BAB II KAJIAN TEORI. 1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

(Tahun ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. untuk membawa bangsa ini keluar dari krisis menuju kemajuan. kemampuan mental, pikir (rasio, intelektual) dan kepribadian manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

SKRIPSI. Oleh: SUKARYATI NPM : P

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan sarana terciptanya sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Peneilitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah: 1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI di SD NU 02 Diponegoro Dukuh Dempok Wuluhan Jember. Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Cahya Ningrum, NIM 084 106 015, Jurusan Tarbiyah (STAIN Jember) bertempat di SD NU 02 Dukuh Dempok Wuluhan Jember. Metode yang digunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview dan dokumenter. Hasil penelitian menunjukkan kepala sekolah sudah melakukan usaha untuk meningkatkan kompetensi guru PAI dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai peningkatan mutu guru seperti pelatihan, workshop, diklat dan dorongan kepada guru untuk mengikuti kegiatan KKG PAI. 2. Siti Musyarrofah, 2010. Korelasi Pendidikan Kepramukaan Dengan Disiplin Siswa di SLTP Negeri 2 Jenggawah Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2003-2004. Jurusan Tarbiyah (STAIN Jember). Metode yang digunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan angket, observasi, interview, dokumentasi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pendidikan kepramukaan mempunyai korelasi dengan disiplin siswa ketika berada di 11

12 rumah meskipun rendah tetapi tidak ada korelasi ketika siswa berada di sekolah. 3. Hamidah, 2010. Kontribusi Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Madrasah Ibtida iyah Fathus Salafi Lembungsari Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2009/ 2010. Jurusan Tarbiyah (STAIN Jember). Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan interview, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi guru dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa, tampak pada kegiatan guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing yang dilakukan guru dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat menumbuhkan kedisiplinan siswa dalam kegiatan belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan dan persamaan dengan terdahulu No Penelitian Terdahulu Perbedaan Persamaan 1. Fahmi Cahya Ningrum (STAIN Jember 2014) Judul Skripsi Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI di SD NU 02 Diponegoro Dukuh Dempok Wuluhan Jember Pada penelitian terdahulu obyek penelitiannya adalah siswa SD sedangkan pada penelitian ini obyek penelitiannya adalah siswa SMP Sama- sama membahas tentang kompetensi guru dan menggunakan pendekatan kualitatif

13 2. Siti Musyarrofah (STAIN Jember 2010) Judul Skripsi Korelasi Pendidikan Kepramukaan dengan Disiplin Siswa di SLTP Negeri 2 Jenggawah Kec. Ajung Kab. Jember Tahun Pelajaran 2003-2004 3. Hamidah (STAIN Jember 2010) judul skripsi Kontribusi Guru dalam meningkatkan kedisplinan Belajar Siswa Madrasah Ibtida iyah Fathus Salafi Lembungsari Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2009/ 2010 Penelitian terdahulu menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan pada penelitian yang sekarang menggunakan metode kualitatif Penelitian terdahulu fokus penelitiannya pada kontribusi guru untuk meningkatkan disiplin belajar siswa, sedangkan pada penelitian yang sekarang berfokus pada kompetensi guru dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa Sama- sama membahas tentang disiplin siswa dan obyek penelitiannya samasama siswa SMP Sama- sama meneliti tentang disiplin siswa B. Kajian Teori 1. Kajian Teori tentang Kompetensi Guru PAI Pembahasan tentang Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi 2, yaitu pengertian kompetensi guru dan pengertian guru PAI, kemudian ditarik benang merah dari kedua pengertian tersebut. Tujuannya untuk mempermudah pemahaman tentang pengertian kompetensi guru PAI.

14 a. Pengertian Kompetensi Guru Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily(1987 :132) Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu Competence, yang berarti keahlian, kemampuan, atau wewenang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu (2007: 584). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan suatu kemampuan atau kecakapan seorang pendidik (guru) dalam mengaplikasikan dan memanfaaatkan situasi pembelajaran dengan menggunakan metode-metode pengajaran sehingga dapat diserap oleh peserta didik dengan mudah. Dengan demikian di dalam kompetensi ini adanya suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik di dalam hal penguasaan bahan pengajaran, penguasaan metode mengajar dan pengelolaan proses pembelajaran. Serta fakor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru pada SMP Nidhomiyyah Kertosari Pakusari Jember adalah latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan pengembangan profesi keguruan. Dalam proses pembelajaran tentunya guru mengacu pada kurikulum, sebagus dan seideal apapun itu jenisnya kurikulum seperti halnya KTSP, bahkan dengan kurikulum yang baru yakni Kurikulum

15 2013 tanpa dapat diimplementasikan oleh guru pada waktu proses pembelajaran, maka kurikulum tersebut hanyalah sebuah dokumen belaka, proses keberhasilan pelaksanaan dari kurikulum tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan atau kompetensi guru. b. Macam-macam Kompetensi Guru Seiring perubahan pola pikir manusia serta tuntutan dunia kerja yang yang mengikuti arah perubahan jaman yang terjadi pada dunia pendidikan, maka kompetensi harus dimiliki oleh seorang guru. Bagi sebuah profesi kompetensi merupakan sebuah tuntutan, begitu juga dengan profesi keguruan, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Seorang guru harus memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas yang diembannya agar bisa melaksanakan tugas secara optimal, kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah: 1) Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir A, E. Mulyasa, (2008: 75) menjelaskan pengertian dari kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik guru ialah

16 kemampuan seorang guru di dalam mengelola atau mengatur pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik. Di dalam pengertian tersebut disebutkan beberapa kemampuan yang terdapat di dalam kompetensi pedagogik guru. Apabila seorang guru memiliki kemampuan-kemampuan tersebut, maka guru tersebut dapat disebut telah memiliki kompetensi pedagogik guru. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila seorang guru tidak memiliki kemampuan-kemampuan tersebut maka guru tersebut belum memiliki kompetensi pedagogik guru. E. Mulyasa (2008: 77) mengutarakan langkah seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Hal tersebut meliputi atas tiga kegiatan, yakni : 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3) Pengendalian. Adapun penjelasan dari ketiga kegiatan di atas akan dajabarkan di bawah ini: a) Perencanaan Sebelum seorang guru mengelola pembelajaran, hendaknya guru tersebut merencanakan pembelajaran yang akan ia kerjakan. Perencanaan pembelajaran meliputi pembuatan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai. Jadi ketika guru tersebut melakukan proses pembelajaran guru tersebut telah memiliki tujuan yang berorientasi kedepan dan hal ini akan membantu guru tersebut dalam mengelola pembelajaran.

17 b) Pelaksanaan Seorang guru harus memberikan kepastian atas apa yang ia rencanakan seperti sumber daya manusia yang memadai dan sarana prasarana yang diperlukan. Agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang direncanakan dapat terlaksana, maka guru tersebut harus melaksanakan apa yang telah ia rencanakan. c) Pengendalian Pengendalian pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan pembelajaran kepada tujuan yang telah direncanakan. Apabila tidak ada kendali maka akan tidak pasti tujuan yang akan dicapai. 2) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Menurut Hamzah B. Uno (2009: 18-19), kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajar. Adapun kompetensi profesional mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu meliputi kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pembelajaran, serta kemampuan dalam mengembangkan sistem pembelajaran.

18 Pendapat lain dikemukakan oleh Martinis Yamin (2006: 5), kompetensi profesional yang harus dimiliki guru meliputi: a) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya. b) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan c) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa. 3) Kompetensi Kepribadian Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu (ditaati nasehat/ ucapan/ perintahnya) dan ditiru (di contoh sikap dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Zakiah Darajat dalam Syah ( 2000: 225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya

19 terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Dilihat dari aspek psikologis kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian meliputi antara lain: 1) Mantab dan stabil; 2) Dewasa; 3) Arif bijaksana; 4) Berwibawa; 5) Akhlak mulia (Syaiful Sagala, 2009: 33). Adapun penjelasannya sebagai berikut: a) Mantab dan stabil Artinya setiap guru memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku. b) Dewasa Artinya setiap guru mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. c) Arif bijaksana Artinya setiap guru tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masysarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. d) Berwibawa Artinya setiap guru harus mempunyai perilaku yang disegani sehingga pengaruh positif terhadap peserta didik.

20 e) Ahlak mulia Artinya setiap guru memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas dan suka menolong. 4) Kompetensi Sosial Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Anwar (2004: 63) mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Arikunto (2005:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. Kemampuan sosial yang harus dimiliki guru diantaranya: a) Interaksi guru dengan siswa b) Interaksi guru dengan kepala sekolah c) Interaksi guru dengan rekan kerja d) Interaksi guru dengan orang tua siswa dan e) Interaksi guru dengan masyarakat c. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Untuk mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab guru, maka perlu diuraikan terlebih dahulu tentang definisi guru.

21 Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didiknya. Isjoni (2008: 3) mengatakan guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitas sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang. Guru berjuang baik dengan fisik maupun non fisik. Di jaman perang kemerdekaan guru sudah berperan dan memiliki andil besar dalam mempertahankan republik ini, berjuang tanpa pamrih. Untuk non fisik, perjuangan guru terlihat di dalam memberi ilmu pengetahuan dan kepandaian kepada anak didiknya, sehingga anak didiknya menjadi pintar, pandai dan sudah berapa banyak anak didiknya yang menjadi orang besar. Menurut Undang- Undang No. 14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 tentang guru dan dosen, (2006: 83), menjelaskan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

22 peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Bila dikaitkan dengan pendidikan agama Islam, maka pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya jasmani maupun rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dari beberapa pendapat yang dijelaskan di atas, maka yang di sebut dengan guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang yang tugasnya mendidik, menjaga, membimbing, mengarahkan peserta didik menuju pendewasaaan sehingga mampu menunaikan kewajibannya dan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru PAI adalah kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki seorang guru Pendidikan Agama Islam yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan peserta didik sehingga mampu menunaikan kewajibannya dan menjadikan islam sebagai pedoman hidup. 2. Kajian Teori Perilaku Disiplin Siswa a. Pengertian perilaku disiplin siswa

23 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 859) perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan kata disiplin berasal dari bahasa latin disciplina yang merujuk kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah disiple yang berarti mengikuti orang belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi bentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Diantara kedua istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian disiplin (Suharsimi, 1993: 114). Ketertiban menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar. Disiplin atau siasat menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Sedangkan menurut Kansil pengertian disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan pada peraturan tata tertib dan sebagainya (Kansil, 2003: 92). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku disiplin sangat luas yaitu tingkah laku seseorang secara sadar dalam mentaati peraturan atau tata tertib dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitarnya yang mana semua itu berasal bimbingan, latihan yang berencana.

24 b. Pelaksanaan Disiplin Siswa Dalam era globalisasi di Indonesia membutuhkan manusia yang berkualitas. Sebagai masyarakat yang berkualitas pasti memiliki sikap disiplin yang tinggi. Sikap disiplin membentuk kepribadian dan watak. Hal ini ditegaskan dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 3 sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (2006: 7-8). Untuk menunjukkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan tersebut dilaksanakan dalam suatu lembaga baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal memerlukan peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah. Karena untuk mengatur suatu kehidupan siswa, baik yang bersifat intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. Peraturan dan tata tertib tersebut wajib ditaati oleh semua siswa. Dalam pelaksanaan disiplin yang dilakukan oleh anak/ siswa yang di bahas pada penelitian ini hanya pada dua lingkungan saja, yaitu: a. Disiplin Siswa di Sekolah; dan b. Disiplin Siswa di Kelas

25 1) Disiplin Siswa di Sekolah Menurut Oemar Hamalik (2010: 98) sekolah adalah suatu lembaga sosial yang berfungsi memenuhi/ memuaskan kebutuhan-kebutuhan murid dalam hal pendidikannya. Di pihak lain, murid- murid mengharapkan agar sekolah dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka. Sekolah dengan lembaga pendidikan formal perlu adanya peraturan-peraturan, tata tertib untuk ditaati dan dipatuhi. Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2009: 61-62), tata tertib disusun dalam rapat guru. Dengan adanya tata tertib diharapkan setiap siswa terbiasa mengikuti peraturan-peraturan. Tentu saja dalam penerapannya banyak mengalami hambatanhambatan untuk itu pihak sekolah perlu adanya usaha-usaha antara lain: a) Tata tertib diperkenalkan kepada anak secara jelas dan memiliki kelayakan untuk dilaksanakan b) Harus ada pengawasan tentang dilaksanakan atau tidaknya tata tertib ini agar tidak ada kesan bahwa tata tertib ini hanya main-main dan untuk menakut-nakuti saja. c) Apabila terjadi pelanggaran harus ada tindakan. Pendirian para pendidik sebaiknya lebih baik menghindari sanksi. Apabila diberikan sanksi berikan secara bertingkat dari yang paling ringan sampai yang terberat, yaitu dikeluarkan dari sekolah.

26 Oleh karena itu dalam kedisplinan siswa di sekolah, penelitian ini akan mengambil masalah-masalah sebagai berikut: a) Disiplin ketika masuk sekolah; b) Disiplin waktu Sekolah; dan c) Disiplin dalam berpakaian a) Disiplin ketika masuk sekolah Para siswa seharusnya datang ke sekolah 15 menit sebelum masuk sekolah (pelajaran dimulai), kemudian dianjurkan untuk berbaris di halaman sekolah. Hal ini dimaksudkan agar siswa bersikap disiplin, taat terhadap norma- norma dan tata tertib sekolah. Siswa mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan. Menurut Suharsimi Arikunto (1988:14) kewajiban siswa antara lain: (1) Hadir tepat pada waktunya. (2) Mengikuti pelajaran dengan baik (3) Mengikuti ulangan (ujian),atau kegiatan-kegiatan lain yang ditentukan oleh sekolah. (4) Mentaati tata tertib dan peraturan yang berlaku dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masuk sekolah para siswa/ pelajar harus datang tepat pada waktunya dan sebelum pelajaran dimulai. Lalu mengikuti pelajaran dengan tertib serta mengikuti tata tertib sekolah yang lain.

27 b) Disiplin waktu sekolah Waktu adalah suatu hal yang tidak ternilai harganya. Karena itu waktu merupakan masa yang berjalan, sehingga orang yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaikbaiknya, maka akan digilas oleh waktu. Allah SWT. menegaskan betapa kita harus menghargai waktu seperti yang tertuang dalam surat Al Ashr ayat 1-3: Artinya: 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benarbenar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Mahmud Junus,1987: 540). Pemanfaatan waktu dengan sebaik- baiknya merupakan bagian integral dari perilaku disiplin. Oleh karena itu, disiplin waktu dalam sekolah tidak hanya bagi siswa, namun juga bagi guru. Karena siswa meniru perilaku guru. Sehingga dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, seseorang akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. c) Disiplin dalam berpakaian Meskipun seseorang dapat memakai pakaian sesuai dengan keinginanannya, namun dalam hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam lingkungan

28 sekolah. Melatih siswa untuk berseragam adalah mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri siswa yang bersih, peduli diri sendiri. Namun demikian, jika hal itu tidak dicontohkan oleh guru dalam berbagai cara termasuk dalam hal berpakaian, maka tidak akan berhasil. Karena perilaku siswa mencerminkan perilaku guru dalam berbagai cara.(oemar Hamalik, 2009: 36). 2) Disiplin siswa dalam kelas Kelas harus mempunyai peraturan dan tata tertib. Sebagaimana tata tertib sekolah, maka peraturan dan tata tertib kelas ini harus dijelaskan dan dicontohkan kepada siswa serta dilaksanakan secara terus-menerus. Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa. Selain itu untuk mendapat suasana kelas yang baik dalam kegiatan belajar mengajar maka seorang guru harus menciptakan suasana yang lebih serasi dan menyenangkan, misalnya situasi keakraban dalam kelas. Menurut Slameto (2003: 100) salah satu diantara tuntutan seorang guru mata pelajaran adalah dapat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa-siswa melalui mata pelajaran yang diajarkannya. Oleh karena itu, agar siswa menjadi disiplin, guru harus memberi contoh dengan lebih dahulu berlaku disiplin. Diantara

29 perilaku disiplin siswa dalam kelas yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Disiplin terhadap tata tertib kelas; dan b. Mengikuti Proses Kegiatan Belajar Mengajar a) Disiplin terhadap tata tertib kelas Dalam proses belajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk diterapkan, karena dalam suatu sekolah yang tidak memiliki tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib kelas dengan baik, maka guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya tata tertib tersebut serta memberikan tindakan jika terjadi pelanggaran (Suharsimi dan Lia, 2009: 62). b) Mengikuti Proses Kegiatan Belajar Hampir separo waktu siswa berada di kelas dipergunakan untuk mendengarkan. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa mereka adalah pendengar-pendengar yang baik. Oleh karena itu seorang guru harus dapat mengajarkan kebiasaan mendengar yang baik kepada siswa, diantaranya ialah: (1) Memusatkan semua kekuatan fisik dan mental untuk mendengarkan;

30 (2) Menahan diri untuk tidak menyela pembicaraan; (3) Menunjukkan minat dan kesiapan; (4) Tunjukkan kesabaran, karena mendengarkan lebih cepat dari berbicara; (5) Bertanya jika tidak mengerti; (6) Tidak membuat penilaian sebelum pembicara selesai menyajikan uraiannya dan kita mengerti materi yang dibicarakan (Slameto, 2003: 111). Selain mendengarkan penjelasan dari guru, agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ ulangan harian, ulangan umum dan ujian. Menurut Slameto (2003:88-80) tugas-tugas yang bisa di berikan kepada siswa yaitu mengerjakan tugas rumah dan mengerjakan tugas sekolah. (a) Mengerjakan tugas rumah Jika siswa mempunyai kebiasaan untuk melatih diri mengerjakan soal-soal latihan serta pekerjaan rumah dengan disiplin, maka siswa tersebut tidak akan terlalu kesulitan dalam belajarnya, serta dapat dengan mudah mengerjakan setiap pekerjaan rumah yang diberikan guru.

31 (b) Mengerjakan tugas sekolah Adapun tugas di sekolah mencakup mengerjakan latihanlatihan tes atau ulangan harian, ulangan umum ataupun ujian, baik yang tertulis maupun lisan. (c) Tes atau ulangan Tes prestasi belajar dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar siswa (Djamarah, 2010: 106).