BAB I PENDAHULUAN. kasus korupsi, pencurian, pembunuhan, pembegalan, penganiayaan, kejahatan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt menganugerahi akal. Dan hal tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lain.

BAB I PEDAHULUAN. Pendidikan juga mengarahkan pada penyempurnaan potensi-potensi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia berkenalan terlebih dahulu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. biometrik fingerprint akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan karena manusia diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada proses pembelajaran di dalamnya, proses pembelajaran meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

Disusun Oleh: DENI EKA RINTAKASIWI A

BAB I PENDAHULUAN. akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan siswa sebagai bekal

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan teknologi disisi lain memunculkan persoalan-persoalan baru

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS DAMPAK PERILAKU PERANTAU TERHADAP MORALITAS REMAJA DESA KANDANGSERANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Suroso Abdussalam, Arah & Asas Pendidikan Islam, Sukses Publising, Bekasi Barat, 2011, hlm. 38.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Penegasan Judul. Pendidikan merupakan suatu proses yang panjang dan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP KEDISIPLINAN BERAGAMA SISWA KELAS VIII DI SMP N 2 PATEBON KENDAL TAHUN AJARAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemrosotan moral Bangsa Indonesia dibuktikan dengan maraknya kasus korupsi, pencurian, pembunuhan, pembegalan, penganiayaan, kejahatan, tindak amoral dan lainnya. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman agama pada tiap individu, sehingga norma-norma agama dapat dengan mudah dilanggar. Menurut Murtadho Muthahari, moral dan agama mempunyai hubungan yang erat, karena agama merupakan dasar tumpuan akhlak atau moral. 1 Menurut Zakiyah Daradjat, faktor-faktor kerusakan akhlak ialah kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya mengenai pendidikan agama, tidak terlaksananya pendidikan akhlak sejak kecil (baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat), kurang terjaminnya kerukunan hidup antara ayah dan ibu dalam keluarga, kurangnya bimbingan serta pengarahan terhadap anak kedalam hal positif. Pendidikan keluarga menempati posisi yang strategis dalam upaya membangun generasi yang baik. Baik buruk perilaku anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan orang tua, karena pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama kali diterima anak. Orang tua harus memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anakanaknya dengan menanamkan ajaran agama dan akhlakul karimah. 1 Murtadho Muthahari, Perspektif Al-Qur an tentang Manusia dan Agama, ter Djalaludin Rahmat, (Bandung: Mizan, 1984), hal. 56. 1

2 Sementara itu tujuan pendidikan Islam secara garis besarnya adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang baik dalam seluruh aspek kehidupan, perbuatan, pikiran dan perasaannya. 2 Pendidikan berarti proses penyampaian nilai-nilai baik sosial maupun moral keagamaan yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap nilai-nilai tersebut, sebagaimana yang telah diterima sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya semaksimal mungkin. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak. Di dalam keluarga seorang anak mengenal dan mengetahui bahwa ada individu lain selain dirinya. M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. 3 Waktu yang dipergunakan anak lebih banyak di rumah dari pada di sekolah, sehingga suasana keluarga yang di dalamnya terdapat orang tua secara langsung maupun tidak langsung dapat mewarnai pendidikan agama Islam pada anak. Thamrin Nasution mengatakan bahwa orang tua harus dapat bertindak seperti seorang guru di sekolah yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya. 4 2 Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Mulia, 1993), hal. 35. 3 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hal. 79. 4 Thamrin Nasution dan Nurhulijah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), hal. 7.

3 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-qur an Surah at-tahrim/ 66:6, sebagai berikut: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(q.s. at-tahrim/ 66:6) 5 Allah SWT. memerintahkan manusia untuk menjaga diri dan keluarganya dari hal-hal buruk yang akan merugikan mereka sendiri. Perintah ini dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan pendidikan agama di dalam keluarga. Orang tua setidaknya memberikan bekal hidup bagi anakanak mereka, dengan bekal yang baik seorang anak diharapkan dapat bersikap dan berperilaku yang baik pula. Agama adalah pondasi yang dapat membentengi anak agar ketika ia remaja maupun dewasa nantinya dapat memfilter segala hal buruk. Di dalam mendidik anak, orang tua harus betul-betul mampu memilih suatu metode yang tepat, serta dapat berpengaruh positif pada tingkat perkembangan anak. Setiap kebijakan orang tua harus mampu dipertanggungjawabkan secara 5 Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hal. 820.

4 horizontal terhadap manusia (keluarga, masyarakat dan bangsa) secara vertikal terhadap Allah SWT. Melalui adanya pendidikan agama dalam keluarga diharapkan dapat membentengi dan memfilter terjadinya pergeseran nilai-nilai agama yang dapat memungkinkan terciptanya suatu pribadi yang tidak baik. Pembentukan kedisiplinan beragama tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, yakni melalui kontak sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan masyarakat dan lain sekitarnya. Lingkungan yang positif maupun negatif akan mempengaruhi perkembangan kedisiplinan beragama anak, suasana pergaulan atau lingkungan yang baik sangat diharapkan. Namun pelaksanaan tanggungjawab masyarakat dalam hal pendidikan sementara menunjukkan terjadinya perbedaan antara satu keluarga dengan keluarga lain. Perbedaan ini diduga karena beberapa faktor, diantaranya adalah komitmen terhadap agama, pengetahuan agama yang dimiliki, kesempatan mendapatkan pendidikan dan sebagainya. Pendidikan agama dalam keluarga mencakup pendidikan akidah, ibadah serta akhlak. Akidah penting ditanamkan oleh orang tua sejak dini agar anak kelak dewasa memiliki pondasi keimanan yang tetap kokoh. Orang tua memberikan pendidikan ibadah kepada anak agar memiliki kedisiplinan dalam beribadah dimanapun dan kapanpun. Selain itu anak perlu diberi pendidikan akhlak agar menjadi teladan bagi dirinya maupun orang lain. Kebiasaan pendidikan dan pengawasan orang tua dalam menanamkan sikap beragama dalam diri remaja akan menimbulkan sikap kedisiplinan

5 beragama yang hubungannya dengan Allah, manusia serta lingkungannya. Hal ini berdasarkan tuntunan ajaran agama Islam yang sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan disiplin dalam berbagai aspek kehidupan, baik ibadah, belajar dan kegiatan lainnya sebagaimana kewajiban dalam Islam yaitu menjalankan salat lima waktu, puasa Ramadhan, dan lain-lain. Perlu ditekankan kembali bahwa orang tua mempunyai pengaruh terhadap masa depan anak dalam berbagai tingkatan umur mereka, dari masa anak-anak hingga remaja, sampai beranjak dewasa, baik dalam mewujudkan masa depan yang bahagia dan gemilang maupun masa depan yang sengsara dan menderita. Al-Quran dan hadits diperkuat dengan sejarah dan pengalaman-pengalaman sosial menegaskan bahwa orang tua yang memelihara prinsip-prinsip Islami dan menjaga anak-anak mereka dengan perhatian, pendidikan, pengawasan dan pengarahan sebenarnya telah membawa anak-anak mereka menuju masa depan yang gemilang dan bahagia. 6 Melatih dan mendidik anak dalam keteraturan hidup kesehariannya akan memunculkan watak disiplin. Kedisiplinan yang benar pada remaja sebaiknya diterapkan dengan penuh kesadaran dan penuh kasih sayang, tidak diidentikkan dengan kekerasan. Jika kedisiplinan diterapkan dengan emosi, amarah, dan kekerasan maka yang akan muncul bukanlah disiplin yang baik, namun disiplin yang terpaksa. Begitu pula sebaliknya, jika melaksanakan 6 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera, 1999), hal. 14.

6 disiplin dengan penuh kasih sayang akan membuat perasaan menjadi lega, dan disisi lain anak tidak merasa tertekan dan tersiksa. Pada masa remaja, fungsi orang tua dalam memberi pendidikan agama dalam keluarga sangat diperlukan untuk menghindari kenakalan remaja. Semakin maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan dari rendahnya kedisiplinan beragama sehingga mereka memiliki karakter negatif. 7 Pemberian pendidikan agama dalam keluarga berpengaruh terhadap kedisiplinan beribadah anak (sejak dini sampai remaja dan dewasa). Kedisiplinan beribadah yang dimaksud berupa disiplin dalam melaksanakan sholat, dzikir (bacaan sholawat) setelah sholat dan juga dalam hal puasa. Maka dari itu, orang tua menjadi tempat yang utama dan pertama dalam mendidik anaknya. Kadangkala banyak dijumpai anak mengalami berbagai masalah atau kesulitan di dalam mengendalikan dirinya dan gejolak hatinya, yang bukan saja bisa membahayakan diri anak itu sendiri, tapi juga orang lain. Disinilah orang tua mempunyai kewajiban untuk menolong, membantu, serta membimbing mereka yaitu dengan memberikan larangan dan batasan tertentu. 8 Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian agar mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pada pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beragama khususnya 7 Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua (dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri sebagai Pribadi yang Berkarakter), (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. v. 8 Dewa Ketut Sukardi, Psikologi Populer Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal. 33.

7 pada aspek ibadahnya pada siswa kelas VII di SMPN 3 Kedungwaru Tulungagung. Peneliti mengambil kata kedisiplinan karena menurut pengertiannya, disiplin lebih dari sekedar perilaku, akan tetapi aktivitas yang terus menerus dan sudah melekat pada seseorang. Berhasil atau tidaknya pendidikan agama dalam keluarga yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya akan diketahui dengan disiplin atau tidaknya anak dalam beribadah. Oleh karena itu, peneliti mengadakan penelitian dengan judul yaitu Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Beribadah Siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Untuk memperjelas yang akan diteliti lebih lanjut, maka dari latar belakang masalah di atas dapat dikenali masalah seperti di bawah ini: a. Pendidikan agama dalam keluarga b. Kedisiplinan beribadah siswa; 1) dalam melakukan sholat 2) dalam melakukan puasa 3) dalam berdzikir 4) dalam membaca al Qur an c. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah siswa dalam hal melaksanakan sholat

8 d. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah siswa dalam hal melaksanakan berpuasa e. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah siswa dalam hal melaksanakan berdzikir f. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan membaca al-qur an siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung g. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah siswa 2. Pembatasan Masalah Demi terwujudnya pembahasan yang terarah dan sesuai dengan rencana yang diharapkan maka penulis membatasi pembahasan masalah sebagai berikut: a. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah sholat siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. b. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah puasa siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. c. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan berdzikir siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. d. Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan membaca al-qur an siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung.

9 C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalah yang timbul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah sholat siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung? 2. Adakah Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah puasa siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung? 3. Adakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan berdzikir siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung? 4. Adakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan membaca al-qur an siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung? D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Demikian juga dengan yang dilakukan penulis, berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penyusunan proposal skripsi ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah sholat siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah puasa siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung.

10 c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan berdzikir siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan membaca al-qur an siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. E. Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Asumsi penelitian disebut juga dengan anggapan dasar. Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang akan berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanaan penelitian. Oleh karena itu, penelitian juga dilandasi oleh sejumlah asumsi dasar ilmu pengetahuan. 9 Asumsi-asumsi dasar dalam penelitian ini adalah: a. Pandangan siswa mengenai pendidikan agama yang dilakukan oleh orang tuanya atau keluarganya adalah variatif. b. Kedisiplinan beribadah siswa di kalangan siswa adalah variatif. c. Terdapat pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah siswa bagi siswa. d. Angket yang dijadikan instrumen dalam penelitian ini dipandang memenuhi unsur-unsur validitas dan reliabilitas. 9 Ahmad Tanzeh dan Suyetno, Dasar-Dasr Penelitian.(Surabaya: elkaf, 2006), hal. 110.

11 e. Para siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dipandang bersikap objektif dalam mengisi angket. f. Data yang diperoleh melalui angket dalam penelitian ini dipandang memenuhi unsur-unsur ilmiah. 2. Hipotesis Penelitian Setelah menentukan asumsi dasar, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah sesuatu yang masih kurang (hypo) dari sebuah kesimpulan atau pendapat (thesis). 10 Dapat diartikan pula hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. 11 Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis ada ketika peneliti telah mendalami masalah penelitian serta menetapkan anggapan dasar dan membuat teori yang bersifat sementara dan perlu diuji kebenarannya. 12 Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis diperlukan suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan, apakah suatu pernyataan tersebut dapat dibenarkan atau tidak. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 10 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatf. (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 84. 11 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian. ( Yogyakarta; Teras, 2009), hal. 87. 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 67.

12 a. Hipotesis Mayor Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. b. Hipotesis Minor 1) Ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah sholat siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. 2) Ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan ibadah puasa siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. 3) Ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan berdzikir siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. 4) Ada pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan membaca al-qur an siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung. 3. Uji Signifikansi Uji signifikansi terhadap hipotesis tersebut adalah: a. Terima Ha dan tolak Ho, jika ro rt dengan ts 5%. b. Terima Ho dan tolak Ha, jika ro < rt dengan ts 5%. F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

13 1. Kegunaan Teoritis Adapun manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sekolah yang bersangkutan dan orang tua dalam rangka membentuk akhlak secara optimal. Manfaat lainnya yaitu untuk menciptakan generasi yang berperilaku baik, baik dalam hal keagamaan maupun hal lainnya, yang dimulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan yang kompleks. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi orang tua Sebagai bahan evaluasi bagi orang tua dalam memberikan pendidikan agama untuk anak agar berdisiplin agama b. Bagi peserta didik Menjadikan siswa lebih disiplin menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-hari c. Bagi guru dan sekolah 1) Evaluasi bagi guru dalam pengajaran agama khususnya, dan lebih menekankan pada praktik pembentukan perilakunya sehingga kedisiplinan beragama tumbuh dalam diri siswa. 2) Meningkatkan peran sekolah agar lebih aktif dan disiplin dalam membentuk akidah, moral dan sikap peserta didiknya. d. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

14 1) Menambah wawasan dan pengalaman secara langsung tentang pentingnya pendidikan agama dalam keluarga terhadap pembentukan kedisiplinan anak 2) Menjadikan contoh bagi peneliti dan sebagai pembelajaran kelak ketika menjadi orang tua. G. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan arti yang sesuai dan untuk menghilangkan kesalahpahaman atau kekeliruan pengertian, maka perlu kiranya penulis menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam kajian ini, baik secara konseptual maupun operasional. 1. Secara konseptual a. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 13 b. Kata agama dalam al-qur an disebut ad-din yang mengandung makna bahwa agama sebagai pedoman aturan hidup yang akan memberikan petunjuk kepada manusia sehingga dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, teratur, aman dan tidak terjadi kekacauan yang berujung pada tindakan anarkis. 14 c. Keluarga merupakan unit terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan unit pertama dalam masyarakat. Dalam 13 Soemadi Tjiptoyuwono, Mengungkap Keberhasilan Pendidikan dalam Keluarga; Analisis tentang Mendidik Putra-Putri, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), hal. 1. 14 Rois Mahfud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal. 2.

15 keluarga pulalah proses sosialisasi dan perkembangan individu mulai terbentuk. 15 d. Disiplin adalah mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten. 16 e. Ibadah adalah mengesakan Allah, menta zhimkan-nya dengan sepenuh-penuh ta zim serta menghinakan diri kita menundukkan jiwa kepada-nya. 17 2. Secara operasional a. Pendidikan agama dalam keluarga Menurut penulis pendidikan agama adalah pengajaran yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak tentang agama dengan cara memberikan pemahaman ataupun pembimbingan serta pengarahan berdasarkan ajaran atau perintah agama Islam. Jadi yang di maksud dengan pendidikan agama dalam keluarga disini adalah usaha memberikan pemahaman dan bimbingan yang di lakukan oleh orang tua (ayah-ibu) tentang agama kepada anak dengan maksud agar anak anak dapat memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama dengan baik. 15 Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 1. 16 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 37. 17 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, (Jakarta: IAIN, 1983), hal. 3.

16 b. Kedisiplinan Beribadah Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan beribadah yaitu ketaatan seseorang dalam menjalani suatu ketentuan dan kewajiban yang telah ditentukan oleh agamanya, seperti halnya kewajiban melakukan sholat 5 waktu, puasa Romadhon dan juga selalu berdzikir kepada Allah SWT., sehingga aturan agama yang ada baik itu hubungannya dengan orang lain dapat mencapai keteraturan dalam kehidupan sehari-hari. H. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini akan dikemukakan lima bab dan setiap bab terdiri dari subbab. Sebelum membahas inti permasalahan skripsi ini akan dikemukakan terlebih dahulu beberapa halaman formalitas. Adapun isi dari bab tersebut adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam hal ini dikemukakan masalah-masalah yang merupakan pengantar ke arah pembahasan selanjutnya yang meliputi: latar belakang masalah, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, asumsi dan hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.

17 BAB II : Landasan Teori Pada bab II ini mencakup pendidikan agama dalam keluarga, kedisiplinan beribadah, pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beribadah, kajian terdahulu dan kerangka berfikir. BAB III : Metodologi Penelitian Pada bab III ini mencakup tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian, populasi, sampling dan sampel, sumber data dan variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan prosedur penelitian. BAB IV Hasil Penelitian Pada bab IV ini mencakup deskripsi data (penyajian data) penelitian yang telah diperoleh serta analisis dan pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. BAB V Pembahasan Bab V ini mencakup pembahasan dari semua rumusan masalah yang telah disajikan. BAB VI Penutup Bab VI ini merupakan bab penutup pembahasan dan penelitian dalam penulisan skripsi ini yang berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan, kemudian dilanjutkan dengan memberi saran-saran sebagai perbaikan dari segala kekuranngan, dan disertai lampiran-lampiran.