BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

PENGARUH UPAH, PENGALAMAN KERJA DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA DEALER PUTRA UTAMA MOTOR DI NGUTER"

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

Discrimination and Equality of Employment

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB III INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

BAB 2 PERUSAHAAN dan LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERUSAHAAN & LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

1Konsep dan Teori Gender

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

Bab 1. Pendahuluan. sejak zaman dahulu. Selain untuk menyampaikan suatu pesan, bahasa juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Contohnya, perubahan kebudayaan, adat istiadat, peradaban manusia, nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat juga ikut mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang disebutkan di atas berpengaruh pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu negara yang mengalami perubahan tersebut adalah Jepang. Jepang mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya dalam bidang industri. Hal itu terbukti dari pertumbuhan dan kemajuan Jepang dalam bidang perekonomian, terutama setelah Perang Dunia II dan dipandang sebagai sesuatu yang sangat menakjubkan. Perekonomian Jepang merupakan suatu perpaduan dari kemajuan-kemajuan selain yang dicapai oleh sektor industri, juga perdagangan, perbankan, pertanian, serta semua unsur yang mendukung (Mangandaralam, 1993: 66). Selanjutnya dengan adanya penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi maju, maka selama beberapa dasawarsa tepatnya 1970 Jepang muncul sebagai masyarakat kelas menengah kota. Selain itu, Jepang termasuk 10 besar dunia dalam kemampuan dan kemajuan ekonomi. Sukses ini sebagaimana disebutkan di atas, terjadi setelah Perang Dunia II. Hal ini karena setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, muncul semangat patriotisme rakyat Jepang dan berkompensasi dengan tekad membangun negaranya melangkah maju ke depan, sehingga salah satunya menjadi negara yang berkembang pesat dalam bidang industri (Mangandaralam, 1993: 66). Jepang dapat dikatakan sebagai negara industri yang berkembang sangat pesat, karena Jepang dapat memanfaatkan semua sektor industrinya untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Contohnya seperti listrik. Dengan memakai listrik 110 Volt, Jepang bisa mencukupi kebutuhan seluruh rumah tangga di seluruh Jepang, dari Okinawa sampai Hokkaido, termasuk di daerahdaerah terpencil, baik untuk keperluan penerangan maupun untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan dengan tekanan 110 Volt, Jepang menggerakkan mesin industrinya sehingga dikagumi oleh negara-negara maju, di antaranya adalah industri otomotif, industri perkapalan, industri elektronik dan lain-lain (Rosidi, 2003: 109). Semua industri Jepang yang telah disebutkan di atas tidak akan

berjalan dengan baik jika tidak ada para pekerja yang mengatur, melaksanakan, menjalankan serta memantau kinerja industri tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, pekerja di Jepang umumnya didominasi oleh kaum pria dibandingkan kaum wanita. Hal itu dikarenakan kaum wanita lebih dominan bekerja sebagai ibu rumah tangga daripada bekerja di luar rumah. Selain itu, banyak ibu-ibu Jepang yang mengurus anak-anaknya agar berhasil dalam sekolah mereka sehingga kerap kali muncul yang dinamakan sebagai ibu pendidikan (kyouiku mama) (Fukutake, 1988: 49). Pilihan ibu-ibu Jepang untuk mengurus anak daripada bekerja, dipengaruhi oleh kebudayaan Jepang pada masa Meiji. Pada masa Meiji dalam Undang-Undang Jepang yang berlaku saat itu, yakni Undang-Undang Meiji 1889, tertuang tentang sistem keluarga di Jepang didasarkan pada sistem Ie, di mana kepala keluarga memiliki kekuasaan yang tertinggi dibanding anggota keluarganya, sedangkan untuk anggota keluarganya sendiri harus menaati segala aturan dan perintah yang dibentuk oleh kepala keluarga tersebut. Dalam sistem Ie kedudukan wanita sangat rendah. Mereka tidak memiliki hak apapun. Tugas mereka hanya mengurus rumah tangga dan anak mereka. Hal tersebut bertujuan untuk mendukung suami. Namun demikian, dengan diberlakukannya Undang-Undang Jepang 1946, merubah keadaan ini, di mana hak-hak wanita mulai diperhatikan. Perubahan undang-undang ini sebenarnya merupakan tujuan utama dari Amerika yang beranggapan bahwa Undang-Undang Meiji 1889 kurang memperhatikan hak-hak warga negara. Dalam Undang-Undang Baru 1946 mulai dimasukkan paham demokrasi sehingga berdasarkan paham ini hak-hak manusia sebagai warga negara lebih diperhatikan dan dijamin. Selain itu, Undang-Undang Jepang 1946 menimbulkan kepercayaan diri dan kemandirian bagi wanita Jepang. Mereka dididik di bawah jaminan persamaan hak di antara pria dan wanita. Terlebih lagi wanita Jepang yang bekerja sebagai karyawan telah meningkat khususnya di bidang industri (RANAH MINANG, diakses 31 Maret 2016). Namun demikian, pada 1971 untuk pertama kalinya terjadi sedikit penurunan jumlah wanita bekerja, dibandingkan dengan tahun sebelumnya meski mengalami peningkatan pada 1973. Penurunan jumlah pekerja wanita pada masa itu, menimbulkan pertanyaan dikarenakan pada saat itu kesamaan derajat antara pria dan wanita sudah setara, tetapi pada kenyataannya ada perbedaan jenis kelamin dalam dunia kerja. Selanjutnya pada tahun 1988-an jumlah wanita yang bekerja mencakup 35% dari seluruh pekerja. Meskipun hal itu menunjukkan proporsi yang tinggi dalam

ketenagakerjaan di Jepang, tetapi secara keseluruhan terdapat perbedaan-perbedaan besar antara tenaga kerja pria dan wanita (Fukutake, 1988: 109). Jika dilihat dari segi pendidikan, pada 1975 menunjukkan bahwa 32,4% wanita melanjutkan pendidikan mereka sampai tamat tingkat lanjutan atas (termasuk 5,7% di pendidikan tinggi), sedangkan para pria berjumlah 44,1% (termasuk 3,7% untuk pendidikan tinggi). Jika dibandingkan antara persentase wanita dan pria, maka persentase ini menggambarkan bahwa masalah tenaga kerja wanita itu akan menjadi persoalan penting pada masa depan. Hal ini dapat dikatakan karena keadaan ketenagakerjaan di Jepang mengandung praktek-praktek diskriminasi antara jenis kelamin di berbagai perusahaan (Fukutake, 1988: 109). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang diskriminasi gender pekerja di bidang industri di Jepang masa modern. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah : 1. Jepang merupakan negara modern dan memiliki ilmu pengetahuan serta teknologi yang tinggi. Sebagai negara modern, Jepang berhasil memajukan negaranya. 2. Kemajuan Jepang merupakan konstribusi dari perusahaan-perusahaan Jepang salah satunya dari bidang industri. 3. Kemajuan perusahaan Jepang bidang industri merupakan konstribusi dari sumber daya manusia Jepang. 4. Dalam perusahaan Jepang bidang industri terdapat diskriminasi gender. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada diskriminasi gender dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern 1955-2004. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis mengemukakan beberapa pertanyaan : 1. Bagaimana kemajuan perusahaan Jepang bidang industri di Jepang pada masa modern (1955-2004)?

2. Bentuk diskriminasi gender yang bagaimana dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern (1955-2004)? 3. Bagaimana solusi pemerintah Jepang terhadap diskriminasi gender dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern (1955-2004)? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui : 1. Kemajuan perusahaan Jepang bidang industri di Jepang pada masa modern (1955-2004). 2. Bentuk diskriminasi gender dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern (1955-2004). 3. Solusi pemerintah Jepang terhadap diskriminasi gender dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern (1955-2004). F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi penulis yaitu dapat mengetahui tentang sejarah, budaya dan kehidupan masyarakat Jepang, khususnya tentang perbedaan gender dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern. Penelitian ini juga dapat menambah wawasan bagi pembaca dan dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya sebagai referensi dalam penelitian terkait tema penelitian. G. Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Diskriminasi Diskriminasi berasal dari bahasa Inggris Discriminate yang berarti membedakan. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, jenis kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi (gurupendidikan, diakses 3 Juni 2016).

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut (sarjanaku, diakses 3 Juni 2016). Diskriminasi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu diskriminasi langsung dan diskriminasi tidak langsung. Diskriminasi langsung adalah diskriminasi yang terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras dan sebagainya dan menghambat adanya peluang yang sama. Sedangkan diskriminasi tidak langsung adalah diskriminasi yang terjadi saat peraturan bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan. Salah satu contohnya adalah diskriminasi di tempat kerja yang terjadi dalam berbagai macam bentuk, seperti dari struktur gaji, cara penerimaan karyawan, strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan atau kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif. Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang dimilikinya (Wikipedia, diakses 2 Juni 2016). Kemudian, ada beberapa pengertian diskriminasi menurut para ahli, antara lain : Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, diskriminasi termasuk perilaku, berdasarkan perbedaan dalam kategorisasi yang dibuat oleh alam atau masyarakat, yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya (gurupendidikan, diakses 3 Juni 2016). Menurut Sears, Feedman dan Peplau (1999) mengungkapkan bahwa diskriminasi merupakan perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok. Misalnya banyak perusahaan yang menolak mempekerjakan karyawan dari etnik tertentu. Lalu ada organisasi yang hanya mau menerima anggota dari etnik tertentu saja meskipun jelas-jelas organisasi itu sebagai organisasi publik yang terbuka untuk umum (psikologiku, diakses 3 Juni 2016). Menurut Theodorson dan Theodorson (1979: 115-116) diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, seperti berdasarkan ras, suku bangsa, agama atau keanggotaan kelas-kelas sosial (gurupendidikan, diakses 3 Juni 2016). Dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang No. 39 Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan pengertian diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau

pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan sosial lainnya (salimalfahrisy, diakses 3 Juni 2016). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, seperti berdasarkan ras, suku bangsa, agama atau keanggotaan kelas-kelas sosial. 2. Gender Gender mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang dan diarahkan pada peran sosial atau identitas dalam masyarakat (kamusq, diakses 3 Juni 2016). World Health Organization memberi batasan gender sebagai seperangkat peran, perilaku, kegiatan dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dalam suatu masyarakat. Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Dalam konsep gender yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Istilah gender yang berasal dari bahasa Inggris yang didalam kamus secara jelas dibedakan pengertian kata gender dan seks. Seks adalah perbedaan jenis kelamin secara biologis sedangkan gender perbedaan jenis kelamin berdasarkan hubungan sosial dan masyarakat. Dalam hal ini menyatakan bahwa gender adalah hubungan laki-laki dan perempuan secara sosial. Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam pergaulan hidup sehari-hari, dibentuk dan dirubah (Wikipedia, diakses 3 Juni 2016).

Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan pembangunan. Ada beberapa pengertian gender menurut para ahli seperti Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegaskan bahwa istilah gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut, yaitu gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, gender sebagai suatu kesadaran sosial, gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan. Berbeda dengan Hilary M. Lips, dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Lips sendiri mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya, perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat tersebut merupakan sifat yang dapat dipertukarkan dan sewaktu-waktu bisa berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lain, seperti ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa (kumpulanilmukesehatan, diakses 3 Juni 2016). Menurut John M. Echols dan Hassan Sadhily gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku (sarjanaku, diakses 3 Juni 2016). Selanjutnya menurut Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Istilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial budaya seorang laki-laki dan perempuan (scribd, diakses 4 Juni 2016). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa gender adalah mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang dan diarahkan pada peran sosial atau identitas dalam masyarakat.

3. Perusahaan Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi (Wikipedia, diakses 5 Mei 2016). Tujuan dari perusahaan secara umum adalah laba atau keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Biasanya suatu perusahaan tidak hanya mempunyai tujuan tunggal, tetapi mereka mempunyai banyak tujuan yang ingin dicapai. Contohnya seperti memproduksi barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, mempertahankan kelangsungan perusahaan, memuaskan kebutuhan konsumen serta menyediakan lapangan kerja. Adapun manfaat dari tujuan perusahaan, yaitu : a. Dapat membantu menetapkan organisasi sesuai dengan lingkungannya. b. Dapat membantu koordinasi keputusan-keputusan dan para pembuat keputusan. c. Menyediakan standar untuk menilai prestasi organisasi. d. Memudahkan proses perumusan dan implementasi strategi perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan, maka perusahaan menggunakan sumber daya yang tersedia. Sumber daya adalah faktor-faktor yang mempunyai daya untuk menghasilkan barang atau jasa dan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ada empat sumber daya yang harus dikelola secara cermat dan sistematis agar perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ke empat sumber daya tersebut adalah sumber daya alam, tenaga kerja, modal serta keahlian. Salah satu faktor terpenting adalah tenaga kerja, karena dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, tidak terlepas dari sumber daya manusia. Faktor tenaga kerja sangat penting karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang baik ditentukan oleh faktor tenaga kerja atau karyawan

dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, suatu perusahaan faktor tenaga kerja merupakan masalah kompleks, sehingga dibutuhkan usaha untuk memelihara dan mengembangkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (destyapurwaningtyas, diakses 6 Mei 2016). Selain memiliki tujuan, sebuah perusahaan juga memiliki ciri-ciri. Adapun ciri-ciri dari sebuah perusahaan, antara lain : a. Operatif, dalam perusahaan terdapat aktivitas ekonomi yang berkenaan dengan kegiatan produksi, penyediaan ataupun pendistribusian barang atau jasa. b. Koordinatif, diperlukan agar semua bagian dalam perusahaan dapat bergerak ke arah yang sama dan saling mendukung satu sama lain. c. Reguler, diperlukan keteraturan yang dapat mendukung aktivitasnya agar dapat bergerak maju. d. Dinamis, agar dapat bertahan perusahaan harus mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perusahaan tersebut. e. Formal, perusahaan harus merupakan lembaga resmi yang terdaftar di pemerintah. f. Lokasi, perusahaan didirikan pada tempat tertentu dalam suatu kawasan yang secara geografis jelas. g. Pelayanan Bersyarat, perusahaan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan. Ada dua fungsi perusahaan apabila kedua fungsi tersebut dijalankan dengan lancar, terkoordinir, terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, antara lain : a. Fungsi operasi. Yaitu, pembelian dan produksi, pemasaran, keuangan, personalia, fungsi utama perusahaan, akuntansi, administrasi, teknologi informasi, komunikasi, pelayanan umum dan undang-undang. b. Fungsi manajemen. Misalnya, perencanaan, pengorganisasian, pengarah, pengendalian. Bila keduanya berjalan dengan baik perusahaan akan menjalankan operasinya dengan lancar, terkoordinasi, terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan perusahaan agar sebuah perusahaan dapat berjalan,

berkembang dan maju sesuai yang diharapkan perusahaan (Pringganugraha, diakses 8 Mei 2016). Menurut Molengraaff, pengertian perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, untuk memperoleh penghasilan, bertindak keluar, dengan cara memperdagangkan, menyerahkan atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan (pengertianpakar, diakses 5 Juni 2016). Menurut M. Polak, perusahaan ada apabila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dari pembukuan. Abdul Kadir Muhammad menyatakan perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi (accounting media, diakses 5 Juni 2016). Kemudian menurut Swastha dan Sukotjo, perusahaan adalah suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan dan yang terakhir menurut Much Nurachmad, perusahaan adalah bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang mempekerjakan pekerja dengan membayar upah atau imbalan (dilihatya, diakses 5 Juni 2016). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. 4. Industri Menurut Dra. Sri Milaningsih, kata industri berasal dari bahasa Latin, yakni industria yang artinya buruh atau tenaga kerja. Industri juga bisa diartikan sebagai semua bentuk kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang bersifat produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan mendapatkan keuntungan dari barang produksi yang dihasilkan (hedisasrawan, diakses 5 Juni 2016). Menurut I Made Sandi, industri merupakan suatu bentuk usaha untuk memproduksi barang jadi melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah yang besar, sehingga barang produksi tersebut bisa diperoleh dengan harga rendah namun dengan mutu yang setinggi-tingginya (hedisasrawan, diakses 5 Juni 2016).

Menurut Hinsa Sahaan, industri merupakan bagian dari sebuah proses yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang bernilai bagi masyarakat luas (SeputarPengetahuan, diakses 5 Juni 2016). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa industri adalah suatu bentuk usaha untuk memproduksi barang jadi melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah yang besar. Industri juga bisa diartikan sebagai semua bentuk kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang bersifat produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan mendapatkan keuntungan dari barang produksi yang dihasilkan atau merupakan bagian dari sebuah proses yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang bernilai bagi masyarakat luas. H. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Teknik ini digunakan dari keseluruhan proses penelitian dengan memanfaatkan berbagai macam pustaka, seperti buku, website, materi-materi penelitian yang menjadi sumber untuk melakukan penelitian ini. I. Sistematika Penulisan Bab I, merupakan bab yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab II, merupakan bab yang memaparkan tentang kemajuan perusahaan Jepang bidang industri di Jepang pada masa modern. Bab III, merupakan bab yang menjelaskan tentang adanya diskriminasi gender dalam perusahaan Jepang di bidang industri pada masa modern (1955-2004). Bab IV, kesimpulan.