresif negatif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang akan diekspresikan dengan kemarahan, emosi yang menggebu-gebu, bertindak sadis, dan usaha untuk merugikan serta menyakiti orang lain. Niat dan harapan untuk menyakiti orang lain sebagai awal terbentuknya perilaku agresif menunjukkan seorang agresor sudah mengesampingkan rasa 1

2 kemanusiaan. Ada hal-hal kecil yang mungkin tidak disadari pelaku sebagai tindakan agresi, seperti perkataan yang menyakitkan adalah suatu bentuk agresi untuk menyerang orang lain tanpa kekerasan fisik, namun dapat menimbulkan kekerasan fisik. Contoh lain adalah perilaku merusak barang milik teman, merampas benda-benda milik orang lain, mengancam, dan memfitnah, merupakan bentuk-bentuk perilaku agresif yang sering dilakukan oleh pelajar. Tingkah laku agresif adalah tingkah laku fisik atau verbal untuk melukai orang lain Myers (Kulsum, 2014:241). Sedangkan menurut Berkowitz (Kulsum, 2014:241) agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang mempunyai niat tertentu untuk melukai secara fisik atau psikologis pada diri orang lain. Kulsum (2014:242) mengungkapkan bahwa perilaku agresif merupakan tingkah laku pelampiasan dari perasaan frustasi untuk mengatasi perlawanan dengan kuat atau menghukum orang lain, yang ditujukan untuk melukai pihak lain secara fisik maupun psikologis pada orang lain yang dapat dilakukan secara fisik maupun verbal. Melalui penelitian terdahulu Fera Florita (2015:4) yang berjudul pengaruh layanan konseling kelompok terhadap perilaku agresif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Binangum Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa di sekolah masih ada beberapa siswa yang berperilaku agresif. Gejala anak yang agresif dapat dilihat dengan anak yang mudah terganggu pikiran, perhatian dan tidak mampu mengontrol diri untuk sedikit tenang, banyak bicara, dan melakukan tindakan yang tidak bertujuan.

3 Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Kursin (2005:73) tentang efektifitas layanan konseling kelompok dalam mengurangi perilaku agresif siswa panti pamardi putra mandiri semarang tahun 2004/2005 yang menjelaskan bahwa perilaku agresif fisik siswa pada mulanya tinggi dan setelah mendapatkan layanan konseling kelompok juga menurun menjadi kategori rendah maka, layanan konseling kelompok sangat efektif untuk mengurangi perilaku agresif siswa di panti pamardi putra mandiri semarang. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Puspita, Dian (2009) dengan judul mengatasi perilaku agresif melalui konseling behavior dengan menggunakan teknik behavior contract pada siswa SMA Negeri 2 Malang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) frekuensi perilaku agresif subyek penelitian sebelum diadakan treatment tergolong cukup tinggi; (2) frekuensi perilaku agresif subyek penelitian tergolong rendah setelah pemebrian treatment; (3) layanan konseling behavior contract dapat mengurangi perilaku agresif siswa dan dapat mengatasi masalah. Perilaku agresif menurut Moore dan Fine (Koesawara, 1988: 5) merupakan tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Perilaku agresif bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya merasa kurang diperhatikan, tertekan, pergaulan buruk, dan efek dari tayangan kekerasan di media massa. Dampak dari perilaku agresif bisa dilihat dari sisi pelaku dan sisi korban. Dampak dari pelaku, misalnya pelaku akan dijauhi dan tidak disenangi oleh orang lain. Sedangkan dampak dari korban,

4 misalnya timbulnya sakit fisik dan psikis serta kerugian akibat perilaku agresif tersebut. Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah di SMP Negeri 2 Delitua melalui peran guru pembimbing dalam membantu siswa mengatasi perilaku agresif kebanyakan hanya dengan layanan konseling individu. Upaya tersebut kurang mendapat hasil optimal, karena layanan konseling individu dilakukan secara perseorangan sehingga kurang efektif diberikan kepada siswa yang jumlahnya cukup banyak. Kegiatan konseling kelompok juga belum dilaksanakan secara intensif oleh guru pembimbing di SMP Negeri 2 Delitua. Hal itu disebabkan karena kurangnya waktu, sehingga pelaksanaan kegiatan konseling kelompok belum bisa dilaksanakan dengan baik oleh guru pembimbing. Kegiatan konseling kelompok tersebut cukup efektif membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, khususnya dalam mengurangi perilaku agresif siswa kelas VIII-8 di SMP Negeri 2 Delitua. Dimana dalam kegiatan layanan konseling kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta layanan dan hasil yang bisa diperoleh dari kegaiatan konseling kelompok adalah siswa mampu memahami diri dan lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 Februari 2017 di kelas VIII-8 SMP Negeri 2 Delitua dari 30 orang siswa, diketahui ada 10 orang sisswa yang memiliki perilaku agresif dengan kategori intensitas yang sering misalnya sering berkata kasar, berkelahi, membuat

5 keonaran, melawan guru, menaruh rasa dendam sesama teman dan ada juga yang merusak barang milik sekolah dan milik teman-temannya. Hal ini mengakibatkan siswa yang berperilaku agresif dijauhi oleh teman-temannya dan membuat guru tidak senang dengan siswa tersebut. Sedangkan tingginya tingkat agresifitas dalam masyarakat akan menimbulkan dampak negatif bagi remaja seperti hambatan penyesuaian sosial, penolakan sosial, rusaknya hubungan dengan orang lain, serta dapat meningkatkan kriminalitas karena pada dasarnya remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan memimpin bangsa (lampiran 25). Perilaku tersebut tentunya mengganggu aktifitas mengajar di dalam kelas dan lingkungan sekolah. Sehingga proses mengajar di dalam kelas tidak kondusif. Perilaku tersebut juga berkelanjutan di luar kelas sehingga menjadi kebiasaan yang susah dikendalikan. Beberapa faktor yang membuat siswa melakukan perilaku agresif salah satunya faktor lingkungan dan teman sehingga berdampak menjadi sebuah perilaku kebiasaan dan dianggap sudah biasa. Berdasarkan fenomena tersebut perlu adanya usaha untuk mengurangi perilaku agresif agar siswa pada masa perkembangannya tidak terhambat, sehingga tercipta kehidupan efektif sehari-hari dan mampu menyalurkan potensinya secara optimal. Apabila masalah ini tidak cepat ditangani maka dikhawatirkan banyak dampak nengatif muncul dari perilaku agresif. Perilaku tersebut tergolong perliaku yang maladaptif sehingga harus ditangani secara serius. Selain beberapa hal di atas upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku agresif tersebut adalah melalui layanan konseling kelompok dengan

6 alasan bahwa layanan konseling kelompok ini dapat membentuk sikap dan perilaku yang baik sehingga siswa dapat berkembang secara optimal. Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan atau bertindak dengan memanfaatkan potensi secara maksimal. Senada dengan apa yang dikatakan Prayitno (1995: 24) layanan konseling kelompok seharusnya menjadi tempat pengembangan sikap keterampilan dan keberanian sosial yang bertenggang rasa. Konseling kelompok sangat berguna bagi remaja karenan memberikan kesempatan untuk menyampaikan keluhan perasaan konfliknya, melepas keraguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang membagi keluhan-keluhan pada teman sebayanya. Dalam kelompok, remaja dapat belajar berkomunikasi dengan teman sebaya dan akan berhasil apabila ada pembimbing yang membantunya, untuk menunjukkan bagaimana menjalani latihan dengan baik dan dalam menguji keterbatasannya. Ada konseling kelompok remaja yang mempunyai keunikan kesempatan untuk menjadi instrumen bagi perkembangan pribadi orang lain, karena situasi kelompok sangat membantu kesempatan untuk berinteraksi, maka para anggotanya dapat menyampaikan apa yang diinginkan dan saling membantu dalam hal pengertian diri dan penerimaan diri. Teknik yang digunakan oleh peneliti ada teknik kontrak perilaku. Landasan dari penggunaan teknik ini karenan tingkah laku dapat dipelajari dan dapat diubah dengan memberikan penguatan segera setelah tingkah laku yang

7 diharapkan muncul. Teknik kontrak perilaku didasarkan atas pandangan bahwa membantu konseli untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati atau komitmen diri. Konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku dipilih karena teknik ini lebih menekankan pada reward, punishment, dan reinforcement. Konseli diberi hukuman tentang kesalahannya, diberi penguatan untuk bisa menyelesaikan permasalahanya. Kegiatan konseling kelompok tersebut cukup efektif membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan teknik kontrak perilaku. Karena konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku bermanfaat untuk mereduksi suatu perilaku yang tidak diinginkan serta meningkatkan dan mengarahkan pada yang hendak dicapai. Kontrak perilaku merupakan suatu perjanjian antara anak dengan guru baik secara lisan maupun tertulis untuk berperilaku tertentu dan akan diberikan penghargaan. Hal tersebut senada dengan pendapat (Lutfi Fauzan, 2009) yang menyatakan bahwa kontrak perilaku merupakan perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Kontrak perilaku yang dibuat bersifat bebas dan terbuka yang menghasilkan suatu kesepakatan antara guru dan anak. Dengan teknik kontrak perilaku ini diharapkan perilaku yang akan diubah menjadi jelas dan siswa memahami dengan baik. Guru memberikan penguatan dengan segera kepada anak setiap kali perilaku yang diharapkan muncul sehingga

8 anak cenderung akan mengulangi perilaku positif tersebut. Penguatan yang diberikan kepada anak bisa berupa senyuman, acungan jempol, atau tepuk tangan yang diberikan secara konsisten yaitu setiap anak berperilaku baik. Dengan adanya kontrak perilaku, anak akan berusaha sedemikian rupa untuk merubah perilakunya seperti yang tergambar dalam kontrak tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dalam mengatasi masalah siswa di SMP Negeri 2 Delitua dengan judul Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Kontrak Perilaku Terhadap Pengurangan Perilaku Agresif Siswa Kelas VIII-8 SMP Negeri 2 Delitua Tahun Ajaran 2016/2017. 1.2. Identifikasi Masalah Beberapa masalah terkait dengan perilaku agresif siswa SMP Negeri 2 yang diidentifikasi, antara lain : 1) Perilaku agresif siswa dipicu oleh emosi yang tidak stabil di usia remaja. 2) Perilaku agresif terjadi karena faktor lingkungan dan pengaruh teman 3) Terdapat beberapa siswa di sekolah yang sengaja berperilaku agresif seperti memukul, mencubit, berkata kasar, merusak barang milik orang lain, dan lain-lain. 4) Kurangnya bimbingan oleh orang tua maupun sekolah sehingga anak berperilaku agresif.

9 1.3. Batasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan supaya penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai pemberian layanan konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku, namun dalam lingkup penelitian ini yang diteliti hanya perilaku agresif siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 2 Delitua. 1.4. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh layanan konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku terhadap pengurangan perilaku agresif siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 2 Delitua Tahun Ajaran 2016/2017?. 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku terhadap pengurangan perilaku agresif siswa kelas VIII -8 SMP Negeri 2 Delitua Tahun Ajaran 2016/2017. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.6.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan dan menambah kajian ilmu pendidikan khususnya pendidikan keguruan di bidang bimbingan dan konseling untuk mengetahui bagaimana strategi kreatif yang diterapkan dalam memberikan

10 bimbingan dan layanan konseling terutama untuk menurunkan perilaku agresif anak sekolah SMP di usia remaja. 1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi siswa Hendaknya siswa mengikuti layanan konseling kelompok dengan sungguh-sungguh agar dapat mengembangkan berbagai keterampilan yang pada intinya meningkatkan kepercayaan diri, cinta diri, pemahaman diri atas segala kekurangan dan kemampuan, ketegasan dalam menerima kritik dan memberi kritik serta dapat mengendalikan perasaan dengan baik sehingga adanya gejolak yang ada dalam dirinya dapa diredam yang pada akhirnya dapat mengurangi perilaku agresifnya.. b. Bagi guru BK Guru BK diharapkan untuk meningkatkan pelayanan khususnya dalam hal ini mengenai konseling kelompok, perlu diupayakan adanya tenaga konselor yang memahami masalah siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan konseling kelompok dengan pendekatan tertentu. Konselor sekolah juga diharapkan untuk mendampingi, memotivasi dan selalu melakukan pemantauan maupun pengawasan perkembangan konseli agar tetap menjalankan komitmen untuk tidak berperilaku agresif dan selain itu juga diharapkan melibatkan orang tua dalam pembinaan atau kontroling kondisi siswa terkini. c. Bagi kepala sekolah Memfasilitasi konselor sekolah dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dan melakukan pengawasan perkembangan terhadap

11 siswa yang bermasalah. Dengan demikian konselor sekolah dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling dengan optimal, terutama layanan konseling kelompok untuk membantu siswa yang membutuhkan. d. Bagi peneliti Selanjutnya agar bisa mengeksplor lagi hal-hal terkait dengan perilaku agresif, karena diberbagai sekolah diluar sana perilaku agresif juga masih banyak dialami oleh anak-anak.