BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri keberadaannya. Dewasa ini, banyak penyebab penyebab yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FORMULASI KOSMETIK UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG MAKSIMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

RONAL SIMANJUNTAK DIFUSI VITAMIN C DARI SEDIAAN GEL DAN KRIM PADA BERBAGAI ph PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN SAMPUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMASI FORMULA CHEWABLE LOZENGES PENANGKAP RADIKAL BEBAS KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

Biofarmasetika sediaan perkutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki. Keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh dan bertekuk lutut di

PENGARUH PENGGUNAAN GALVANI TERHADAP HASIL PENGURANGAN KERUTAN PADA PERAWATAN KULIT WAJAH MENUA DENGAN EKSTRAK KACANG KEDELAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungi Kami: LINE : brtcofficial. SMS Pin BB : : 2AF92EE7

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB II: METODOLOGI PENELITIAN...25 A. Bahan...25 B. Alat...25 C. Jalannya Penelitian Formula Sabun Cair Bentonit Formulasi Sabun Cair

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sinar UV seakan akan menjadi teman baik bagi kulit wajah. Flek hitam, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB I PENDAHULUAN. yang esensial dan vital (Tortora dan Derrickson, 2009). Warna kulit ditentukan oleh

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

Journal of Beauty and Beauty Health Education

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LISA AYU LARASATI FORMULASI MIKROEMULSI DL-ALFA TOKOFEROL ASETAT DENGAN BASIS MINYAK KELAPA MURNI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai menurun. Kecemasan yang seringkali dikhawatirkan oleh semua orang terutama wanita adalah menua sebelum waktunya atau disebut juga penuaan dini. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri aging akibat berkurangnya kolagen kulit. Berdasarkan data dari Biro Data Pemasaran Global Mintel, dari 10.823 produk kecantikan, 28 % nya adalah produk antiaging yang meraih penjualan tertinggi di Eropa dan Asia Pasifik (Tempo, 2010). Sesuai prediksi, prosentase tersebut akan meningkat secara signifikan. Data tersebut menunjukkan bahwa beberapa periode ke depan, perawatan antiaging akan menjadi trend bagi wanita untuk mencegah terjadinya penuaan dini. Penuaan pada kulit dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu intrinsic aging dan extrinsic aging. Intrinsic aging merupakan penuaan pada kulit yang terjadi secara normal, karena adanya perubahan dan penurunan kemampuan regenerasi sel dalam tubuh (Jadoon et al., 2015). Extrinsic aging merupakan penuaan pada kulit yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari luar, seperti paparan sinar matahari (sinar UV), dan berakibat merusak kemampuan regenerasi sel. Paparan tersebut juga akan menyebabkan penurunan kolagen dan elastisitas kulit 19

(Michalun and Michalun, 2010). Kulit memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya aging, tetapi apabila paparan radikal bebas yang terbentuk memiliki kapasitas bebas, maka perlu adanya antioksidan yang ditambahkan seperti beta karoten, koenzim Q10, gluthathion, teh hijau, superokside dismutase, vitamin E dan vitamin C (Michalun and Michalun, 2010) Salah satu penelitian yang telah menghasilkan senyawa antioksidan berasal dari senyawa sintesis adalah THPGV-5 yang merupakan hasil sintesis dari PGV- 5. THPGV-5 merupakan analog tetrahidrokurkumin, proses sintesisnya menggunakan metode hidrogenasi dengan katalis palladium karbon 10% mempunyai kemurnian sebesar 91,583%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, senyawa THPGV-5 mempunyai efek antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan vitamin E. Uji antioksidan menggunakan metode penangkapan radikal DPPH tersebut menerangkan bahwa harga IC 50 THPGV -5 sebesar 52,48 μm sedangkan untuk vitamin E sebesar 226,66 μm. Metode reduksi ion Ferri, pada THPGV-5 memiliki harga IC 50 sebesar 13,57 μm dan vitamin E sebesar 76,80 μm (Suwanti, 2015). THPGV-5 dipilih sebagai senyawa aktif karena berdasarkan Lipinski Rule, kemungkinan memiliki kemampuan permeasi dan absorpsi tinggi dalam kulit. Hal ini disebabkan oleh karateristik THPGV-5 yang memiliki bobot molekul 416, donor atom H sebanyak 2 dan aseptor atom H sebanyak 5, sehingga mempermudah absorpsi dan permeasi ke dalam kulit dan diformulasikan dalam sediaan krim antiaging dengan penambahan enhancer gliserin, propilenglikol dan parafin cair (Lipinski, 2000). 20

Suatu sediaan topikal dapat dinyatakan baik bila sistem penghantaran produknya memiliki efek dari stratum korneum sampai epidermis, bahkan dermis, sehingga perlu dipilihkan bentuk sediaan yang tepat dalam formulasi (Nusgen, et al.,2001). Bentuk sediaan krim dipilih sebagai sediaan untuk aplikasi THPGV-5 karena krim merupakan sediaan topikal yang terdiri dari 2 fase minyak dan air yang mempunyai keuntungan penyerapan obat lebih baik. Bentuk krim dalam penggunaannya lebih mudah, memberikan rasa dingin dan mempunyai daya penyebaran yang lebih baik. Proporsi komponen sangat menentukan efektifitas sediaan. Karakter kualitas pengobatan tergantung dari proporsi komponen yang terdapat di dalamnya (Wang and Fang, 2010). Optimasi perlu dilakukan karena sediaan ini mengandung berbagai macam komponen sehingga dengan melakukan optimasi dari ketiga enhancer yang digunakan, diharapkan dapat meningkatkan efek terapi dari sediaan krim antiaging THPGV-5. Software yang digunakan untuk menentukan formula optimal tersebut adalah Desain Expert 7.1.5. Metode yang digunakan adalah Simplex Lattice Design karena terdapat 3 komponen enhancer yang akan dioptimalkan yaitu gliserin, parafin cair dan propilenglikol, sehingga terbentuk model triangle yang menunjukkan bagian formula optimal berdasarkan hasil nilai desirability tertinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang optimasi, uji efektivitas dan sifat fisik antiaging krim THPGV-5 secara in vitro dan in vivo serta stabilitas fisiknya, sehingga diharapkan produk kosmetika antiaging ini mampu diaplikasikan masyarakat sebagai produk yang aman dan berkualitas. 21

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapa komposisi bagian gliserin, propilenglikol dan parafin cair yang tepat untuk menghasilkan formula optimal krim antiaging THPGV-5 yang stabil dalam penyimpanan? 2. Apakah lama waktu penyimpanan akan mempengaruhi sifat fisik krim antiaging THPGV-5 0,01 %b/b? 3. Apakah thermal cycling memiliki pengaruh terhadap kestabilan dan ph krim antiaging THPGV-5 0,01 %b/b? 4. Apakah formula optimal krim antiaging THPGV-5 0,01%b/b memiliki kemampuan difusi secara in vitro? 5. Apakah formula optimal krim antiaging THPGV-5 0,01%b/b menyebabkan iritasi terhadap kulit? 6. Bagaimanakah kemampuan pencegahan degradasi ketebalan kolagen pada formula optimal krim antiaging THPGV-5 0,01%b/b pada kulit tikus yang terpapar sinar UV B? C. Keaslian Penelitian Penelitian ini akan menguji tentang stabilitas dan efektifitas krim THPGV-5 yang telah dioptimasi sebagai krim antiaging. Berdasarkan penelusuran pustaka, belum pernah dilakukan penelitian tentang stabilitas krim THPGV-5 menggunakan optimasi enhancer gliserin, propilenglikol dan parafin cair berdasarkan respon viskositas, daya sebar, daya lekat dan ph yang kemudian diuji 22

secara in vitro dan in vivo. Penelitian ini merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Suwanti (2015) yang menyatakan bahwa THPGV-5 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih poten dibandingkan vitamin E dengan menggunakan metode penangkapan radikal DPPH. Metode Simplex Lattice Design digunakan dalam optimasi untuk mendapatkan formula yang optimal dengan variasi komponen enhancer. Putri (2016) telah melakukan penelitian optimasi krim tetrahidropentagamavunon-0 menggunakan metode Simplex Lattice Design tetapi formula yang digunakan berbeda. Optimasi enhancer ini diharapkan dapat meningkatkan permeasi senyawa THPGV-5 ke dalam stratum korneum, sehingga dapat memberikan efek antiaging pada kulit yang terpapar sinar UV. Nuzul Fajriani (2016) telah melakukan penelitian uji stabilitas dan sifat fisik krim THPGV-5 pada suhu ruang. Konsentrasi krim THPGV-5 yang digunakan sebesar 5x IC50, karena THPGV-5 termasuk kategori antioksidan kuat dengan nilai IC50 sebesar 52,48 µm. Shokri et al.,( 2014) melakukan penelitian pada sediaan topikal antiaging yang mengandung AHA dan HA, mendapatkan hasil bahwa gliserol dan parafin cair lebih efektif dalam meningkatkan permeasi AHA dan HA. Uji transport senyawa ke dalam membran perlu dilakukan, sebelum perlakuan in vivo. Tujuannya supaya memastikan senyawa THPGV-5 yang telah diformulasi, sudah tepat masuk ke dalam lapisan kulit. Hal ini disebabkan oleh efikasi obat dalam sediaan topikal sering kali mengalami penetrasi yang minimal (Nayak et al., 2010). Uji yang dilakukan untuk membuktikan penelitian tersebut adalah uji transport membran menggunakan difusi Franz. Uji in vivo dilakukan untuk mengetahui efektivitas krim antiaging dengan parameter degradasi kolagen. 23

Uji ini dilakukan setelah uji difusi mendapatkan hasil bahwa senyawa dapat tertransport ke dalam membran. D. Manfaat Penelitian 1. Mengembangkan formulasi hasil sintesis tetrahidropentagamavunon dalam sediaan topikal untuk mempermudah aplikasi. 2. Membuktikan efektivitas formulasi tetrahidropentagamavunon-5 dalam sediaan topikal sebagai antiaging. 3. Membuktikan keamanan sediaan krim antiaging tetrahidropentagamvunon-5. E. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan komposisi gliserin, propilenglikol dan parafin cair yang tepat untuk formula optimal krim antiaging THPGV-5 yang stabil dalam penyimpanan. 2. Mempelajari pengaruh lama waktu penyimpanan krim antiaging THPGV-5 0,01%b/b terhadap sifat fisik berupa viskositas, daya lekat, daya sebar serta ph. 3. Mempelajari pengaruh thermal cycling terhadap kestabilan dan ph krim antiaging THPGV-5 0,01%b/b. 4. Membuktikan formula optimal krim antiaging THPGV-5 0,01 %b/b memiliki kemampuan difusi secara in vitro. 5. Membuktikan formula optimal krim antiaging tetrahidropentagamavunon-5 aman dan tidak menyebabkan iritasi kulit. 24

6. Membuktikan kemampuan formula optimal krim antiaging THPGV-5 dalam mencegah degradasi ketebalan kolagen pada kulit tikus yang terpapar sinar UV B. 25