I. PENDAHULUAN. ton), dan itik/itik manila ( ton). ayam untuk berkeliaran di sekitar kandang membuat asupan makanan ayam

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. UJI AKTIVITAS ANTELMINTIK EKSTRAK DAUN GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) TERHADAP Ascaridia galli SECARA IN VITRO DAN IN VIVO

Lampiran 1. Pengujian Total Fenolik

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyediaan protein hewani di Indonesia. Pada tahun 2004 produksi daging unggas

BAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efek sebagai antioksidan sedang berkembang pesat saat ini. Efek

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Buah kelapa merupakan salah satu bahan pangan yang banyak. digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan akan produk kelapa bagi

1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

Abstrak. Tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daun

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi adalah salah satu ruminansia yang paling banyak di ternakkan di

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

MATERI DAN METODA. Materi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, manusia cenderung untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. gani, kacu, sontang, gambe, gambie, gambu, gimber, pengilom, dan sepelet. Di

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bahan alam yang mudah diperoleh dan dapat diupayakan

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Astuti dkk. Korespondensi: Ni Putu Erikarnita Sari

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

EKSTRAKSI DAUN GAMBIR MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL-AIR Oleh: Komalasari, ST.,MT., Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Dr. Ahmad Fadli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

II TINJAUAN PUSTAKA A. GAMBIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

UJI IN VITRO AKTIVITAS ANTELMINTIK EKSTRAK ETILASETAT DAUN PUGUN TANOH [Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.] SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pengendalian berbasis pada penggunaan obat antelmintik sering gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggas merupakan salah satu komoditas ternak utama di Indonesia yang memegang peranan penting sebagai sumber protein hewani. Badan Pusat Statistik Indonesia (2014) mencatat produksi daging unggas nasional sebesar 1.872.482 ton atau sekitar 66,41% dari produksi daging nasional selama tahun 2013. Produksi komoditas unggas nasional tahun 2013 antara lain ayam kampung (287.438 ton), ayam petelur (70.653 ton), ayam pedaging (1.479.812 ton), dan itik/itik manila (34.579 ton). Ayam kampung/buras (Gallus gallus domesticus) merupakan salah satu jenis unggas lokal yang penting dibudidayakan di semua provinsi di Indonesia (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014). Pola pemeliharaan yang membebaskan ayam untuk berkeliaran di sekitar kandang membuat asupan makanan ayam kampung tidak hanya berasal dari pakan khusus (dedak, jagung, atau bungkil kelapa) tetapi juga makanan lain yang berasal dari lingkungan. Hal ini menyebabkan ayam kampung memiliki potensi yang tinggi untuk terinfeksi penyakit dari organisme parasit. Salah satu organisme parasit yang sering menginfeksi ayam kampung adalah cacing yang menyebabkan penyakit cacingan (helminthiasis) (Beriajaya dkk., 2006). Helminthiasis pada ayam kampung umumnya disebabkan oleh nematoda Ascaridia galii, yang secara khusus penyakitnya disebut askariasis. Askariasis memiliki gejala seperti ayam lesu, tidak bergairah, diare berlendir, produksi telur menurun (Iskandar, 2010). Prevalensi askariasis pada ayam kampung tinggi di 1

2 Indonesia karena iklim tropis dan kelembaban tinggi menguntungkan bagi perkembangan telur cacing dan ketahan hidup larva dan telur infektif di alam. Selain itu prevalensi askariasis akan meningkat apabila ayam tidak di kandangkan dan pada ayam kampung dengan usia di bawah 3 bulan (Beriajaya dkk., 2006). Penanganan askariasis dapat dilakukan dengan pemberian antelmintik seperti piperazine, hygromycin B, albendazol, fenbendazol atau levamisol. Penanganan askariasis atau infeksi helmintik lainnya secara alternatif dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak tumbuhan yang mengandung senyawa dengan aktivitias antelmintik. Tannin terutama kelompok tannin terkondensasi diketahui memiliki aktivitas antelmintik yang baik (Williams dkk., 2014). Salah satu tumbuhan asli Indonesia yang memiliki kandungan tannin terkondensasi yang tinggi adalah gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) (Kassim dkk., 2011). Gambir merupakan tumbuhan perdu yang termasuk dalam suku Rubiace yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Gambir secara tradisional digunakan sebagai pelengkap makan sirih dan obat-obatan seperti obat kumur, obat diare, dan luka bakar (Nazir, 2000). Indonesia merupakan negara dengan produksi gambir terbesar di dunia, menyuplai 80% kebutuhan gambir di dunia (Idrus, 2012), pada tahun 2013 tercatat Indonesia mengekspor 14.114 ton dengan nilai US$ 32,332 juta (Respati dkk., 2014). Peluang peningkatan devisa negara dapat dilakukan dengan ekspor produk olahan gambir dibandingkan ekspor bahan mentah.

3 Ekstrak gambir memiliki kandungan senyawa kimia yang bervariasi diantaranya katekin (7 33%). Asam catechu tannat (20 55%), pyrokatechol (20 30%), gambir floresen (1 3%), katechu merah (3 5%), kuersetin (2 4%), fixed oil (1 2%), dan wax (1 2%). Antioksidan yang terdapat dalam gambir juga telah teruji aman bagi sel dan jaringan (Isnawati dkk., 2012). Ekstraksi daun gambir umumnya dilakukan dengan maserasi dingin, maserasi panas, dan sokletasi. Ekstraksi dua tahap direkomendasikan oleh Patil dkk. (2012) dan juga dilakukan oleh Ningsih dkk. (2014), dengan menggunakan pelarut pertama yaitu etanol (96% ataupun absolut) dan pelarut kedua yaitu etil asetat. Daun gambir yang baik digunakan adalah daun gambir muda dan sedang karena kandungan fenoliknya lebih tinggi dibanding daun tua (Pambayun dkk., 2007). Ekstraksi akan memperoleh hasil maksimal pada aktivitas antioksidan jika dilakukan pada suhu di bawah 60 C (Rahmawati dkk., 2013). Pengujian aktivitas antelmintik ekstrak etanol fraksi etil asetat daun gambir dilakukan secara in vitro dan in vivo dengan menggunakan 3 variasi konsentrasi ekstrak yaitu 25, 50, dan 75 mg/ml seperti pada penelitian Albelqader dkk. (2012) dan Tirtayasa (2007) pada cacing Ascaridia galli dan ayam kampung (Gallus domesticus) yang mengalami askariasis. Kontrol positif menggunakan piperazine sitrat 5 mg/ml untuk in vitro (Asih, 2014) dan 50 mg/ml untuk in vivo (Zalizar dan Satrija, 2010). B. Keaslian Penelitian Fitokimia gambir telah banyak diuji pada penelitian sebelumnya. Penelitan Ningsih dkk. (2014) dan Pambayun dkk. (2007) menunjukkan kadar

4 fenolik pada daun gambir berkisar 49 53% dan kadar katekin 13 16% untuk ekstraksi kering. Penelitian Kassim dkk. (2011) menunjukkan ekstrak etil asetat daun gambir memiliki kandungan fenolik sebesar 113,43 mg/g, kadar flavonoid sebesar 93,31 mg/g, dan tanin jenis terkondensasi mencapai 93,12% dari berat awal. Uncaria gambir (Hunter) Roxb. belum pernah diujikan pada Ascaridia galli. Beberapa penelitian sebelumnya menguji ekstrak daun dan tangkai gambir pada jenis cacing lain. Penelitian Sonalkar dan Nitave (2014) menguji ekstrak alkohol dari daun dan tangkai gambir terhadap cacing tanah (Pheretima posthuma) secara in vitro dengan hasil waktu kematian 87,16±0,7032 menit (50 mg/ml), 73±0,9961 menit (100 mg/ml) dan 62,5±0,7368 (150 mg/ml). Penelitian Patil dkk. (2012) menunjukkan fraksi etil asetat dari ekstrak alkohol yang diuji pada Pheretima posthuma secara in vitro dengan hasil waktu kematian 12,4±0,07 menit (25 mg/ml), 8,6±0,05 menit (50 mg/ml), 7,2±0,11 (75 mg/ml) dan 6,16±0,06 (100 mg/ml). Pengujian ekstrak gambir pada Ascaridia galli secara in vivo pada ayam kampung (Gallus domesticus) belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Infeksi ayam pada umumnya menggunakan telur infektif Ascaridia galli (L 3 ) (Albelqader dkk., 2012; Ramadan dan Znada, 1992), dosis yang dapat digunakan antara lain ringan (200x4) dan berat (2000x4) (Zalizar dan Satrija, 2010). Infeksi dapat dilakukan secara peroral, pemberian dosis berat frekuensi tunggal menyebabkan infeksi lebih tinggi dibanding pemberian dosis ringan frekuensi berlipat (Darmawi dkk., 2007).

5 C. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanol fraksi etil asetat dari daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) dapat membunuh Ascardia galli secara in vitro? 2. Berapakah efikasi ekstrak etanol fraksi etil asetat daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) terhadap cacing Ascaridia galli yang diuji secara in vivo pada ayam kampung (Gallus domesticus) yang telah dinfeksi? D. Tujuan 1. Mengetahui kemampuan antelmintik ekstrak etanol fraksi etil asetat daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) dengan variasi konsentrasi terhadap Ascaridia galli secara in vitro. 2. Mengetahui efikasi ekstrak etanol fraksi etil asetat daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) terhadap cacing Ascaridia galli yang diuji secara in vivo pada ayam kampung (Gallus domesticus) yang telah diinfeksi. E. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan harga jual gambir dan membuka peluang untuk pengolahan gambir untuk mengurangi penjualan dalam bentuk raw material. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan untuk menambah wawasan mengenai jenis antelmintik yang dapat digunakan pada unggas terutama ayam kampung.