BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, pengalaman individu

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari prihal kehidupan.serta proses kehidupan. Menurut Dwidjoseputro (1973), biologi sebagai ilmu pengetahuan merupakan suatu disiplin tersendiri yang pendekatannya menggunakan suatu metode, yaitu metode ilmiah. Untuk itu, pada pelaksanaan pembelajaran biologi siswa diarahkan untuk melakuakan kegiatan eksperimen dan observasi. Biologi pada dasarnya memiliki karakteristik keilmuan yang spesifik dan berbeda dengan lainnya sehingga dalam mempelajari biologi tidak hanya mengajarkan materi atau hafalan biologi saja kepada siswa, namun siswa harus diajak mempelajari biologi menutut cara berpikirnya. Pembelajaran biologi setidaknya meliputi empat hal, yaitu: produk, proses, sikap dan teknologi. Menurut Saptono et al. (2013), pembelajaran biologi memiliki peranan yang sangat penting dalam melatih pemahaman, kemampuan penalaran (reasoning), aplikasi konsep, berpikir analitik, serta memberi wawasan kepada siswa tentang fenomena kehidupan. Oleh karena itu, hasil pembelajaran biologi bukan hanya pengetahuan, melainkan juga sikap ilmiah dan bernalar ilmiah yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik materinya. Dengan pembelajaran biologi diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk 9

10 mengembangkan keberbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor ). 2.2. Aktivitas Belajar 2.2.1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam belajar. Menurut Djamarah (2008), aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan. Jadi kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non-fisik yang dilakukan merupakan suatu aktivitas. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Anurrahman (2010), belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian belajar merupakan aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan baik fisik maupun non-fisik yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa di dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Pratiwi et al (2014), aktivitas belajar merupakan segala bentuk kegiatan siswa baik menatal dan emosional dalam proses mencapai tujuan belajar yang diharapkan, sehingga berdampak ke arah yang lebih maju. Aktivitas belajar siswa merupakan syarat penting dalam mengembangkan kemampuan

11 berpikir kritis dan kreatif, kemampuan terseput perlu dilatihkan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai tanpa diimbangi dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa dapat dilihat ketika mayoritas siswa beraktivitas, aktivitas disini diartikan bahwa siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Menurut Suryosubroto (2009), keaktifan siswa dalam pembelajaran tampak dalam kegiatan: 1) Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan. 2) Mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaiman memperoleh situasi pengetahuan. 3) Merasakan sendiri bagaiman tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya. 4) Belajar dalam kelompok. 5) Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu. 6) Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penmpilan. 2.2.2. Prinsip Aktivitas Belajar Menurut Sumiyati & Asra (2009), prinsip-prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa antara lain: 1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami 2) Belajar merupakan transaksi aktif 3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya

12 4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan sehingga mencapai pemecahan atau tujuan 5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan. 2.2.3. Macam-Macam Aktivitas Belajar Menurut Sadiman (2011), menyebutkan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan siswa dapat dikelompokan menjadi delapan yakni: 1) Aktivitas visual (visual activities), yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Aktivitas lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi intrupsi. 3) Aktivitas mendengarkan (listening activities), sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. 4) Aktivitas menulis (writing activities), seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Aktivitas menggambar (drawing activities), misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Aktivitas motorik (motor activities), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

13 7) Aktivitas mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Aktivitas emosional (emotional activities), seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tenang, gugup. 2.3. Model Pembelajaran Kreatif-Produktif 2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Pada mulanya model pembelajaran Kreatif-Produktif dirancang untuk pembelajaran apresiasi sastra yang kemudian dengan berbagai modifikasi dan perkembangan model ini disebut dengan pembelajaran Kreatif-Produktif. Menurut Suryosubroto (2009), model pembelajaran Kreatif-Produktif merupakan model yang dikembangkan mengacu kepada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antar lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang dikenal juga dengan strategi inkuiri, strategi konstruktif, serta pembelajaran kolaboratif. Model Pembelajaran ini diharapkan dapat menantang para siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai pencerminan pemahaman terhadap masalah atau topik yang dikaji. Kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah (Wena, 2011). Untuk membentuk watak kreatif dan produktif, maka pembelajaran perlu melatih menemukan masalah. Pada proses penemuan masalah ini, siswa dapat melakukan eksplorasi fakta, mengidentifikasi pola-pola atas hubungan antar situasi yang tidak terkait secara

14 jelas, serta dapat menggunakan pertimbangan yang kreatif dan mewujudkan dalam sebuah karya yang produktif. 2.3.2. Karakteristik Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Model pembelajaran kreatif-produktif memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Suryosubroto (2009), karakteristik tersebut antara lain: 1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil eksplorasi tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan topik/ konsep masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan meningkatkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstuksi pengetahuan. 2) Siswa didorong untuk menemukan / mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi dibenuk sendiri oleh siswa berdasrkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi serta interpretasi. Dengan kata lain, siswa didorong untuk memberikan makna dari pengalamannya terhadap fenomena yang dikaji menjadi meningkat. Disamping itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/ konsep /masalah yang sama, dan

15 untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi yang relevan. Hal-hal ini merupakan salah satu realisasi hakikat konstruktivitas dalam pembelajaran. 3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi. Disamping itu, siswa juga mendapat kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan suatu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta rekreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman. 4) Pada dasarnya, untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri. Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa tentang ide-ide besar dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk menunjukan/ mendemonstrsaikan pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran kreatif dan produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugastugasnnya secara kreatif. Dengan karakteristik seperti itu, model pembelajaran ini

16 dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi, baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkret. 2.3.3. Tahapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Model pembelajaran Kreatif-Produktif memiliki beberapa tahapan dalam pelaksanaannya, dimana setiap tahapan tersebut siswa dapat terlibat secara aktif baik intelektual maupun emosional. Menurut Suryosubroto (2009) dan Wena (2011), tahapan model pembelajaran kreatif-produktif adalah sebagai berikut: 1) Orientasi Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Dalam hal ini guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang diterapkan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat tentang langkah/cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan dan penilaian. Dalam tahap ini terjadi negosiasi antara siswa dan guru tentang aspek-aspek tersebut, namun pada akhirnya diharapkan terjadi kesepakatan antara guru dan siswa. 2) Eksplorasi Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/ konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya cakupan bidang / bahasan yang akan dibahas. Agar eksplorasi terarah guru

17 harus membuat panduan singkat, yang memuat tujuan, waktu, materi, cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan. 3) Interpretasi Dalam tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran karena dalam tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi (analisis,sintesis, dan evaluasi) sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah meninjau dari berbagai aspek. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap muka, meskipun persiapannya dilakukan siswa di luar jam tatap muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, setiap kelompok selanjutnya diharuskan menyajikan hasil pemahamannya di depan kelas dengan cara masing-masing, diikuti tanggapan siswa lain. Pada akhir tahap ini diharapkan semua siswa sudah memahami konsep/ topik/ masalah yang dikaji. 4) Re-kreasi Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu/topik/masalash yang sedang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Re-kreasi dapat dilakukan secara individual maupun kelompok sesuai dengan pilihan siswa. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif sehingga dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindak lanjuti. 5) Evaluasi

18 Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. selama pembelajaran evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan/ argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama. Sedangkan evaluasi pada akhir pembelajarn adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi. Menurut Wena (2011), secara personal kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 2.3.3. Tabel Personal Kegiatan Guru dan Siswa No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Orientasi Mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian. 2. Eksplorasi Fasilitator, motivator, mengarahkan dan memberi bimbingan belajar. 3. Interpretasi Membimbing, fasilitator, mengarahkan. Menanggapi/ mendiskusikan langkahlangkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian. Membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainnya. Analisis, diskusi, tanya jawab, atau berupa percobaan kembali.

19 4. Re-kreasi Membimbing, mengarahkan, memberi dorongan, menumbuhkembangkan daya cipta. 5. Evaluasi Melakukan evaluasi, memberi balikan Mengambil kesimpulan, menghasilkan sesuatu, produk yang baru. Mendiskusikan hasil evaluasi. Sedangkan, secara grafis model pembelajaran kreatif-produktif dapat digambarkan sebagai berikut: PRINSIP DASAR Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Siswa didorong mengkonstruksi konsep/teori dengan berbagai cara Memberi kesempatan siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas Untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi serta percaya diri. PROSEDUR PEMBELAJARAN Orientasi Eksplorasi Interpretasi Re-kreasi E V A L U A S I Gabar 2.3.3. Grafis model pembelajaran kreatif-produktif (Wena, 2011) 2.4. Hasil Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan oleh Yennita et al. (2009), tentang penerapan strategi Kreatif-Produktif untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 1 Pekanbaru pada aspek keterampilan psikomotor dan sosial. Hasilnya

20 menunjukan bahwa model pembelajaran ini efektif dengan kategori tinggi pada aspek keterampilan social. Kemudian penelitian yang dilakukan Nurfitri et al. (2013), tentang penerapan model pembelajaran Kreatif-Produktif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu penelitian lain yang dilakukan Oya & Asri (2014), tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran Kreatif-Produktif. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran kreatif-produktif mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar bahasa Indonesia. Serta penelitian yang dilakukan oleh Sahrin, et al. (2015) tentang pengaruh penerapan LKS berbasis model pembelajaran Kreatif- Produktif terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 1 Ranah Batahan. Model pembelajaran Kreatif-Produktif sebagai salah satu model pembelajaran yang diasumsikan mampu untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran yang belum banyak digunakan pada mata pelajaran biologi. Untuk itu, diperlukan upaya peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran biologi di SMA/ MA. 2.5. Kerangka Berpikir Permasalahan pada pembelajaran biologi salah satunya adalah rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, hal ini terjadi karena guru masih menekankan tuntas materi sehingga aktivitas belajar siswa belum mendapatkan porsi yang seimbang. Oleh karena itu, kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran scientific belum tercapai.

21 Diperlukan adanya upaya untuk perbaikan dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif yang diharapkan mampu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa agar menjadi lebih baik. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif ini juga dapat menciptakan suasana belajar yang mearik, menyenangkan, dan tidak membosankan. Untuk lebih jelas mengenai kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar 2.5. berikut: Kondisi awal: Aktivitas belajar siswa masih rendah Tindakan: Kreatif-Produktif dengan 5 tahapan: 1. Orientasi 2. Eksplorasi 3. Interpretasi 4. Re-kreasi 5. Evaluasi Pertemuan 1: Guru menggunakan model pembelajaran Kreatif- Produktif dalam proses pembelajaran Pertemuan 2: Guru menggunakan model pembelajaran Kreatif- Produktif dalam proses pembelajaran Pertemuan 3: Guru menggunakan model pembelajaran Kreatif- Produktif dalam proses pembelajaran Kondisi akhir: Melalui penggunaan model pembelajaran Kreatif- Produktif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Gambar 2.5. Kerangka berpikir pada penelitia