ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON 6.0

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGARUH EKSENTRISITAS TERHADAP FAKTOR REDUKSI PADA KOLOM BETON BERTULANG BUJURSANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.

STUDI KASUS (2) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN ITS SURABAYA

Bab V Studi Kasus Studi Kasus Ketahanan Kolom Terhadap Eksentrisitas berdasarkan Kekuatan Beton Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.1 Gambar 5.

STUDI DIAGRAM INTERAKSI SHEARWALL BETON BERTULANG PENAMPANG C DENGAN BANTUAN VISUAL BASIC 9

DESAIN LANGSUNG TULANGAN LONGITUDINAL KOLOM BETON BERTULANG BUJUR SANGKAR

ANALISIS DAKTILITAS KURVATUR PADA KOLOM BULAT BETON BERTULANG TERKEKANG DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

DESAIN LANGSUNG TULANGAN LONGITUDINAL KOLOM BETON BERTULANG BUJUR SANGKAR

STUDI KELANGSINGAN PADA KOLOM PERSEGI DENGAN MENGGUNAKAN PROGAM BANTU MS VISUAL BASIC 6.0. Oleh : Paulus Winoto

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Gambar 5.15 Perbandingan diagram interaksi P-M kolom SK2a dengan SK2b. SK2a SK2b. Aksial (kn) 6000 Momen (kn m)

Bambang Piscesa *, Ir. Iman Wimbadi, Ms.**,Ir. Mudji Irmawan, Ms.** ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DIRECT DESIGN OF LONGITUDINAL REINFORCEMENT OF SQUARE REINFORCED CONCRETE COLUMNS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah I.4. Batasan Masalah

VISUALISASI PEMBELAJARAN DESAIN PENULANGAN DINDING GESER DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI

BAB I PENDAHULUAN. beban maka struktur secara keseluruhan akan runtuh. yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

STUDI KOLOM BIAKSIAL BERPENAMPANG BUJUR SANGKAR TANPA PENGEKANGAN DENGAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang

STRUKTUR BETON BERTULANG II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

STUDI GESER PADA BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG PERSEGI BERLUBANG MENGGUNAKAN PCA COL

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

STRUKTUR BETON BERTULANG II


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah dilakukan analisis dan perancangan pada Struktur Atas Gedung

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

1.2) Kolom Tampang L a) Kondisi Regangan Berimbang b) Kondisi Tekan Menentukan c) Kondisi Tarik Menentukan BAB III.

STUDI PERILAKU PENGARUH EFEK PENGEKANGAN PADA KOLOM CONCRETE FILLED STEEL TUBE AKIBAT PEMASANGAN CROSS TIE

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERSYARATAN DESAIN KOMPONEN STRUKTUR LENTUR BETON BERTULANGAN TUNGGAL ANTARA SNI DAN SNI 2847:2013

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

ANALISIS KEKUATAN LENTUR DAN DAKTILITAS PADA PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG, KOLOM BAJA DAN KOLOM COMPOSITE DENGAN SOFTWARE XTRACT

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

STUDI KAPASITAS PENAMPANG EKIVALEN KOLOM PERSEGI TERHADAP PENAMPANG KOLOM L, T DAN + PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN BEBAN GEMPA

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

ANALISIS OPTIMASI BIAYA KONSTRUKSI KOLOM DENGAN VARIASI NILAI ρ DAN fc'

Desain Elemen Lentur Sesuai SNI

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

FAKTOR DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG MUTU NORMAL (PEMANFAATAN OPEN SOURCE RESPONSE2000)

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

STUDI PENGARUH KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS PADA KOLOM BULAT DENGAN PROGRAM BANTU MS VISUAL BASIC 6.0

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

4. e = = = 54,882 mm. Kelompok : IV. Halaman : TUGAS PERENCANAAN STRUKTUR BETON Semester Ganjil

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG TUNJUNGAN PLAZA V SURABAYA DENGAN METODE SISTEM GANDA. Huriyan Ahmadus ABSTRAK

Yogyakarta, Juni Penyusun

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG UNIVERSAL MEDICAL CENTER DI PANDAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA (DUAL SISTEM) Alexander Vedy Christianto ABSTRAK

Desain Penampang Struktur Beton dengan SAPCON. Contoh Aplikasi SAPCON untuk Struktrur Frame 2D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

PENGARUH TULANGAN CRT DAN TULANGAN BJTD PADA KOMPONEN LENTUR DENGAN MUTU BETON F C 24,52 MPA (182S)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ANALISIS MOMEN-KURVATUR PENAMPANG PERSEGI BETON BERTULANG MUTU NORMAL. Fajri

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Oleh : Indra Degree Karimah 3106 100 125 Dosen Pembimbing : Tavio, ST, MT, PhD. Ir. Iman Wimbadi, MS

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Kolom bersifat daktail sangat diperlukan karena kolom menerima beban kombinasi aksial dan lentur. Rasio tulangan longitudinal pada kolom harus dibatasi agar menjamin daktilitasnya. Menentukan banyaknya (rasio) tulangan longitudinal dalam perencanaan diperlukan faktor yang bergantung pada luas penampang kolom, mutu beton, mutu tulangan, beban berfaktor yang diterima oleh kolom dan code yang digunakan dalam analisa. Salah satu program yang telah dikembangkan untuk perhitungan kolom adalah PCA Column. Program tersebut berasal dari Amerika Serikat dan dibuat berdasarkan code ACI 1995. Peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu SNI 03-2847-2002. Adanya pengenalan peraturan baru yaitu ACI 318-2002.

Perumusan Masalah 1. Bagaimana menentukan rasio tulangan longitudinal pada kolom berpenampang bulat secara langsung dari momen lentur dan gaya aksial? 2. Bagaimana mendapatkan titik koordinat kombinasi beban yang tepat pada diagram interaksi P-M sehingga nantinya kebutuhan tulangan longitudinal pada kolom berpenampang bulat dapat dipenuhi secara akurat? 3. Apakah nilai output aplikasi program yang telah dibuat dapat dipertanggung jawabkan dengan menggunakan aplikasi program teknik sipil yang lain yaitu PCA Column?

Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini antara lain : 1. Membuat suatu program bantu sederhana yang aplikabel (mudah diterapkan)untuk mengetahui kebutuhan tulangan (rasio tulangan) longitudinal pada kolom berpenampang bulat. 2. Mendapatkan titik koordinat kombinasi beban yang tepat pada diagram interaksi P-M sehingga nantinya kebutuhan tulangan longitudinal pada kolom berpenampang bulat dapat dipenuhi secara akurat. 3. Mengetahui bahwa nilai output aplikasi program yang telah dibuat dapat dipertanggungjawabkan dengan memverifikasinya dengan aplikasi program teknik sipil yang lain yaitu PCA Column.

Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain : 1. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom berpenampang bulat dengan tulangan longitudinal. 2. Studi tugas akhir ini hanya meninjau elemen struktur beton bertulang yang mengalami kombinasi momen lentur uniaksial dan gaya aksial. 3. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom pendek yang mengalami beban aksial dan momen uniaksial tanpa knick. 4. Studi tugas akhir ini hanya menentukan rasio tulangan longitudinal yang ada pada kolom berpenampang bulat dan diagram interaksi P-M kolom. 5. Studi tugas akhir ini hanya menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.

Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain : 1. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom berpenampang bulat dengan tulangan longitudinal. 2. Studi tugas akhir ini hanya meninjau elemen struktur beton bertulang yang mengalami kombinasi momen lentur uniaksial dan gaya aksial. 3. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom pendek yang mengalami beban aksial dan momen uniaksial tanpa knick. 4. Studi tugas akhir ini hanya menentukan rasio tulangan longitudinal yang ada pada kolom berpenampang bulat dan diagram interaksi P-M kolom. 5. Studi tugas akhir ini hanya menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.

Manfaat Manfaat yang diharapkan terwujud dengan dibuatnya Tugas Akhir ini antara lain: 1. Program yang dihasilkan dalam Tugas Akhir ini diharapkan menambah kemudahan bagi para engineer yang ingin mengetahui rasio tulangan kolom bulat dalam perencanaannya. 2. Program ini dapat menentukan rasio tulangan yang diperlukan secara akurat dan detail sehingga dimungkinkan terjadi keefisienan biaya dalam pelaksanaan. 3. Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi untuk mengembangkan program-program lain yang lebih kompleks di masa yang akan datang, sehingga dapat menambah wacana baru dalam bidang structural engineering.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Prinsip Dasar Kolom Elemen struktur pada bangunan bertingkat yang menyalurkan beban- Elemen struktur pada bangunan bertingkat yang menyalurkan bebanbeban yang diterima balok hingga pondasi disebut kolom. Prinsip-prinsip yang mendasari perhitungan kekuatan kolom adalah sebagai berikut: 1.Distribusi regangan linier terjadi sepanjang ketebalan kolom. 2.Tidak ada gelincir antara beton dan baja (yaitu, regangan dalam baja dan beton yang berhubungan adalah sama). 3.Regangan beton diperbolehkan maksimum pada saat kegagalan untuk tujuan perhitungan-perhitungan kekuatan. 4.Tahanan tarik beton dapat diabaikan dan tidak diperhitungkan didalam perhitungan.

Kolom Berdasarkan Pembebanan Kolom memiliki beban aksial yang besar tetapi pada kenyataannya beban aksial tersebut tidak mungkin memiliki eksentrisitas sebesar nol. Oleh karena adanya eksentrisitas maka timbulah momen yang mengakibatkan beban lentur. P P e P e ( a ) ( b ) ( c ) e P e P M ( d ) ( e ) ( f )

Kolom Pendek dengan Beban Sentris Kekuatan kolom sentris maksimum terjadi akibat kontribusi beton dan baja. Kontribusi beton yang terjadi berdasarkan variabel luas penampang bersih beton dan 0,85ƒ c. Sedangkan pada baja yaitu luas penampang baja dan tegangan lelehnya, f y P 0 = 0,85 f c(a g A st) + A stf y ɛ cu d

Kolom yang Dibebani Eksentris : Beban Aksial dan Lentur ɛ cu

Kasus 1 : kolom mengalami keruntuhan tarik a h/2, < 90 maka = cos -1 h 2 a 2 h 2 Kasus 2 : kolom mengalami keruntuhan tekan a > h/2, > 90 a h 2 = cos -1 h a dan = cos -1 h 2 2 h 2 Jika θ dalam radian maka luas segmen tekan A c h c sin cos rad 4 2 Momen luasan segmen tekan terhadap pusat kolom A c y h sin 3 12 3

Tegangan tulangan pada daerah tekan f 6001 si d i c f y Tegangan tulangan pada daerah tarik f si d i 600 1 c f y Gaya aksial nominal yang terjadi P n terjadi akibat distribusi beton tertekan dan tulangan baja yang mengalami tekan dan tarik. P n =0,85 f c A c + f si A si Momen nominal M n yang terjadi akibat gaya aksial yang mengalami eksentrisitas, maka gaya yang ada dikalikan dengan jarak terhadap centroid kolom. M n =0,85 f c A c y+ f si A si h 2 d i

Konsep Diagram Interaksi Kolom Beton Bertulang Titik A keadaan murni aksial tekan Titik B hancurnya satu sisi kolom dan gaya tarik sebesar nol pada sisi kolom lainnya Titik C terjadi regangan tekan maksimum,ε cu, sebesar 0,003 pada satu sisi penampang kolom dan regangan tarik, ε y, lelehnya tulangan tarik Titik D regangan tarik yang terjadi pada tulangan, ε s, lebih besar daripada regangan leleh, ε y. Titik E keadaan seperti pada balok dimana beban aksial bernilai nol dan hanya momen lentur yang bekerja.

Perkembangan Metode Perencanaan Elemen Struktur Beton Bertulang Limit State Method Pemberian faktor reduksi bergantung pada besarnya beban aksial yang diterima struktur tersebut. Kondisi - kondisi batas ini dibagi menjadi dua kategori: 1. Batas limit ultimate ini berkaitan dengan kapasitas untuk menerima beban maksimum (kekuatan dari struktur). 2. Batas limit kelayanan (serviceability limit state); ini berkaitan dengan kriteria (ketahanan) pada kondisi dibawah beban normal/kerja.

0.8 Kolom Bertulangan Spiral 0.1Pu 0.8 0.7 0.1 f ' cag 0.7 0.65 Aksial Tarik Aksial Tekan Kecil Kolom Bersengkang 0.15Pu 0.8 0.65 0.1 f ' cag 0 0.1f'cAg P

Unified Design Method Pada metode ini faktor reduksi berdasarkan regangan yang terjadi. Oleh karena itu faktor reduksi ini bisa diterapkan pada balok maupun kolom.

BAB III METODOLOGI

Start Studi Literatur 1. Mengumpulkan materi-materi yang berhubungan dengan topik tugas akhir. 2. Mempelajari konsep kolom 3. Mempelajari diagram interaksi Aksial-Momen kolom 4. Mempelajari bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 Perumusan Masalah Merumuskan masalah yang akan diselesaikan dan menetukan code yang dipakai pada Tugas Akhir ini. Algoritma dan Metode Iterasi 1. Menganalisa pengaruh Pu dan Mu yang bekerja terhadap bentuk diagram interaksi P-M kolom 2. Menetapkan metode iterasi untuk mendapatkan titik kombinasi yang tepat di garis kurva diagram interaksi P-M kolom 3. Membuat flowchart untuk listing program A

A Membuat Program 1. Membuat tampilan (interface) program 2. Membuat listing program untuk diagram interaksi aksial-momen (untuk kolom berpenampang bulat) error tidak Running Program Output benar Sukses dijalankan ya Finishing Tampilan Mengoperasikan program untuk melihat apakah program bisa dijalankan, sekaligus memperbaiki error yang terjadi Mengecek validasi output program dengan program PCA Coloumn. Mengatur tampilan program menjadi lebih baik Finish

P n 6% e=mn/pn A 1% M n

Langkah Pekerjaan 1. Cari dan plot diagram interaksi aksial-momen dengan A st-min = ρ min 1/4 π h 2 dan A st-max = ρ max 1/4 π h 2 2. Plot kombinasi beban yang dialami pada kolom. 3. Cek apakah kolom mampu menahan kombinasi beban yang terjadi. 4. Tentukan eksentrisitas yang terjadi akibat kombinasi beban, e = P n /M n 5. Cari Rasio tulangan dengan metode iterasi.

Membuat Diagram Interaksi Kolom Bulat

Metode Pengekangan Menggunakan metode Kent-Park Nilai tegangan f c dapat dihitung dengan rumus: Daerah AB (Ascending Branch) : ε c 0.002 Daerah BC (Descending Branch) : 0.002 ε c ε 20c 0.5 Z 3 b '' 50u 50h 0.002 50h s 4 s h f c 50u f f c ' c c 0.002 3 f ' c 2 c f ' c 1 Z 0.002 f 1000 0.002 ' c c 2 0.002 Daerah CD : ε c ε 20c f c ' 0.2 fc

Metode Numerik adalah pendekatan cara trapezoidal. Yaitu mencari rata-rata tinggi kurva potongan awal dan potongan akhir. potongan awal dan potongan akhir. Mencari Cc dan a. )) ( ) ( 2... ) ( 2 ) ( 2 ) ( ( 2 ))) ( ) ( (... )) ( ) ( ( )) ( ) ( (( 2 1 2 1 0 1 2 1 1 0 n n total n n total x f x f x f x f x f h A x f x f x f x f x f x f h A

Metode Iterasi untuk Mencari Rasio Tulangan 1. Mencari nilai tengah min( n ) max( n ) i 2 2. Jika, Mn Mn 0 maka dapat diketahui bahwa nilai Mn batas min adalah Mn (ρi) dan nilai Mn batas max adalah tetap. Jika, Mn batas min( n) batasmin( n) ( i) Mn ( i) 0 maka dapat diketahui bahwa Mn batas min adalah sama sedangkan nilai Mn batasmax adalah Mn (ρi). 3. Interpolasi diteruskan hingga, Mn Mn dan Mn ( i) Mn batas min( n) batas max( n ) ( i )

Merancang Program Memakai Visual Basic 6.0 1. Membuat listing program untuk mencari aksial, momen dan eksentrisitas pada kolom berpenampang bulat. 2. Membuat listing program untuk diagram interaksi aksial-momen. 3. Membuat rancangan tampilan program (interface). 4. Mengecek kelengkapan menu dan melengkapi tampilan. 5. Mengoperasikan program (running program) untuk mengecek apakah semua listing program bisa terbaca dan dapat berjalan dengan baik. 6. Melakukan verifikasi atau mengecek kebenaran hasil output dari program sederhana yang telah dibuat dengan PCA coloumn.

BAB IV PENGOPERASIAN

BAB V STUDI KASUS

5.1 Studi Kasus Confinement s effect

5.1.1 Pengaruh Diameter Tulangan Sengkang Kasus 1.1 Kasus 1.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 27,5 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 25 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm Kasus 1.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 27,5 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 10 mm 6. Selimut beton (decking) = 25 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 1.1 Output kasus 1.2

no Kasus Kasus 1.2 1.1 1 Diameter sengkang (mm) 8 10 2 Rasio tulangan perlu (%) 4,85 4,6 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 11525,9 10951,6 4 Jumlah tulangan perlu 22,746 21,6133 5 Jumlah tulangan pasang 23 22 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 11654,27 11147,56 7 Rasio tulangan terpasang (%) 4,905 4,692

5.1.2 Pengaruh Jarak Spasi Tulangan Sengkang Kasus 2.1 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 27,5 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 25 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm 9. Spasi sengkang = 8 cm Kasus 2.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 27,5 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 25 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm 9. Spasi sengkang = 10 cm

Output kasus 2.1 Output kasus 2.2

no Kasus 2.1 Kasus 2.2 Selisih 1 Jarak antar sengkang (cm) 8 10 2 2 Rasio tulangan perlu (%) 4,85 4,958 0,108 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 11525,90 11781,12 255,22 4 Jumlah tulangan perlu 22,746 23,25 0,504 5 Jumlah tulangan pasang 23 23 0 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 11654,27 11654,27 0 7 Rasio tulangan terpasang (%) 4,905 4,905 0

5.1.3 Pengaruh Mutu Beton Kasus 3.1 Kasus 3.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 35 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 45 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 3.1 Output kasus 3.2

no Kasus 3.1 Kasus 3.2 Selisih 1 Mutu beton (Mpa) 35 45 10 2 Rasio tulangan perlu (%) 3,45 1,71 1,74 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 8208,09 4078,23 4129,86 4 Jumlah tulangan perlu 16,198 8,048 8,15 5 Jumlah tulangan pasang 16 8 8 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 8107,319 4053,65 4053,669 7 Rasio tulangan terpasang (%) 3,41 1,706 1,704

5.1.4 Pengaruh Dimensi Penampang Kasus 4.1 Kasus 4.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 1. Dimensi kolom, Diameter = 600 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 4.1 Output kasus 4.2

no Kasus 4.1 Kasus 4.2 Selisih 1 Diameter kolom (mm) 550 600 50 2 Rasio tulangan perlu (%) 4,45 2,33 2,12 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 10592,04 6599,875 3992,165 4 Jumlah tulangan perlu 20,903 13,025 7,878 5 Jumlah tulangan pasang 21 13 8 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 10640,85 6587,19 4053,66 7 Rasio tulangan terpasang (%) 4,478 2,3297 2,149

5.1.5 Pengaruh Mutu Tulangan Longitudinal Kasus 5.1 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 450 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm Kasus 5.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 500 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 5.1 Output kasus 5.2

no Kasus 5.1 Kasus 5.2 Selisih 1 Mutu tulangan (MPa) 450 500 50 2 Rasio tulangan perlu % 3,98 3,67 0,31 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 9460,975 8724,328 736,647 4 Jumlah tulangan perlu 18,671 17,217 1,454 5 Jumlah tulangan pasang 19 17 2 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 9627,44 8614,02 1013,42 7 Rasio tulangan terpasang (%) 4,052 3,625 0,427

5.1.6 Pengaruh Dimeter Tulangan Longitudinal Kasus 6.1 Kasus 6.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 450 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 450 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 4. Diameter tulangan longitudinal, = 19,1 mm (#19) 22,2 mm (#22) 5. Diameter tulangan 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 6.1 Output kasus 6.2

no Kasus 6.1 Kasus 6.2 Selisih 1 Diameter tulangan (mm) 19,1 22,2 3,1 2 Rasio tulangan perlu 3,99 3,99 0 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 9489,97 9495,77 5,8 4 Jumlah tulangan perlu 33,121 24,532 8,589 5 Jumlah tulangan pasang 33 25 8 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 9455,196 9676,89 221,694 7 Rasio tulangan terpasang 3,979 4,073 0,094

5.2 Studi Kasus Unconfined

5.2.1 Pengaruh Mutu Beton Kasus 1.1 Kasus 1.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 35 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm Kasus 1.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 45 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 1.1 Output kasus 1.2

no Kasus 1.1 Kasus 1.2 Selisih 1 Mutu beton (Mpa) 35 45 10 2 Rasio tulangan perlu (%) 5,13 3,27 1,86 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 12195,84 7775,96 4419,88 4 Jumlah tulangan perlu 24,068 15,346 8,722 5 Jumlah tulangan pasang 24 15 9 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 12160,97 7600,61 4560,35 7 Rasio tulangan terpasang (%) 5,118 3,199 1,919

5.2.2 Pengaruh Dimensi Penampang Kasus 2.1 Kasus 2.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 600 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm Kasus 2.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 625 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 2.1 Output kasus 2.2

no Kasus 2.1 Kasus 2.2 Selisih 1 Diameter kolom (mm) 600 625 50 2 Rasio tulangan perlu (%) 3,39 2,36 1,03 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 9609,545 7258,695 2350,85 4 Jumlah tulangan perlu 18,964 14,325 4,639 5 Jumlah tulangan pasang 19 14 5 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 9627,442 7093,904 2533,538 7 Rasio tulangan terpasang (%) 3,40 2,31 1,09

5.2.3 Pengaruh Mutu Tulangan Longitudinal Kasus 3.1 Kasus 3.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 600 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 500 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm Kasus 3.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 600 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 550 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25,4 mm (#25) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 3.1 Output kasus 3.2

no Kasus 3.1 Kasus 3.2 Selisih 1 Mutu tulangan (MPa) 500 550 50 2 Rasio tulangan perlu (%) 3,36 3,31 0,05 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 9506,002 9361,041 144,961 4 Jumlah tulangan perlu 18,760 18,474 0,286 5 Jumlah tulangan pasang 19 18 1 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 9627,442 9120,734 506,708 7 Rasio tulangan terpasang (%) 3,405 3,225 0,18

5.2.4 Pengaruh Dimeter Tulangan Longitudinal Kasus 4.1 Kasus 4.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 600 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 19,1 mm (#19) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm Kasus 4.2 1. Dimensi kolom, Diameter = 600 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 22,2 mm (#22) 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 40 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 500 knm

Output kasus 4.1 Output kasus 4.2

no Kasus 4.1 Kasus 4.2 Selisih 1 Diameter tulangan (mm) 19,1 22,2 3,1 2 Rasio tulangan perlu 3,38 3,99 0,61 3 Luas tulangan perlu (mm 2 ) 9575,031 9599,191 24,16 4 Jumlah tulangan perlu 33, 418 24,799 8,619 5 Jumlah tulangan pasang 33 25 8 6 Luas tulangan terpasang (mm 2 ) 9455,196 9676,89 221,694 7 Rasio tulangan terpasang (%) 3,344 3,42 0,07

Fator Reduksi Data kolom : 1. Dimensi kolom, Diameter = 550 mm 2. Mutu beton, ƒ c = 30 MPa 3. Mutu tulangan, ƒ y = 400 MPa 4. Diameter tulangan longitudinal, = 25 mm 5. Diameter tulangan tranversal/sengkang, = 8 mm 6. Selimut beton (decking) = 25 mm 7. Beban aksial terfaktor, P u = 4000 kn 8. Momen terfaktor, M u = 400 knm

Confinement s Effect Unconfinement s Effect

Rasio Minimum Confinement s effect e SNI ACI selisih kenaikan(%) P M P M P M P M 0,15 2216,16 324,10 2223,36 325,15 7,20 1,05 0,33 0,33 0,20 1588,46 317,16 2003,02 398,96 414,55 81,80 26,10 25,79 0,24 1191,77 291,95 1650,15 404,24 458,37 112,29 38,46 38,46 0,29 925,05 265,62 1280,84 367,78 355,79 102,16 38,46 38,46 0,33 736,31 242,23 1019,51 335,40 283,20 93,17 38,46 38,46 0,37 619,54 230,67 826,89 307,87 207,35 77,20 33,47 33,47 Rasio Minimum Unconfinement s effect e SNI ACI selisih kenaikan(%) P M P M P M P M 0,24 1199,00 287,95 1212,18 291,25 13,18 3,30 1,10 1,14 0,35 671,12 232,24 835,99 289,44 164,87 57,20 24,57 24,63 0,47 435,05 205,78 545,43 258,18 110,39 52,40 25,37 25,46 0,66 275,09 182,14 329,70 218,52 54,61 36,38 19,85 19,97 1,01 160,92 162,91 187,36 189,97 26,43 27,06 16,43 16,61 1,97 74,88 147,27 85,32 168,34 10,45 21,08 13,95 14,31

Rasio Maximum Confinement s Effect e SNI ACI selisih kenaikan(%) P M P M P M P M 0,19 3670,98 686,24 3682,91 688,47 11,93 2,23 0,33 0,33 0,37 2058,81 767,28 2593,40 966,51 534,59 199,23 25,97 25,97 0,69 1075,52 746,07 1489,18 1033,02 413,66 286,95 38,46 38,46 1,73 446,87 774,16 562,93 975,23 116,06 201,07 25,97 25,97 Rasio Maximum Unconfinement s Effect e SNI ACI selisih kenaikan(%) P M P M P M P M 0,45 1458,20 660,37 1212,18 291,25 246,03 369,12 16,87 55,90 1,31 527,49 692,17 560,26 736,44 32,77 44,27 6,21 6,40 60,54 12,49 755,98 11,54 758,86 0,94 2,89 7,57 0,38

Output ACI 318-2002 (Unified Design Theory) Confinement s Effect Unconfinement s Effect

Output SNI 2847-2002(Limit State Theory) Confinement s Effect Unconfinement s Effect

Hasil Output Confinement s Effect e SNI ACI selisih kenaikan(%) P M P M P M P M 0,15 3120,57 474,50 3130,71 476,04 10,14 1,54 0,33 0,33 0,27 1949,60 517,91 2455,83 652,39 506,24 134,48 25,97 25,97 0,40 1251,75 495,05 1733,19 685,45 481,44 190,40 38,46 38,46 0,59 785,17 464,69 1087,15 643,42 301,99 178,73 38,46 38,46 1,03 452,94 466,64 571,64 588,93 118,70 122,29 26,21 26,21 4,29 108,59 466,20 125,13 537,25 16,55 71,05 15,24 15,24 Hasil Output Unconfinement s Effect e SNI ACI selisih kenaikan(%) P M P M P M P M 0,36 1458,40 525,28 1474,54 531,40 16,14 6,12 1,11 1,17 0,73 694,64 509,37 784,95 576,24 90,31 66,87 13,00 13,13 50,99 10,89 555,45 10,78 596,78 0,11 41,32 1,05 7,44

Output PCA COL Confinement s Effect Unconfinement s Effect

Perbedaan selisih dengan PCA Col Confinement s Effect ITS COLUMNS PCACOL SNI selisih kenaikan(%) e P M P M P M P M 0,1 4000 400 3770 377 230 23 6,1 6,1 ACI PCACOL selisih kenaikan(%) e P M P M P M P M 0,1 4000 400 3770 377 230 23 6,1 6,1 Perbedaan selisih dengan PCA Col Unconfinement s Effect ITS COLUMNS PCACOL SNI selisih kenaikan(%) e P M P M P M P M 0,1 4000 400 3895 391 105 9 2,69576 2,696 ACI PCACOL selisih kenaikan(%) e P M P M P M P M 0,1 4000 400 3895 391 105 9 2,69576 2,696

BAB VI PENUTUP

6.1 kesimpulan 1. Menentukan rasio tulangan longitudinal pada kolom dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi program bantu ITS Column v.1.2 karena lebih cepat dan mudah. 2. Menentukan titik koordinat yang tepat/paling mendekati pada diagram interaksi pada program ITS Column v.1.2 ini dilakukan dengan membulatkan jumlah tulangan perlu di atas jumlah tulangan perlu yang paling mendekati. 3. Nilai output program aplikasi ITS Column v.1.2 dapat dipertanggungjawabkan karena setelah diverifikasi dengan aplikasi program lain yaitu PCA Column ternyata menghasilkan nilai perhitungan yang hampir sama/sama.

6.2 Saran Digunakan metode iterasi dalam mendapatkan rasio tulangan yang lebih cepat Diharapkan untuk studi selanjutnya akan melengkapi program ini dengan code-code baru yang bersesuaian. Jika ada kekurangan yang dianggap perlu, disarankan untuk disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA MacGregor, J.G. 1992. Reinforced Concrete Mechanics and Design. Edisi ketiga. New Jersey : Prentice Hall Inc. Nawy, E.G. 1985. Reinforced Concrete : A Fundamental Approach. New Jersey : Prentice Hall Inc. Wang, C.K., dan Salmon, C.G. 1985. Reinforced Concrete Design. Edisi keempat. USA : Harper & Row Inc. Purwono, R., Tavio, Imran, I., dan Raka, I.G.P. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Penjelasan (S-2002). Surabaya : ITS Press. Mast, R.F. Maret-April 1992. Unified Design Provisions for Reinforced and Prestressed Concrete Flexural and Compression Members. ACI Structural Journal. V.89. No.2. Park, R., dan Paulay, T. 1975. Reinforced Concrete Structures. New York : Wiley. Dewobroto, W. 2003. Aplikasi Sain dan Teknik dengan Visual Basic 6.0. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Dewobroto, W. 2005. Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan Visual Basic 6.0 (Analisis dan Desain Penampang Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847- 2002). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.