BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan. buah 18, buah 3, d. Tongkat duga

ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU

BEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG JENIS TERA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2016

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016

Analisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bakar batubara untuk pemanas agregat adalah AMP yang umumnya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini harus di akui hampir semua kalangan masyarakat,

KAJIAN CUSTODY TRANSFER MINYAK MENTAH PADA PIPELINE DENGAN MENGGUNAKAN ULTRASONIC FLOW METER BERDASAR STANDAR API MPMS 5.8

BAB I PENDAHULUAN. Pompa viskositas tinggi digunakan untuk memindahkan cairan

VI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI NOMOR 4 TAHUN 2012 TANGGAL 23 JULI 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN

ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia,

PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA

TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG dan BUPATI JOMBANG MEMUTUSKAN:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

BAB I PENDAHULUAN. dinamis dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Sejalan dengan kemajuan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.

BAB V METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai macam alat timbang. Proses penjualan pada toko Langgeng Jaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pengukuran kualitas dan kuantitas cairan Bahan Bakar Minyak atau sering disebut dengan BBM merupakan kegiatan yang sangat penting dalam hal serah terima perdagangan (custody transfer). Pada pengukuran ini peran metrologi sangat diperlukan untuk menentukan kebenaran dari suatu alat ukur atau instrumen untuk dipergunakan. Metrologi dari kata Yunani Metron yang berati pengukuran. Ilmu yang melandasi semua kegiatan pengukuran, kalibrasi, dan akurasi berbagai besaran fisika, kimia, dan lainnya untuk menjamin ketersediaan yang terpercaya dan akurat di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi (Masiran, 2014). Sedangkan menurut Undang-Undang Metrologi Legal Nomor 2 Tahun 1981, metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur secara luas. Dari semua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metrologi merupakan sebuah ilmu pengukuran yang begitu sangat kompleks. Metrologi dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama dengan tingkat kerumitan dan akurasi yang berbeda-beda: Metrologi Ilmiah, Metrologi Industri dan Metrologi Legal (www.metrologi.org: 1945). Dalam hal pengukuran kualitas dan kuantitas cairan BBM khususnya di Indonesia, metrologi legal merupakan salah satu bidang yang paling sering ditemui. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undangundang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran (UUML Nomor 2 Tahun 1981). Pada metrologi legal dapat diketahui berbagai macam dari alat UTTP. Alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (PERMENDAG RI Nomor 08/M- DAG/PER/3/2010). Alat UTTP terdiri dari beberapa jenis diantaranya yaitu: alat ukur panjang, tekanan, alat ukur dari gelas, bejana ukur, tangki ukur, timbangan, 1

2 anak timbangan, alat ukur gaya dan tekanan, alat kadar air, alat ukur cairan dinamis, alat ukur gas, alat ukur energi listrik (Meter kwh), perlengkapan UTTP dan alat ukur lingkungan hidup. Untuk mengetahui suatu kualitas dan kuantitas cairan BBM, selanjutnya diperlukan salah satu jenis UTTP yang termasuk ke dalam jenis alat ukur cairan dinamis. Alat ukur cairan dinamis terbagi menjadi beberapa rincian UTTP. Salah satu dari rincian UTTP dalam mengetahui kualitas dan kuantitas cairan BBM tersebut yaitu Meter Bahan Bakar Minyak. Meter Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Meter BBM adalah meter yang terdiri dari Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin, Meter Arus Pengukur Massa Secara Langsung, atau Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak yang digunakan untuk mengukur secara kontinyu kuantitas cairan yang melewatinya (SK Dirjen SPK Nomor 134/SPK/KEP/2015). Alat ukur meter BBM sebagai sarana kegiatan transaksi dalam hal perdagangan perlu adanya kontrol periodik untuk mengetahui apakah alat tersebut masih layak dipergunakan atau tidak. Berdasarkan hal tersebut telah dijelaskan pada Bab IV Pasal 12 Undang-Undang Metrologi Legal tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya, Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan tentang alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang: a) Wajib ditera dan ditera ulang; b) Dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duannya; c) Syarat-syaratnya harus dipenuhi. Dengan adanya peraturan tersebut maka suatu Alat UTTP harus selalu menjamin nilai kebenaran dari hasil pengukurannya, sehingga pada setiap kesalahan hasil pengukuran tidak akan mengakibatkan kerugian konsumen maupun pelaku usaha. Untuk mendukung proses pengukuran serah terima cairan BBM (custody transfer) atau dapat disebut juga dengan istilah transaksi dalam hal perdagangan, maka harus memperhatikan beberapa hal. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah distribusi minyak bumi (liquid petroleum) dan produk derivatif seperti minyak mentah (crude oil), hidrokarbon cair (liquid hydrocarbon), bahan bakar cair (liquid feul), pelumas, oli dan lain-lain. Pada pendistribusian minyak bumi sebelumnya dilakukan proses pengukuran yaitu dengan menggunakan alat ukur

3 meter BBM. Terdapat tiga jenis meter BBM yang telah dijelaskan pada pengertian sebelumnya. Salah satunya yaitu meter arus volumetrik. Jenis meter arus volumetrik ini merupakan jenis yang sering dipergunakan dalam proses serah terima cairan BBM khususnya pada suatu perusahaan industri. Meter arus volumetrik ini berfungsi sebagai kontrol bagi perusahaan demi menjaga kualitas perusahaan industri yang telah dicapai sebelumnya. Telah banyak berdiri perusahaan bidang industri di wilayah Indonesia, salah satu perusahaan tersebut adalah PT. Armada Hada Graha. PT. Armada Hada Graha merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang general contractor, asphalt mixing plant, concrete mixing plant, stone crusher, trading dan development (www.armadahadagraha.com: 2011). PT. Armada Hada Graha ini merupakan perusahaan bidang industri dimana dalam setiap proses produksi tidak lepas dari penggunaan bahan bakar minyak bumi. Hal ini menyebabkan penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan produksi maupun alat pokok produksi terus meningkat. Dengan banyaknya pasokan minyak bumi yang telah diterima dari supplier, maka perusahaan industri ini harus menjamin sebuah kebenaran pengukuran dari penggunaan meter bahan bakar minyak tersebut. Selain itu, perusahaan industri juga harus memastikan kuantitas serah terima bahan bakar minyak tersebut terjamin dengan baik. Kegiatan distribusi produk bahan bakar minyak pada PT. Armada Hada Graha yaitu BBM jenis Solar. Proses penyaluran bahan bakar minyak tersebut dihitung dalam satuan volume. Pembacaan volume penyaluran bahan bakar minyak dari tangki supplier ke tangki pendam perusahaan industri dilakukan dengan meter arus volumetrik tersebut. Meter arus volumetrik dapat disebut juga dengan positive displacement meter atau banyak orang lebih mengenal dengan nama Flow Meter. Merek dari Flow Meter yang digunakan yaitu LC (Liquid Controls) tipe M-7- Solusi dari terjaminnya sebuah kualitas dan kuantitas Flow Meter di PT. Armada Hada Graha yaitu harus dilakukannya suatu pengujian. Pengujian yang dilakukan secara metrologi akan sangat mengurangi tingkat penyalahgunaan alat ukur atau instrumen. Setiap alat ukur mempunyai suatu karakteristik yang beragam, sehingga mengakibatkan nilai dari pengukuran berbeda. Terkadang

4 seorang yang bertugas melakukan pengujian memerlukan hasil data yang harus cepat dalam pengolahan untuk menentukan hasil bahwa suatu pengujian alat ukur tersebut layak atau tidak. Pentingnya memperhatikan proses pengolahan data juga akan berpengaruh pada kualitas data. Sering juga seorang petugas pengujian tersebut menggunakan perhitungan secara lapangan yang cukup sederhana sehingga mengakibatkan munculnya ketidaksesuaian nilai hasil ketika pengujian dengan ketentuan yang terdapat pada standar. Kasus demikian sering ditemui pada perhitungan nilai Meter Faktor. Selain itu, penyegelan yang tidak segera dilakukan memungkinkan terjadinya penyalahgunaan terhadap Flow Meter yang telah diuji oleh pihak-pihak lain. Menjadi masalah lain yaitu tidak dilakukannnya pengukuran temperatur dan densitas pada Flow Meter. Hal ini mengakibatkan munculnya suatu pengaruh yang harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana yang terjadi. Demikian terjadi pula pada pengujian Flow Rate, pada Flow Rate menimbulkan pengaruh pada hasil penunjukan sehingga perlu dilakukan analisa sejauh mana yang terjadi. Diketahui bahwa dalam hasil pengujian dimana semakin besar Flow Rate maka akan mengakibatkan perubahan dari hasil penunjukan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis melakukan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu tentang penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7- Dalam hal ini penulis ingin mengkaji beberapa aspek dalam metrologi seperti analisa kondisi pengukuran, analisa pengujian, analisa perhitungan, analisa perbandingan dan analisa uji statistik. Analisa itu sendiri meliputi metode perhitungan, analisa BKD, sejauh apa pengaruh dari temperatur dan densitas pada pengujian Flow Meter, serta pengaruh Flow Rate pada kondisi penerimaan (input) dari tangki supplier dan pengeluaran (output) ke arah dam truk. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa penerapan pengkajian secara metrologi dalam pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7- Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan metode Master Meter. Penggunaan metode Master Meter ini dirasa sangat efektif jika dalam skala industri karena tingkat ketelitian yang dihasilkan cukup baik dan stabil.

5 2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana penerapan analisis kajian metrologi terhadap pengujian Flow Meter LC (Liquid Control) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter. Bagaimana karakteristik Flow Meter di masing-masing tempat dari hasil pengujiannya dengan menerapkan metode yang ada. Bagaimana pengaruh ketidaksesuaian perhitungan nilai Meter Faktor (MF) pada pengujian Flow Meter melalui perbandingan metode perhitungan yang diterapkan terhadap metode yang ada sehingga dapat diketahui hasil perbedaannya. 4. Sejauh apakah pengaruh akibat tidak dilakukannnya pengukuran terhadap temperatur dan densitas pada pengujian Flow Meter. 5. Sejauh apakah pengaruh pengaturan kondisi Flow Rate terhadap hasil penunjukan pada pengujian Flow Meter. 3 Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi pokok bahasan dari permasalahan di atas, antara lain: Pengujian hanya dilakukan pada pengujian kebenaran dan pengujian ketidaktetapan sesuai Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD). Pada proses metode perhitungan yang digunakan yaitu metode perhitungan lapangan dan metode perhitungan sesuai Syarat Teknis. Pengujian hipotesis/analisa statistik dengan menggunakan aplikasi software QI Macros Test Data. 4 Landasan Hukum Penerapan analisis kajian metrologi terhadap pengujian Flow Meter LC (Liquid Control) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter, berdasarkan pada landasan hukum atau acuan, antara lain :

6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Surat Keputusan Direktur Jendral Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor 134/SPK/KEP/2015 tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji. API Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS) Chapter 12Calculation of Petroleum Quantities. 4. API Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS) Chapter 4 Section 5 Master Meter Prover. 5. OIML R 117:2007(E), Dynamic Measuring Systems for Liquids Other than Water. 6. OIML R 118:1995(E), Testing Procedures and Test Report Format for Pattern Evaluation of Feul Dispensers for Motor Vehicles. 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah di atas, tujuan dari penelitian terdapat beberapa macam, antara lain: Mengetahui hasil pengujian dari penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter di PT. Armada Hada Graha. Mengetahui pengaruh ketidaksesuaian perhitungan nilai Meter Faktor pada pengujian Flow Meter melalui perbandingan metode perhitungan yang diterapkan terhadap metode yang ada sehingga dapat diketahui hasil perbedaannya. Mengetahui sejauh manakah pengaruh dilakukannnya pengukuran terhadap pengujian Flow Meter. 6 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak terkait. Berikut adalah manfaat yang diperoleh:

7 Bagi peneliti Penelitian : ini digunakan untuk mendapatkan pendalaman materi Kemetrologian mengenai penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter dengan menggunakan metode Master Meter di kondisi lapangan. Selain itu, penelitian yang dilakukan dapat memperoleh pemahaman prinsip kerja Flow Meter pada pengujiannya. Bagi pembaca : Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang pentingnya metrologi legal dalam menjamin sebuah nilai kebenaran pengukuran di berbagai perusahaan industri khususnya tentang pengujian Flow Meter. Bagi perusahaan : Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengujian dalam skala perusahaan. Sementara itu, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan untuk memberikan saran kepada perusahaan yaitu PT. Armada Hada Graha agar selalu menjamin sebuah kebenaran pengukuran dari penggunaan meter bahan bakar minyak ditempat usaha. Selain itu, digunakan pula dalam menjaga kualitas dan kuantitas serah terima bahan bakar minyak terjamin dengan baik. 7 Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bab diantaranya adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab 1 ini berisi latar belakang dilakukannya penerapan kajian metrologi pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter di PT. Armada Hada Graha, perumusan masalah, batasan masalah, landasan hukum, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan pada akhir bab dijelaskan tentang sistematika penulisan Tugas Akhir. Bab II Tinjauan Pustaka Bab 2 ini membahas tentang uraian sistematis mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atau dapat disebut dengan penelitian terdahulu.

8 Isi dari uraian tersebut berupa informasi yang mendasari pemecahan dari permasalahan yang dibahas. Dalam penelitian ini tinjauan pustaka terdiri dari beberapa subbab yaitu, kajian umum (Review General Literature) dan hasil penelitian yang relevan (Review of Relevant Literature). Bab III Landasan Teori Bab 3 ini membahas teori-teori, konsep-konsep, materi-materi dan referensi sebagai penunjang agar berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada bab ini dijelaskan mengenai teori pengukuran fluida, temperatur, densitas, tekanan cairan, Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1, metode pengujian Master Meter dan Syarat Teknis Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji. 4. Bab IV Metode Penelitian Bab 4 ini membahas rancangan penelitian terkait waktu dan tempat penelitian, instrumen penelitian, pengujian Flow Meter, metode pengujian dan diagram alir penelitian. 5. Bab V Analisis dan Pembahasan Bab 5 ini memaparkan hasil penelitian penerapan analisis kajian metrologi pada pengujian Flow Meter LC (Liquid Controls) tipe M-7-1 dengan menggunakan metode Master Meter yang telah dilakukan studi kasus Flow Meter di PT. Armada Hada Graha, mulai dari tahap pengolahan data, hasil perhitungan baik berupa tabel, grafik, gambar dan model lainnya sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. 6. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab 6 ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil akhir penelitian, saransaran terkait penelitian yang dilakukan serta inovasi dan usulan untuk penelitian selanjutnya.