BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu negara yang menerapkan tarif pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pajak langsung, dan pajak tidak langsung. Contoh pajak langsung adalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya Indonesia mampu mewujudkan kemandirian bangsa dan Negara dalam. negeri yang cukup besar. Salahsatunya adalah Pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah pajak. Pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Implikasinya pada Penerimaan Pajak (Survey Pada KPP Di Kanwil Jawa Barat I)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah singkat KPP Pratama Bndung Karees. penjajahan Belanda, dalam perang dunia I ( ) keadaan keuangan

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Untuk mengkordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ITDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia timur. Inspektorat daerah ini kemudian menjadi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak) seperti yang ada sekarang ini (id.wikipedia.org). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 67/PMK.01/2008 perubahan kedua atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak bahwa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I adalah Instansi vertikal. Wilayah kerjanya meliputi Jawa Barat bagian selatan dan bertempat kedudukan di Bandung, yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan petunjuk teknis yang telah di tetapkan. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 48/PJ/2010, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Kanwil DJP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pajak, yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, analisis, evaluasi, penjabaran kebijakan serta pelaksanaan tugas di bidang perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disingkat KPP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah, yang mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, 1

dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 473/KMK.01/2004 perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 bahwa Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa barat I terdiri dari : a) Bagian Umum b) Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi c) Bidang Kerjasama, Ekstensifikasi, dan Penilaian d) Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak e) Bidang Pemeriksaan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat f) Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding g) Kelompok Jabatan Fungsional Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak yang berada di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak I Jawa Barat. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I ini berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, tidak ditemukan penelitian dengan judul pengaruh peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang melakukan penelitian pada KPP yang berada di lingkungan Kanwil Jabar I. Peneliti sebelumnya oleh Aminah Lainutu (2013) dengan judul Pengaruh jumlah Wajib Pajak PPh 21 Terhadap Penerimaan PPH 21, melakukan penelitian pada KPP Pratama Manado. Adapun pengembangan yang dilakukan oleh penulis terhadap penelitian terdahulu yaitu menggunakan variabel independen Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Wajib pajak di lingkungan Kanwil DJP Jabar I 2

jumlahnya terus mengalami kenaikan. Adapun data jumlah wajib pajak orang pribadi dan badan di lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun 2012 adalah seperti tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di Lingkungan Kanwil DJP Jabar I Tahun 2010-2012 Jumlah Persentase Tahun WP Orang Total WP Orang WP Badan WP Badan Pribadi Pribadi 2010 92.746 1.306.653 1.399.399 6,63% 93,37% 2011 104.986 1.500.510 1.605.496 6,54% 93,46% 2012 119.326 1.690.740 1.810.066 7,06% 93,41% Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I Dari tabel 1.1, terlihat bahwa wajib pajak di lingkungan Kanwil DJP Jabar I jumlahnya terus mengalami kenaikan. Menurut laporan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jabar I tersebut, per akhir 2012 angka pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan dan orang pribadi sudah mencapai 1,8 juta. Perbandingannya tahun 2010 hanya sebanyak 1,4 juta, tahun 2011 sebanyak 1,6 juta, dan tahun 2012 sebanyak 1,8 juta. Dari jumlah tersebut, wajib pajak orang pribadi memiliki jumlah wajib pajak terdaftar lebih besar dibandingkan jumlah wajib pajak badan. Terdapat rata-rata 93,41% jumlah wajib pajak pada KPP di lingkungan Kanwil DJP Jabar I tahun 2010-2012 di dominasi oleh wajib pajak orang pribadi, sedangkan rata-rata jumlah wajib pajak badan hanya 6,74%. 1.2. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah Indonesia yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat 3

merealisasikan tujuan tersebut diperlukan pembiayaan pembangunan yang berasal dari penerimaan negara. Sumber penerimaan negara pada dasarnya terbagi atas dua sumber, yaitu penerimaan dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Sumber penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional. Oleh karena itu pelaksanaan perpajakan sangat diatur guna mempertahankan penerimaan Negara. Pentingnya pajak terbukti dalam target penerimaan Negara yang tercantum dalam RAPBN yang ditentukan setiap tahunnya. Di dalam RAPBN terdapat target penerimaan khususnya penerimaan yang berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu komponen yang digunakan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan. Berikut ini adalah komposisi persentase realisasi penerimaan pajak negara dari tahun 2010 sampai tahun 2012 dalam miliar rupiah : Tabel 1.2 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2010-2012 (Milyar Rupiah) Tahun Total Penerimaan Negara Penerimaan Pajak Persentase 2010 992.249 723.307 72,90% 2011 1.205.346 873.874 72,50% 2012 1.357.380 1.016.237 75,25% Sumber : Departemen Keuangan Dari tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2010 sampai tahun 2012 lebih dari 50% penerimaan Negara berasal dari pajak. Pada tahun 2010, kontribusi penerimaan negara yang berasal dari pajak sebesar 72,90%. Pada tahun 2011, 72,50% penerimaan negara dihasilkan dari penerimaan pajak. Sedangkan pada tahun 2012, kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam negeri mancapai 75,25%. Hal ini membuktikan bahwa 4

dalam perkembangannya pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri untuk menjadi bangsa yang mandiri. Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak adalah melaksanakan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak dalam penerimaan negara. Direktorat Jendral Pajak yang dibebani tugas pencapaian penerimaan Negara tersebut harus bekerja ekstra agar target penerimaan tercapai. Salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan perluasan basis pajak, dalam hal ini adalah jumlah wajib pajak terdaftar. Dalam rangka menjamin kesinambungan penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dan memberikan keadilan dalam berusaha (level of playingfields), Pemerintah perlu memperluas basis pajak dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar untuk memiliki NPWP dan sekaligus kepatuhannya. Menurut Choiruman (2004), berhubung penerimaan pajak dibutuhkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan, Pemerintah akan terus berupaya menggali potensi pajak (tax coverage) seoptimal mungkin dan juga meningkatkan kepatuhan wajib pajak (taxpayers' compliance) (www.pajak.go.id). Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yaitu self assessment system, sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem pajak tersebut, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Sedangkan, intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dan pembinaan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak, dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum (Lainutu, 2013). 5

Dalam Cahya (2013), Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Hal tersebut dikarenakan sebagai instansi formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi jati dirinya, terpantau kehadirannya, terdeteksi kegiatannya dan transparan obyek pajaknya sehingga pemungutan pajak atas badan lebih optimal daripada orang pribadi. Pemungutan pajak atas orang pribadi terjadi kesulitan pemantauan dan pendeteksian Penghasilan Kena Pajak orang pribadi, terutama karena tidak adanya informasi transaksi finansial dari tiap orang. Akselerasi pembangunan, selain telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga telah meningkatkan pendapatan per kapita perorangan. Demikian pula untuk penghasilan yang diterima oleh warga sebagai orang pribadi semakin bervariasi, kalau semula penghasilan yang diterima hanya berbentuk gaji dan upah dari satu tempat pemberi kerja, sekarang banyak yang mempunyai penghasilan dari beberapa tempat kerja atau usaha sendiri dan profesi. Selaras dengan semakin membesarnya kebutuhan pembiayaan negara dan desakan kemandirian pembiayaan, pemerintah harus menemukan sumber penerimaan negara yang elastis dan berkelanjutan. Pajak Penghasilan orang pribadi memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, secara bertahap harus menjadi instrumen yang efisien untuk meningkatkan penerimaan negara Kegiatan pemerintah dalam pembangunan nasional senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, hal ini berpengaruh pada kebutuhan anggaran belanja negara (Cahya, 2013). Dalam Lainutu (2013), jumlah Wajib Pajak adalah jumlah total dari orang pribadi yang menurut ketentuan perpajakan, ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Adapun jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama yang ada di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jabar I terus bertambah dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama yang ada di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun 2012 adalah seperti tabel 1.3 berikut: 6

Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I Tahun 2010-2012 Kode KPP Pratama Jumlah WP OP Terdaftar 2010 2011 2012 405 KPP Pratama Sukabumi 116.350 145.869 170.022 406 KPP Pratama Cianjur 63.899 77.373 92.733 409 KPP Pratama Purwakarta 74.712 86.907 98.502 421 KPP Pratama Cimahi 149.891 170.541 190.805 422 KPP Pratama Bandung Tegallega 69.690 76.622 83.782 423 KPP Pratama Bandung Cibeunying 83.238 91.424 98.056 424 KPP Pratama Bandung Karees 86.947 95.848 103.353 425 KPP Pratama Tasikmalaya 86.930 101.817 111.215 428 KPP Pratama Bandung Bojonagara 82.322 88.841 95.860 429 KPP Pratama Bandung Cicadas 93.142 104.931 115.405 442 KPP Pratama Ciamis 70.745 81.043 92.492 443 KPP Pratama Garut 76.952 91.774 111.791 446 KPP Pratama Sumedang 57.327 66.089 78.023 445 KPP Pratama Soreang 107.559 121.622 135.131 446 KPP Pratama Sumedang 57.327 66.089 78.023 Total 1.306.653 1.500.510 1.690.740 Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I Dari Tabel 1.3, terlihat bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di semua KPP Pratama lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun 2012 terus mengalami peningkatan, sehingga total wajib pajak orang pribadi secara keseluruhan juga ikut meningkat. Peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi terbesar terjadi pada KPP Pratama Sukabumi tahun 2010 sampai tahun 2011 sebesar 25,37%, sedangkan untuk 7

tahun 2011 sampai tahun 2012 peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi terbesar terjadi pada KPP Pratama Garut sebesar 21,81%. Jumlah wajib pajak orang pribadi yang terus mengalami peningkatan tersebut, diharapkan juga bisa meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Adapun data perkembangan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010-2012 adalah seperti tabel 1.4 berikut: Kode Tabel 1.4 Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I Tahun 2010-2012 Jumlah Penerimaan Pajak OP KPP Pratama 2010 2011 2012 405 KPP Pratama Sukabumi 20.819.411.034 21.207.729.515 24.305.321.863 406 KPP Pratama Cianjur 12.989.548.963 14.628.930.120 14.184.828.821 409 KPP Pratama Purwakarta 8.966.506.452 8.305.682.467 10.767.486.603 421 KPP Pratama Cimahi 26.719.138.088 34.510.944.769 29.130.012.459 422 KPP Pratama Bandung Tegallega 48.505.052.924 58.839.062.802 67.073.485.926 423 KPP Pratama Bandung Cibeunying 83.170.392.603 129.878.400.201 126.639.284.296 424 KPP Pratama Bandung Karees 62.592.291.201 74.369.559.702 85.870.799.643 425 KPP Pratama Tasikmalaya 24.493.206.340 24.650.927.648 31.703.557.811 428 KPP Pratama Bandung Bojonagara 64.920.759.259 80.508.035.357 110.905.010.580 429 KPP Pratama Bandung Cicadas 23.113.199.706 29.708.857.840 38.453.505.579 442 KPP Pratama Ciamis 7.040.520.797 8.779.324.870 9.454.121.044 443 KPP Pratama Garut 7.824.910.204 7.414.908.585 9.417.374.570 444 KPP Pratama Majalaya 10.330.547.215 13.468.757.468 16.360.548.090 445 KPP Pratama Soreang 13.922.293.357 19.580.840.772 27.853.263.013 446 KPP Pratama Sumedang 5.533.285.470 12.546.195.032 15.673.461.149 Total 420.941.063.613 538.398.157.148 617.792.061.447 Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I 8

Dari Tabel 1.4, terlihat bahwa secara total penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada KPP Pratama lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun 2012 terus mengalami peningkatan, namun dalam beberapa KPP ditemukan terjadinya penurunan penerimaan pajak penghasilan. Pada tahun 2010-2011, peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi terbesar terjadi pada KPP Pratama Sumedang sebesar 126,7%, sedangkan pada tahun 2011-2012 peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi terbesar terdapat pada KPP Pratama Bandung Soreang sebesar 42,25%. Penurunan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi terbesar pada tahun 2010-2011 terjadi pada KPP Pratama Purwakarta sebesar 7,37%, sedangkan pada tahun 2011-2012 penurunan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi terbesar terjadi pada KPP Pratama Cimahi sebesar 15,59%. Penurunan penerimaan pajak juga terjadi pada KPP Pratama Garut tahun 2011, sedangkan untuk tahun 2012 penurunan penerimaan pajak juga terjadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dan KPP Pratama Cianjur. Berdasarkan data jumlah wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama di lingkungan DJP Jabar I (Tabel 1.3), terlihat bahwa upaya Direktorat Jendral Pajak dengan memperluas basis pajak telah dilakukan. Hal tersebut terlihat dari perkembangan jumlah wajib pajak orang pribadi yang terus meningkat dari tahun 2010-2012. Namun, upaya peningkatan jumlah wajib pajak tersebut tidak selalu diiringi dengan meningkatkan jumlah penerimaan pajak pada beberapa KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I (Tabel 1.4). Meskipun jumlah wajib pajak pada KPP tersebut mengalami peningkatan, namun penerimaan pajaknya justru mengalami penurunan. Hal tersebut bisa dilihat dengan membandingkan tabel 1.3 dengan tabel 1.4. Misalnya pada KPP Pratama Cianjur, jumlah wajib pajak tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yaitu 19,85% namun, penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 3,04%. Pada KPP Pratama Purwakarta, jumlah wajib pajak tahun 2010-2011 mengalami peningkatan yaitu 16,32% 9

namun, penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 7,37%. Pada KPP Pratama Cimahi, jumlah wajib pajak tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yaitu 11,88% namun, penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 15,59%. Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying, jumlah wajib pajak tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yaitu 7,25% namun, penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 2,49%. Kemudian pada KPP Pratama Garut, jumlah wajib pajak tahun 2010-2011 mengalami peningkatan yaitu 19,26% namun, penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 5,24%. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Lainutu (2013) dan Syahab (2008) yang menyatakan bahwa jumlah wajib pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan, artinya semakin meningkatnya jumlah wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan juga akan meningkat. Dalam penelitian Lainutu (2013) membuktikan bahwa jumlah Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Manado. Penelitian lain yang sejalan yaitu Syahab (2008), membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara penambahan wajib pajak terdaftar (dalam hal ini jumlah wajib pajak) terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan. Kepatuhan wajib pajak adalah faktor penting dalam merealisasikan target penerimaan pajak. Semakin tinggi kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan pajak akan semakin meningkat, demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya menumbuhkan kepatuhan wajib pajak sudah seharusnya menjadi agenda utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP), selain memacu kinerja pegawai agar memiliki kemampuan, dedikasi, wawasan, dan tanggung jawab sebagai penyelenggara Negara di bidang perpajakan. Kepatuhan wajib pajak mencakup kepatuhan mencatat atau membukukan transaksi usaha, kepatuhan melaporkan kegiatan usaha sesuai peraturan yang berlaku, serta kepatuhan terhadap semua aturan perpajakan lainnya. Di antara ketiga jenis kepatuhan tersebut, yang paling mudah diamati adalah kepatuhan 10

melaporkan kegiatan usaha, karena seluruh wajib pajak berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan usahanya setiap bulan dan/atau setiap tahun dalam bentuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) (www.pajak.go.id). Menurut Devano dan Rahayu (2006:112), kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Suatu keadaan dimana wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut telah memenuhi ketentuan formal (Devano dan Rahayu, 2006:110). Berbeda dengan data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terus mengalami kenaikan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I tahun 2010-2012, pola yang berbeda ditemukan pada data kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang dilihat dari jumlah SPT yang masuk pada KPP Pratama yang ada di wilayah Kanwil DJP Jabar I. Pada data jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada KPP Pratama mengalami kenaikan dan penururan. Kenaikan jumlah SPT yang masuk berarti semakin meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak sehingga akan berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak. Sedangkan penurunan jumlah SPT yang masuk berarti semakin berkurangnya jumlah Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak sehingga akan berdampak pada menurunnya penerimaan pajak. Berikut adalah tabel 1.5 untuk data jumlah SPT Masuk orang pribadi pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I: 11

Tabel 1.5 Jumlah SPT Masuk Orang Pribadi pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I Tahun 2010-2012 Kode KPP Pratama Jumlah SPT Masuk 2010 2011 2012 405 KPP Pratama Sukabumi 26.905 47.880 52.091 406 KPP Pratama Cianjur 18.155 23.870 33.874 409 KPP Pratama Purwakarta 28.017 32.696 39.202 421 KPP Pratama Cimahi 36.742 69.384 78.060 422 KPP Pratama Bandung Tegallega 30.398 26.582 30.053 423 KPP Pratama Bandung Cibeunying 33.593 19.545 37.391 424 KPP Pratama Bandung Karees 31.651 37.078 36.291 425 KPP Pratama Tasikmalaya 52.604 36.900 39.867 428 KPP Pratama Bandung Bojonagara 27.790 30.405 35.987 429 KPP Pratama Bandung Cicadas 27.502 44.559 44.361 442 KPP Pratama Ciamis 29.532 32.444 40.981 443 KPP Pratama Garut 17.352 26.636 42.099 444 KPP Pratama Majalaya 33.461 39.708 54.512 445 KPP Pratama Soreang 38.727 59.598 42.252 446 KPP Pratama Sumedang 20.159 36.370 32.815 Total 452.588 563.655 639.836 Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I Dari Tabel 1.5, terlihat bahwa penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama lingkungan Kanwil DJP Jabar I mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Pada tahun 2011, terjadi peningkatan penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi terbesar pada KPP Pratama Cimahi sebesar 88,84%, sedangkan penurunan penyampaian SPT terbesar terjadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying sebesar 41,82%. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan penyampaian SPT 12

wajib pajak orang pribadi terbesar pada KPP Pratama Bandung Cibeunying sebesar 91,31%, sedangkan penurunan penyampaian SPT terbesar terjadi pada KPP Pratama Soreang sebesar 29,11%. Dari data jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada KPP Pratama di lingkungan DJP Jabar I (Tabel 1.5), terlihat bahwa perkembangan jumlah SPT wajib pajak orang pribadi yang disampaikan mengalami peningkatan dan penurunan. Penurunan jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada beberapa KPP tersebut terjadi karena ada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPTnya, berarti kepatuhan formal perpajakan wajib pajak tersebut menurun. Namun, meningkatnya jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk tersebut tidak selalu diiringi dengan meningkatkan jumlah penerimaan pajak, begitu juga dengan menurunnya jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk tersebut tidak selalu diiringi dengan menurunnya jumlah penerimaan pajak. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan tabel 1.4 dengan tabel 1.5. Misalnya, terjadi penurunan jumlah SPT yang disampaikan pada tahun 2012 pada KPP Pratama Sumedang sebesar 9,77%, KPP Pratama Soreang 29,11%, dan KPP Pratama Bandung Karees 2,12% namun, jumlah penerimaan pajak mengalami kenaikan yaitu 24,93% pada KPP Pratama Sumedang, 42,25% pada KPP Pratama Soreang, dan 15,46% KPP Pratama Bandung Karees. Kemudian, pada KPP Pratama Garut dan KPP Pratama Purwakarta jumlah SPT yang disampaikan tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu 53,50% dan 16,70% namun jumlah penerimaan pajak terjadi penurunan yaitu 5,24% dan 7,37%. Selanjutnya, pada KPP Pratama Tasikmalaya terjadi penurunan jumlah SPT yang masuk pada tahun 2011 sebesar 29,85%, namun jumlah penerimaan pajaknya justru meningkat 0,64%. Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying terjadi penurunan jumlah SPT masuk pada tahun 2011 sebesar 41,82% dan kenaikan jumlah SPT masuk pada tahun 2012 sebesar 91,31%, namun penerimaan pajaknya pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan 56,16% dan pada tahun 2012 menunjukan penurunan penerimaan pajak 2,49%. Data penurunan jumlah SPT masuk pada KPP Pratama Bandung Tegalega tahun 2011 sebesar 12,55%, justru dapat meningkatkan jumlah penerimaan 13

pajaknya sebesar 21,31%. Pada SPT yang disampaikan dari tahun 2012 di KPP Pratama Cimahi dan KPP Pratama Cianjur mengalami peningkatan yaitu 12,5% dan 41,91%, namun jumlah penerimaan pajak terjadi penurunan yaitu sebesar 15,59% dan 3,04%. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Rosdiana (2013) dan Suhendra (2010). Penelitian Rosdiana (2013) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan. Semakin patuh wajib pajak maka akan meningkatkan penerimaan pajak. Begitu juga dengan penelitian Suhendra (2010) yang menunjukkan terdapat pengaruh antara tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan dikarenakan semakin bertambahnya pengetahuan wajib pajak yang mengerti dan memahami sistem perpajakan di Indonesia. Kondisi seperti itu, akan berdampak positif pada perilaku wajib pajak terhadap kesadaran dan kepatuhan dalam hal menghitung dan membayar sendiri utang pajak yang terutang, serta menyampaikan SPT Tahunan PPh tepat pada waktunya sehingga akan signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan setiap tahunnya. Menurut Pangemanan (2013) kepatuhan wajib pajak dalam hal ini pelaporan SPT tahunan tidak mendukung adanya peningkatan penerimaan pajak penghasilan dengan alasan kemungkinan adanya pelaporan yang terlambat dan tidak rill. Dalam keadaan ini, dimana wajib pajak terlambat melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahunan atau melewati tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut tidak memenuhi ketentuan formal perpajakan. Hingga saat ini, hanya sekitar 1,2 juta wajib pajak di Jabar dan hanya 55 persen dari jumlah ini yang patuh menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan. Hal ini disampaikan Kepala Kanwil Pajak Jabar I Adjat Djatnika dalam Acara Pekan Panutan Penyerahan SPT Pajak Tahunan. Padahal sekitar 80 persen pendapatan baik secara nasional mau pun ditingkat daerah berasal dari pajak. Adjat Djatnika mengatakan jumlah pajak yang diperoleh di Jabar pada 2010 sebedar Rp 11,5 triliun, 2011 Rp 12,5 triliun, 14

dan 2012 Rp14 triliun. Kanwil Pajak Jabar menargetkan tahun 2013, besar pajak bisa mencapai Rp18 triliun. Dia optimistis jumlah ini bisa tercapai karena paling tidak tahun ini sekitar 250 ribu wajib pajak bertambah (www.pikiran-rakyat.com). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti termotivasi untuk menganalisa lebih jauh mengenai pengaruh pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. Penelitian ini mengambil judul Pengaruh Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 3. Bagaimana pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 4. Bagaimana pengaruh secara simultan pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 5. Bagaimana pengaruh secara parsial pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 15

a) Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? b) Bagaimana pengaruh kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 2. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 3. Untuk mengetahui pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 5. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? a) Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? b) Bagaimana pengaruh kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I? 16

1.5. Kegunaan Penelitian 1.5.1. Aspek Teoritis Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, antara lain: a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan serta menambah wawasan mengenai perpajakan khususnya mengenai penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. b) Penelitian ini juga sebagai sarana pengembangan dan penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari selama bangku perkuliahan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.5.2. Aspek Praktis Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah: a) Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan kajian sejauh mana kewajiban perpajakan yang dilaksanakan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. b) Bagi Direktorat Jenderal Pajak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input alternatif terhadap berbagai pertimbangan kebijakan peraturan perundang-undangan untuk memaksimalkan penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi. c) Bagi Wajib Pajak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang perpajakan dan undang-undang perpajakan agar wajib pajak mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 1.6. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: 17

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini menguraikan landasan teori yang digunakan sebagai acuan dasar bagi penelitian khususnya mengenai perpajakan. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, tinjauan umum mengenai variabel dalam penelitian, pengembangan kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, populasi dan sampel, serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian. Selain itu, disajikan keterbatasan serta saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 18