TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Aren ( Arengapinnata Merr ) Tanaman Aren ( Arenga pinnata Merr ) dimasukkan kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Arecales, famili Arecaceae, genus Arenga, spesies Arenga pinnata Merr. ( Sunanto, 1993 dalam Marito, 2008 ). Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20%. Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk benang kail karena mempunyai sifat kuat sedang inti akar (mamangar) dapat digunakan untuk membuat cambuk yang sangat disukai oleh sais pedati. Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk obat tradisional yaitu sebagai penghancur batu kandung kemih. Pohon aren tua tingginya dapat mencapai 20 m dan garis tengah batangnya di bagian bawah dapat mencapai 75 cm. Batang pohon ini tidak mempunyai lapisan kambium, sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi. Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Sedangkan daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun tanaman kelapa.warna daun tanaman aren adalah hijau gelap. Tanaman aren memiliki tajuk (kumpulan daun) yang rimbun, dimana daun-daun muda yang terikat erat pada pelepahnya berposisi agak tegak, sedangkan daun-daun yang telah tua benar dan mengering akhirnya terlepas, masih terikat erat pada batang 5
pohon, karena adanya sekumpulan ijuk yang membalut batang pohon yang sekaligus juga membalut pangkal pelepah daun. Umur pohon aren mencapai lebih dari 50 tahun, dan diatas umur ini pohon aren sudah sangat berkurang dalam memproduksi buah, bahkan sudah tidak mampu lagi memproduksi buah. Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren terbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, didalamnya berisi 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari kulit luar (halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning setelah tua),daging buah (berwarna putih kekuning-kuningan), kulit biji(berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak), endosperm(berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak). Buah yang masih muda adalah keras dan melekat sangat erat pada untaian buah, sedangkan buah yang sudah masak dagingnya buahnya agak lunak. Daging buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika mengenai kulit, karena lendir mengandung asam oksalat. Tiap untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 meter, dan tiap tongkol (tandan buah ) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang setengah masak dapat dibuat kolang-kaling. Pada satu pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak (Sunanto, 1993 dalamsirait, 2010).
Aren (Arenga pinnata Merr.) termasuk suku Arecaceae ( pinangpinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai timur India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara. Tanaman aren tergolong tanaman berumah satu, artinya pada satu pohon atau tanaman aren terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pada umumnya tanaman ini mulai membentuk bunga pada umur sekitar 12-16 tahun. Semakin tinggi tempatnya akan semakin lambat membentuk bunga. Bunga yang muncul pertama kali adalah bunga betina. Bunga betina tersusun pada untaian-untaian bunga, berbentuk butiranbutiran kecil. Bunga betina yang muncul pertama kali posisinya pada ruas batang di ketiak pelepah daun di bawah titik tumbuh. Bunga betina ini belum dapat diserbuki oleh tepung sari dari bunga jantan karena bunga jantan belum tumbuh. Sekitar 3 bulan kemudian bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina. Tepung sari bunga jantan ini sudah terlambat menyerbuk putik bunga betina, sebab putik-putik sudah kelewat masak, sehingga pohon belum dapat memproduksi buah aren. Bunga jantan ini duduk berpasangan pada untaian, di mana untaian-untaian yang berjumlah 25 itu pangkalnya melekat pada sebuah tandan. Bunga betina berbentuk butiran (bulat) berwarna hijau dan duduk sendirisendiri pada untaian, maka bunga jantan berbentuk bulat panjang seperti peluru dengan panjang 1,2-1,5 cm berwarna ungu. Dengan demikian pada pohon aren tumbuhnya bunga dari tahun ke tahun semakin ke bawah atau semakin mendekati
permukaan tanah tempat tumbuhnya. Jadi, makin tua pohon aren, semakin rendah munculnya tandan bunga. Nira aren yang digunakan untuk pembuatan gula merah atau tuak dan cuka merupakan hasil penyadapan tandan bunga jantan. Untuk dapat memperoleh nira dalam jumlah banyak, bunga betina harus dihilangkan ( Sunanto, 1993 dalamsirait, 2010 ). Embrio biji palem umumnya tumbuh sangat lamban dan meskipun buah sudah matang, embrionya masih mengalami sedikit diferensiasi. Hal yang sama dapat diamati pada biji aren. Saat buah berusia 20 bulan, embrio masih berisi 16 20 sel, dan jumlah maksimum dicapai pada usia 29 bulan setelah penyerbukan (Chairun Nisa, 1994dalamSirait, 2010 ). Syarat Tumbuh Tanah Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi ( Sunanto, 1993 dalammarito, 2008 ). Iklim Di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m dpl. Pada daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500-800 m dpl, tanaman Aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan. Selain itu, curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt da Ferguson, iklim
yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai ikilm agak basah(sunanto, 1993 dalammarito, 2008). Tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hampir di seluruh nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab. Hampir seluruh tanaman aren yang ada itu berasal dari pertumbuhannya yang liar (tidak sengaja ditanam orang). Aren bisa tumbuh dimana saja, tahan terhadap penyakit, tumbuh secara alami di tanah kritis, tahan api dan mencegah erosi dengan akar yang rapat ( Indonesia Power, 2007dalamMarito, 2008). Dormansi Biji Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah. Faktor-faktor yang mempengaruhidormansi pada benih antara lain kondisi lingkungan seperti air, udara dan suhuserta tipe dormansinya (Hartmann et al., 2002dalamSirait, 2010 ). Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.dormansi benih merupakan kondisi benih yang tidak mampu berkecambah meski kondisi lingkungannya optimun untuk berkecambah. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut (Sutopo, 2004dalamMarsiwi, 2012 ).
Dormansi benih dapat diklasifikasikan menjadi dormansi bawaan (innatedormancy), dormansi rangsangan (induced dormancy) dan dormansi paksaan (enforceddormancy). Dormansi bawaan disebut juga dormansi primer merupakan domansi yang terbawa benih pada saat perkembangannya di pohon induk. Dormansi ini timbul dalam proses perkembangan dan pemasakan benih. Dormansi rangsangan atau dormansi sekunder terjadi sebagai akibat faktor lingkungan seperti pada benih jenis-jenis legum, benih akan mudah berkecambah tetapi bila benih dikeringkan akan membentuk kulit benih yang keras. Menurut Schmidt (2002), dormansi paksaan tidak memenuhi kriteria dormansi yang sesungguhnya karena adanya kondisi luar yang mempengaruhinya(schmidt, 2002dalamSudrajat, 2010 ). Dormansi yaitu suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau dalam keadaan istirahat, yang merupakan kondisi yang berlangsung selama periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untukmenunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. dormansi dapat terjadi meskipun benih viabel,benih tidak berkecambah pada kondisi yang sudah memenuhi syarat untuk berkecambah (suhu, air dan oksigen yang cukup ) (Gardneret al., 1991 dalammarsiwi, 2012). Kulit biji yang keras akan menyebabkan air tidak dapat ditembus oleh air, atau udara yang dapat membatasi mekanisasi kerja dari embrio biji.
Perkecambahan biji tidak hanya ditentukan pada kemampuannya dalam menyerap air, tetapi juga kondisi selama imbibisi. Kelebihan air sering menyebabkan perkecambahan yang tidak baik dan bisa juga mendorong perkembangan dari mikroorganisme di sekitar kulit biji, yang akan bersaing dengan embrio dalam mendapatkan oksigen (Mayer and Poljakoff-Mayber, 1975dalamSirait, 2010). Mekanisme dormansi benih terdiri dari tiga bentuk yaitu : 1. Pembatasan permeabilitas, terutama untuk masuknya air dan oksigen ke dalam bagian benih yang sedang dorman 2. Pembatasan oleh zat pengatur tumbuh, termasuk inhibitor dan zat-zat yang menghambat berlangsungnya pertumbuhan 3. Pembatasan fisik terhadap pembatasan embrio dan keluarnya kecambah (Danoesastro, 1982 dalamsirait, 2010). Perkecambahan Biji aren ( Arenga pinnata Merr) Secara morfologis sukar ditemukan dengan pasti kapan perkecambahan biji berakhir dan pertumbuhan dimulai. Kesukaran inidisebabkankarena dalam prakteknya, penentuan suatu biji berkecambah apabila telah kelihatanradikula atau plumula dari kulit biji. Sedangkan sebelum keluarnya radikula atau plumulasebenarnyadidalambijitersebutsudahterjadipertumbuhan yang disebabkan oleh pembelahan sel, pemanjangan sel atau kedua- duanya(kamil, 1979dalamMarito, 2008 ).
Biji aren memiliki ciri khas yaitu tunas kecambahnya tumbuh di sisi tengah dari biji. Hal ini dapat dilihat jika biji buah aren yang belum tua itu dibuat kolang-kaling. Jika kolang-kaling itu ditekan pada sisi tengahnya, maka akan muncul benda kecil berwarna putih dari salah satu sisinya. Benda putih inilah calon lembaga yang akan tumbuh sebagai kecambah. Sedangkan pada biji aren yang sudah tua dan siap disemaikan, calon lembaga tersebut kelihatan sebagai sebuah bulatan kecil di salah satu sisi biji aren.biji-biji sudah mulai berkecambah setelah 30-40 hari disemai, dimana kecambah tumbuh kedalam media pasir (tumbuh ke bawah) dan biji semakin terangkat ke atas sampai muncul dan terangkat diatas permukaan media pasir (Sunanto, 1993dalamMarito, 2008 ). Proses perkecambahanbeniharensangatmenariktidaksepertipadatanamanmonokotilumum nya. Perkecambahanbeniharendimulaidenganmunculnya axis embrio.setelahmencapaipanjangtertentu axis embriomembengkakpadabagianujungnya.padabagianinilahakanmunculplumulada nakar. Munculnya axis embriopadabeniharendapatdigunakanuntukmelihatpotensibenih yang mampuberkecambah( Masano, 1989 dalamrofik, 2008 ). Proses awal yang terjadidalamperkecambahanadalah Proses imbibisi, yaitumasuknya air kedalambenihsehinggakadar air di dalambenihitumencapaipersentasetertentu (50-60%). Proses perkecambahanitudapatterjadijikakulitbenih permeable terhadap air dantersediacukup air dengantekanan osmosis tertentu( Kuswanto, 1996 dalammarito, 2008 ).
Air yang diserapolehbijidapatterjadimelalui proses imbibisidandiikutikeluarnyaenergykineticakibatadanyapengambilanmolekul air. Proses imbibisi yang terjadiakansegeradiikutiolehkenaikanaktifitasenzimdanpernafasan yang besar. Pati, lemakdan protein yang tersimpandihidrolisismenjadizat-zat yang lebihmobil, gula, asam-asamlemak, danasam-asam amino yang diangkutkebagianbagianembrio yang tumbuhaktif( Sutopo, 2004 dalammarito, 2008 ). Faktor-faktor yang mempengaruhiperkecambahanbenihdapatberasaldaridalambenih (faktor internal), maupundariluarbenih (factoreksternal).faktor internal yang mempengaruhiperkecambahanbenihantaralainadalahtingkatkemasakanbenih, ukuranbenihdanberatbenihsertadormansi. Disampingituviabilitasdanjangkawaktubenihdapathidupsertagenetikajugaberpenga ruh.faktoreksternal yang dapatmempengaruhiperkecambahanbenihantara lain: air, suhu, oksigen, cahayadan media. Duafaktorpenting yang mempengaruhipenyerapan air olehbenihadalahsifatdaribenihitusendiriterutamapadakulitpelindungnyadanjumlah air yang tersediapada medium sekitarnya.banyaknya air yang diperlukantergantungdarijenisbenih, tapiumumnyatidakmelampauiduaatautiga kali beratkeringnya(sutopo, 2004 dalammarito, 2008 ). Indeks vigor berhubungan erat dengan kecepatan berkecambah dari suatu kelompok benih. Indeks vigor yang tinggi menunjukkan kecepatan berkecambah benih juga tinggi dan lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Perlakuan perendaman benih dengan H2SO4 efektif
mematahkan dormansi pada benih sehingga mampu meningkatkan kecepatan berkecambah dan indeks vigor benih dibanding perlakuan kontrol (Kartasapoetra, 2003). Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya, kemunduran benih, kecepatan berkecambah menurun, kepekaan akan serangan hama, meningkatnya jumlah kecambah abnormal, dan rendahnya produksi tanaman (Copeland, 2001). PerendamandenganLarutanAsamSulfat(H 2 SO 4 ) Larutanasamsulfatpekat(H 2 SO 4 ) menyebabkankerusakanpadakulitbijidandapatditerapkanbaikpadalegumedan non legum. Lamanyaperlakuanlarutanasamharusmemperhatikanduahalyaitukulitbijiatau pericarp dapatdiretakkanuntukmemungkinkanimbibisidanlarutanasamtidakmengenaiembri o.perendamanselama 1 10 menitterlalucepatuntukdapatmematahkandormansi, sedangkanperendamanselama 60 menitataulebihdapatmenyebabkankerusakan( Schimdt, 2000 dalamfahmi, 2009 ). MenurutSutopo (2004) larutanasamkuatseperti H 2 SO 4 seringdigunakandengankonsentrasi yang bervariasitergantungjenisbenih yang diperlakukan, sehinggakulit bijimenjadilunak.disampingitu pula larutankimia yang digunakandapat pula membunuhcendawanataubakteri yang dapatmembuatbenihdorman(sutopo, 2004 dalamfahmi, 2009 ).
Penelitianpadabenihmindimenunjukkanbahwaperkecambahan normal tercepattercapaisetelahmendapatperlakuanperendamanbenihdalam 12 N H2SO4 selama 10 menit(silombadalamfahmi, 2013). Penelitianpadabenihkayuafrikamenunjukkanbenih yang direndamdalamlarutan H2SO4 dengankonsentrasi 20 N dan lama perendaman 20 menitdapatmeningkatkandayaberkecambahhingga 91,6 % disbandingdengankontrol (tanpaperlakuan) dayaberkecambahnyasebesar 57,7 % ( SilombadalamFahmi, 2013 ). BerdasarkanpenelitianMarito ( 2008 )denganjudulberbagaimetodepemecahandormansipadabijiarendenganmenggunaka nbeberapaperlakuanpematahandormansiseperti :tanpaperlakuan, pembuangan hilum denganpisau, pengikisandengankertaspasir, penggongsenganselama 5 menit, perendamandengan air panas (2 menit) kemudiandirendampada air dingin (60 menit), danperendamandengan H 2 SO 4 pekat (65%) selama 10 menit. Diprolehbahwa, perlakuanperendamandengan H 2 SO 4 pekat (65%) selama 10 menitmerupakanperlakuanterbaikpadapersentaseperkecambahanyaitusebesar 80 %, persentaseperkecambahan normal yaitusebesar 16,67 %, kecepatanperkecambahanyaitusebesar 0,21, lajuperkecambahanyaitusebesar 40,18 harisetelahdikecambahkan. Pematahan Dormansi dengan Lama Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) Secara kimia pemecahan dormansi dapat dilakukan dengan cara merendamkan benih pada larutan asam kuat dengan waktu perendaman yang berbeda tergantung pada bentuk benih, dimana asam kuat sangat efektif untuk mematahkan dormansi pada biji yang memiliki struktur kulit keras dan tebal,
asam sulfat (H2SO4) sebagai asam kuat dapat melunakkan kulit biji sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah (Gardner, 1991 dalam Hedty et al., 2014). Perlakuan konsentrasi asam sulfat yang dikombinasikan dengan lama perendaman akan mempengaruhi banyaknya larutan H2SO4 yang terserap kedalam benih. Semakin pekat asam sulfat yang digunakan maka perendaman sebaiknya dilakukan semakin cepat karena dapat menyebabkan kerusakan pada benih itu sendiri (Harjadi, 1979). Perbedaan hasil persentase daya kecambah dan kecepatan tumbuh pada perlakuan lama perendaman H2SO4 di jelaskan pada penelitian Dewir et al. (2011) dimana perlakuan pematahan dormansi pada benih Sabal palmetto dalam perendaman 97% H2SO4 selama 5 menit menghasilkan persentase rataan perkecambahan benih tertinggi yaitu sebesar 85 % dengan rataan kecepatan tumbuh benih 4,44 %/etmal sedangkan dengan perendaman 97% H2SO4 selama 15 menit menghasilkan persentase rataan perkecambahan benih Sabal palmetto terendah yaitu sebesar 75 % dengan rataan kecepatan tumbuh benih 3,11 %/etmal dan yang terakhir dengan perendaman 97% H2SO4 selama 30 menit menghasilkan persentase rataan perkecambahan benih Sabal palmetto terendah yaitu sebesar 60 % dengan rataan kecepatan tumbuh benih 3,67 %/etmal. Pada pematahan dormansi benih angsana dengan perlakuan perendaman dengan H2SO4 1% selama 10 menit memiliki nilai perkecambahan terbesar yaitu sebesar 1,13 (%/hari) atau sekitar 2 kecambah setiap hari selama pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa pematahan dormansi perendaman dengan H2SO4 1% selama 10 menit paling efektif dalam mematahkan dormansi benih angsana, yaitu dengan melunakkan kulit benih, sehingga air dapat dengan mudah masuk ke
dalam benih. Namun, apabila berlebihan dalam hal konsentrasi dan lama waktu pematahan dormansi dapat menyebabkan kerusakan kulit benih atau jaringan embrio seperti halnya nilai perkecambahan pada pematahan dormansi benih angsana pada perendaman H2SO4 1% selama 15 menit yaitu hanya sebesar 0,55 (%/hari) atau sekitar 1 kecambah setiap hari selama pengamatan (Lensari, 2009).