KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA SASAK, BAHASA OGAN, BAHASA MINANGKABAU, DAN BAHASA SUMBAWA

dokumen-dokumen yang mirip
KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf

WAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO. Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

Rendi Rismanto* ABSTRAK

BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

GLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR

II. GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM PROTO- AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MUNA, BAHASA CIA-CIA DAN BAHASA WOLIO DI SULAWESI TENGGARA

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah. Nama mata kuliah : Linguistik Komparatif Kode Mata Kuliah : IN419

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

PERUBAHAN SILABEL KOSAKATA (SILABEL AWAL) BAHASA MINANGKABAU DAN BAHASA INDONESIA: ANALISIS KOMPARATIF

PERUBAHAN BUNYI FONEM VOKAL ETIMON-ETIMON PROTO- AUSTRONESIA DALAM BAHASA INDONESIA

PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

ANALISIS PENGGUNAAN RAGAM BAHASA BAKU PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri

BAHASA PASER DI KALIMANTAN TIMUR

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

K A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

SISTEM FONOLOGI BAHASA LAMALERA

Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen dan membaca. Mahasiswa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Telepon: , Faksimile.

PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES

ANALISIS MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT SUB DIALEK MELAYU PANCUR KABUPATEN LINGGA

BAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB II KERANGKA TEORETIS. bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur

DESKRIPSI, SILABUS, DAN SAP

ANALISIS PERBANDINGAN MORFEM BAHASA MELAYU SUB DIALEK BINTAN PESISIR (DESA KELONG-DESA NUMBING)

2 (Pasir) 1 di Provinsi Kalimantan Timur. Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian terhadap bahasa Paser (selanjutnya disingkat PSR). Kal

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

GEOGRAFI DIALEK BAHASA MELAYU LOLOAN DI KABUPATEN JEMBRANA BALI SKRIPSI. Oleh : ZIHAN SAFITRI

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN FONEM KOSAKATA SERAPAN BAHASA SANSKERTA DALAM BAHASA BALI

PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN SILABUS LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF DR418. dibuat oleh

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK MASYARAKAT TELAGA TUJUH KECAMATAN DURAI KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

REKONSTRUKSI PROTODIALEK BERDASARKAN EVIDENSI BAHASA JAWA DI BANYUWANGI, TENGGER, BLITAR, DAN GRESIK

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA MORFEM SUB DIALEK BAHASA MELAYU MASYARAKAT SEKANAH KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

KEKERABATAN BAHASA BATAK, BAHASA NIAS, DAN BAHASA MELAYU TESIS JULIANA /LNG

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PERBEDAAN BAHASA MELAYU PONTIANAK KALIMANTAN BARAT DENGAN BAHASA INDONESIA STANDAR

DAFTAR PUSTAKA. Allan, Keith Natural Language Semantics. Massachusetts: Blackwell.

RISKI EKA AFRIANTI NIM

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1

BAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang

REFLEKSI FONOLOGIS PROTOBAHASA AUSTRONESIA (PAN) PADA BAHASA LUBU (BL)

Klasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.

DAFTAR PUSTAKA. Bahasa Batak Wikipedia Indonesia, Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.

PERSETUJUAN PEMBIMBING...

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROSES FONOLOGIS DALAM PENGADOPSIAN KATA BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA CIACIA DI KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

BAB V PENUTUP. burung lawet ini adalah elips (pelesapan S,P,O,K) hal ini dilakukan untuk

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK DESA LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR KABUPATEN LINGGA

MORFOFONEMIK DALAM AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK BETAWI TESIS

dengan penjelasan pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945, bahasa-bahasa di Indonesia seperti bahasa Jawa, Bahasa Sunda, dan Bahasa Batak berkedudukan sebag

K A N D A I. Volume 9 No. 1, Mei 2013 Halaman 1-8

ANALISIS MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

Transkripsi:

KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA SASAK, BAHASA OGAN, BAHASA MINANGKABAU, DAN BAHASA SUMBAWA Arifa Rachmi Putri Undip Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Email: arifaputri10@gmail.com ABSTRACT Putri, Arifa Rachmi. 2017. " Phonemic Correspondence of Sasak, Ogan, Minangkabau, and Sumbawa Language". A thesis (S-1) of Indonesian Literature Faculty of Cultural Sciences, Diponegoro University. Advisor: Dr. M. Suryadi, M. Hum, and Drs. Mujid F. Amin, M.Pd. This study aims to describe set and form of the phonemic correspondence, and the type of sound change in Sasak, Ogan, Minang, and Sumbawa language. These four languages belong to the Austronesian family. So this language is alleged to have close kinship. This can be evidenced by the phonemic correspondence that occurs regularly in the four comparable languages. The type of data used is secondary data, which is obtained from literature study. The data crawl tool used the list of vocabulary Swadesh amounted to 300 vocabulary. Data analysis using the classical comparison method by going through the stages, determining the set of correspondence phonemis, then reconnaissance phonemis on a number of pairs of words that appear on the correspondence set. Phonemic reconstructions are then performed to determine the proto phonemes that derive the languages of the kin. Based on this study found phonemic correspondence, /a~e~o/, /q~h/, /t~?/. After the correspondence formula can be formulated, it can be seen that the Sasak language, and the Sumbawa language is a separate language class with the same correspondence, while the Ogan language, and Minang languages are different groups. Keywords: Phonemic Correspondence, Sound Behavior Type, Correspondence Formula

Pendahuluan Aspek bahasa yang paling cocok untuk dijadikan bahan studi perbandingan adalah bentuk. Struktur formal bahasa-bahasa tidak menimbulkan masalah dalam perbandingan dengan struktur makna. Kaidah-kaidah mengenai kekerabatan antarbahasa dapat dirumuskan secara meyakinkan dengan mempergunakan kesamaan bentuk yang telah diselidiki dan dipelajari secara sistematik (Keraf, 1996: 33). Dengan demikian bahasa mana pun di bumi ini dapat menjadi objek perbandingan. Tiap bahasa di dunia memiliki ciri-ciri kesemestaan (universal) tertentu. Kesemestaan bahasa itu mencakup kesamaan dalam bentuk dan makna. Artinya tiap bahasa memiliki bentuk-bentuk tertentu yang dikaitkan dengan maknanya yang khas untuk memudahkan referensi. Kemudian, tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional yang terkecil yaitu fonem dan morfem. Walaupun jumlah fonem itu kecil dan berbeda dari bahasa ke bahasa, tetapi terdapat kenyataan yang menarik bahwa tiap bahasa memiliki perangkat yang terkecil untuk membedakan makna kata, dan gabungan dari bunyi-bunyi yang sangat terbatas ini mampu mengahasilkan perlambang (kata) yang terbatas jumlahnya. Fonem pada bahasa-bahasa jumlahnya berkisar 15 sampai 50 buah fonem, tetapi jumlah ini sanggup menghasilan ribuan morfem (kata), yaitu satuan yang terekecil yang mengandung makna. Terakhir, tiap bahasa di dunia ini memiliki kelas-kelas kata tertentu, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti orang dan kata bilangan (Keraf, 1996: 34-35). Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna terdapat dalam bahasa-bahasa di Nusantara. Bahasa-bahasa daerah di Nusantara yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia memiliki banyak kesamaan yang masih dapat diteliti, karena berasal dari satu induk bahasa yang sama. Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna juga terlihat pada bahasa Sasak, Ogan, Minangkabau, dan Sumbawa. Keempatnya termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Dilihat dari perkembangan bahasanya, keempat bahasa tersebut masih hidup dan berkembang hingga saat ini masih digunakan oleh masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Bahasa Sasak digunakan oleh etnis suku sasak yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, kemudian bahasa Ogan digunakan oleh etnis suku Ogan di Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan bahasa Minang etnis Minangkabau yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat, dan bahasa Sumbawa digunakan oleh masyarakat suku bangsa Sumbawa di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini mengkaji korespondesi fonem yang dimiliki oleh bahasa Sasak, bahasa Ogan, bahasa Minangkabau, dan bahasa Sumbawa berdasarkan hukum bunyi, rekontruksi fonemis, dan rekontruksi morfemis. Dari perubahan itu dapat diketahui korespondensi bunyi dalam bahasa Sasak, bahasa Ogan, bahasa Minangkabau, dan bahasa Sumbawa untuk mengetahui hubungan kekerabatan berdasarkan korespondensi fonemis. Metode Penelitian Data penelitian ini berupa fonem dari bahasa Sasak, bahasa Ogan, bahasa Minangkabau, dan bahasa Sumbawa dilakukan dengan metode studi kamus dengan teknik catat. Data fonem yang dicari merupakan fonem memiliki nilai korespondensi dari 300 Kosakata Dasar Swadesh. Pembahasan Dalam penelitian ini, penulis paparkan sebuah analisis untuk menentukan korespondensi fonemis, formula korespondensi fonemis, dan pola kekerabatan bahasa Sasak (BS), bahasa Ogan (BO), Bahasa Minangkabau (BM), dan bahasa Sumbawa (BSb). Analisis yang digunakan penulis adalah metode korespondensi fonemis yang merupakan metode untuk menemukan hubungan antarbahasa dalam bidang bunyi bahasa. Korespondensi fonemis pada bahasa Sasak (BS), bahasa Ogan (BO), Bahasa Minangkabau (BM), dan

bahasa Sumbawa (BSb) dilakukan dengan melalui empat tahapan. (1) menentukan glos yang tidak diperhitungkan di antaranya kata-kata kosong, kata-kata pinjaman, kata jadian, dan bentuk inovasi; (2) menentukan perangkat korespondensi fonemis; (3) rekurensi fonemis; rekontruksi fonemis (phonemic recurence). 1. Gloss yang Tidak Diperhitungkan a. Kata-kata Kosong Kata kosong adalah gloss yang tidak ada katanya dalam bahasa yang diperbandingkan. Dalam penelitian ini tidak terdapat kata kosong karena ditemukan kata di setiap gloss dari keempat bahasa yang diperbandingkan. b. Kata Pinjaman Kata pinjaman (borrowing) adalah kata pinjaman yang masih berasal dari satu kerabat bahasa yakni PAN (Proto Austronesian). Dapat dilihat pada bentuk kelambi baju muncul dalam bahasa Sasak dan kelami baju muncul dalam bahasa Sumbawa sedangkan kalambi baju juga muncul dalam bahasa Jawa, yang diturunkan dari PAN *bazuh baju. Fonem /b/ luluh dalam bahasa Sumbawa menjadi bentuk kelami baju. Fonem */z/ dari PAN *bazuh dalam bahasa Ogan dan bahasa Minangkabau direfleksikan menjadi fonem /j/ dan terjadi apokop fonem */h/ sehingga dari bentuk *bazuh > baju. c. Kata-Kata Jadian Kata-kata jadian meliputi kata jadian berafiks yaitu terdapat pada keempat bahasa yang diperbandingkan yaitu bahasa Sasak, bahasa Ogan, bahasa Minangkabau, dan bahasa Sumbawa. Bentuk kebango bangau muncul dalam bahasa Sasak sedangkan bentuk belokok muncul dalam bahasa Sumbawa. Pada kedua bahasa tersebut morfem (ke) bangau mendapat unsur prefiks ke- dalam bahasa Sasak dan prefiks be- dalam bahasa Sumbawa. Kehadiran prefiks dalam bahasa Sasak dan bahasa Sumbawa tidak

dapat mengubah makna dari morfem yang mengikutinya. Morfem bango dalam bahasa Sasak dikategorikan sebagai nomina setelah mendapat prefiks ke- menjadi kebango juga dikategorikan sebagai nomina. Morfem lokok dalam bahasa Sumbawa dikategorikan sebagai nomina setelah mendapat prefiks be- menjadi belokok juga dikategorikan sebagai nomina. Dari kedua bahasa tersebut, maka prefiks ke- dalam bahasa Sasak dan prefiks be- dalam bahasa Sumbawa yang terdapat dalam kata dasar merupakan nomina. Dalam hal ini prefiks ke- dan prefiks be- tidak mengubah bentuk dan makna dari kata yang diikutinya. Kata kebangau dalam bahasa Sasak dan belokok dalam bahasa Sumbawa yang menjadi afiksasi ke- dan be- tetap merupakan kata nomina. d. Bentuk Inovasi Terdapat kata yang merupakan bentuk inovasi dari bahasa yang diperbandingkan yaitu bahasa Sasak, bahasa Ogan, bahasa Minangkabau, dan bahasa Sumbawa. Dapat dilihat pada bentuk lukit kulit direfleksikan dari PAN *kulit kulit > lukit kulit bentuk tersebut merupakan inovasi yang dialami pada bahasa Sasak dan bahasa Sumbawa. Dikatakan sebagai inovasi karena telah mengalami perubahan, yang tidak diturunkan dari bahasa purba tetapi dapat juga berupa unsur pewarisan dari bahasa purba yang telah mengalami perubahan sesuai dengan kaidah perubahan bunyi (adaptasi fonologi) dalam bahasa turunannya (Mahsun: 1995: 85). Bahasa sekerabat yang lain yaitu bahasa Ogan dan bahasa Minangkabau merefleksikan sesuai dengan bentuk aslinya yaitu PAN *kulit kulit > kulit kulit. Berdasarkan rekontruksi tersebut, bentuk inovasi hanya terdapat pada bahasa Sasak dan bahasa Ogan. 2. Perangkat Korespondensi Fonemis Bahasa Sasak, Bahasa Ogan, Bahasa Minangkabau, dan Bahasa Sumbawa

Pasangan kata dimasukkan dalam perangkat korespondensi fonemis apabila perubahan fonemis tersebut terjadi antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan yang terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya. Tabel 1. Perangkat Korespondensi Fonemis Pada Bahasa Sasak, Ogan, Minangkabau, dan Sumbawa No No. Data Gloss Bhs. Sasak Bhs. Ogan Bhs. Minang kabau Bhs. Sumbawa Korespondensi PAN 1 10 apa apa apǝ apo apa a ~ ǝ ~ o *'apa' 1 2 20 baca baca bacǝ baco baca a ~ ǝ ~ o *bacah 4 3 53 buaya buaya buayǝ buayo buaya a ~ ǝ ~ o *buhaya 4 4 32 basah basaq basah basah basa q ~ h *basaq 5 5 37 belah bilaq bela balah bilah q ~ h *belah 3 6 52 buah buwaq buah buah bua q ~ h *buwah 5 7 29 barat barɛt barat bara? barat t ~? *bar2at 1 8 75 dapat dapet dapat dape? dapat t ~? *dapət 1 9 78 darat darat dahat dare? darat t ~? *dareq 1 3. Tipe Perubahan 3.1 Bunyi Apokop (32) PAN *basaq basah > BS : basaq > BO : basah > BM : basah > BSb : basa----- Apokop Apokop terjadi karena mengalami pelesapan proto fonem */h/ pada akhir kata. Sedangkan dalam bahasa Ogan dan bahasa Minangkabau proto fonem */h/ tetap dipertahankan, kemudian bahasa Sasak proto fonem */h/ direfleksikan menjadi fonem /q/. Perubahan bunyi ini pada bahasa Sumbawa dapat dirumuskan bahwa:

PAN *h > BSb dan BO : Ø -# ket: PAN *h direfleksikan menjadi /ø/ dalam bahasa Sumbawa dan bahasa Ogan apabila berada diakhir kata. 3.2 Tipe Perubahan Bunyi Sinkop (154) PAN *kwalana karena > BS : kerna----- Sinkop > BO : karenǝ > BM : karano > BSb: karna----- Sinkop Sinkop terjadi pada bahasa Sasak dan bahasa Sumbawa karena PAN *kwalana karena, mengalami pelesapan fonem /e/ pada tengah kata. Sedangkan dalam bahasa Ogan dan bahasa Minangkabau fonem /e/ tetap dipertahankan. Perubahan sinkop ini dapat dirumuskan sebagai berikut: PAN *e, h > BS, BO dan BSb: ø # R-, # A-, # I- Ket: */e/ dan */h/direfleksikan menjadi /ø/ dalam bahasa Sumbawa apabila berada diantara konsonan. 3.3 Tipe Perubahan Bunyi Diftongisasi (56) PAN *buluh buluh > BS: bulɔq > BO : buluh > BM : buluah ----- Diftongisasi > BSb: bulo Perubahan bunyi diftongisasi hanya terjadi pada bahasa Minangkabau. Dalam bahasa Minangkabau fonem PAN */u/ direfleksikan menjadi fonem /au/. Sedangkan dalam bahasa Sasak, bahasa Ogan, dan bahasa Sumbawa fonem /au/ direfleksikan menjadi fonem /o/. Perubahan diftongisasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

PPA PAN *u > BM: #ua Ket: fonem *u direfleksikan menjadi /ua/ dalam bahasa Minangkabau apabila diakhiri konsonan /h/. 4. Rekurensi Fonemis Setiap korespondensi yang ditemukan diperkuat dengan sejumlah rekurensi fonemis yaitu prosedur untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul secara berulang-ulang pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /a ~ ǝ ~ o/, dalam bahasa Sasak (BS), bahasa Ogan (BO), Bahasa Minangkabau (BM), dan bahasa Sumbawa (BSb) yaitu memiliki perangkat / a ~ ǝ ~ o / pada posisi ultima tertutup dan terbuka. Pada posisi ultima tertutup apabila diikuti konsonal bilabial /p/, /m/, konsonan palatal /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, konsonan dorsover /k/ /ŋ/. Kemudian pasangan kata yang memiliki perangkat korespondensi selanjutnya yaitu fonem /q~h/, maka dapat dipastikan bahwa bahasa Sasak (BS), bahasa Ogan (BO), Bahasa Minangkabau (BM), dan bahasa Sumbawa (BSb) memiliki perangkat /q~h/ pada posisi ultima tertutup apabila diikuti konsonan palatal /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, dan sejumlah pasangan kata yang memiliki perangkat korespondensi terakhir yaitu fonem /t~?/, dalam bahasa Sasak (BS), bahasa Ogan (BO), Bahasa Minangkabau (BM), dan bahasa Sumbawa (BSb) memiliki perangkat /t~?/ pada posisi penultima tertutup. 5. Rekonstruksi Fonemis Setelah melalui proses rekurensi fonemis /a ~ ǝ ~ o/, /q~h/, dan /t~?/ ditemukan Hasil rekonstruksi yang menurunkan fonem-fonem yang berkorespondensi pada keempat bahasa yang diperbandingkan. a. */ a / > BS dan BSb : a BO : ǝ BM : o

Proto fonem */a/ mengalami split yang direfleksikan menjadi tiga fonem yakni */a/ dalam bahasa Sasak dan bahasa Sumbawa tetap dipertahankan, dalam bahasa Ogan direfleksikan menjadi fonem /ǝ/ sedangkan dalam bahasa Minangkabau direfleksikan menjadi fonem /o/. b. */ h / > BS : q BO dan BM : h BSb : ø Proto fonem */h/ mengalami split yang direfleksikan menjadi dua fonem yakni */h/ dalam bahasa Ogan dan bahasa Minangkabau tetap dipertahankan, sedangkan dalam bahasa Sumbawa direfleksikan menjadi fonem /ø/ atau hilang. c. */t/ > BS, BO, dan BSb : t BM :? Proto fonem */t/ mengalami split yang direfleksikan menjadi dua fonem yakni */t/ dalam bahasa Sasak, bahasa Ogan, dan bahasa Sumbawa tetap dipertahankan, sedangkan dalam bahasa Minangkabau direfleksikan menjadi fonem /?/. 6. Formula Korespondensi Fonemis Formula korespondensi fonemis dari keempat bahasa yang diperbandingkan adalah sebagai berikut: a. /a ~ ə ~ o/ */ a / > BS dan BSb : a BO : ə -#C BM : o -#C Ket: C: /p/, /m/, /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, /k/, /ŋ/. b. /q ~ h/ */ h / > BS : q -#C BO dan BM : h BSb : ø -#C Ket: C: /p/, /m/, /t/, /s/, /n/, /l/, /r/.

c. /t ~?/ */ t / > BS, BO, dan BSb : t BM :? -#C Ket: C: /t/, /n/, /l/, /r/, /s/. 7. Sistem Kekerabatan Bahasa Sasak, Bahasa Ogan, Bahasa Minangkabau, dan Bahasa Sumbawa PAN Simpulan BS BSb BO BM Penjelasan: 1) Bahasa Sasak, Ogan, Minangkabau, dan Sumbawa merupakan satu kelompok bahasa Protoaustronesia (PAN) yang dapat disingkat menjadi kelompok bahasa PAN dengan beranggotakan bahasa Sasak (BS), bahasa Ogan (BO), bahasa Minang (BM), dan bahasa Sumbawa (BSb). 2) Kelompok bahasa PAN terdiri atas tiga pilahan bahasa turunan, yaitu subkelompok bahasa S, Bahasa O, dan bahasa M. 3) Subkelompok bahasa S terpilah menjadi dua yaitu beranggotakan bahasa Sasak (BS), dan bahasa Sumbawa (BSb) sedangkan Bahasa Ogan (BO) dan bahasa Minangkabau (BM) termasuk pada pilahan bahasa turunan Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, dapat ditarik simpulan bahwa bahasa Sasak, Bahasa Ogan, Bahasa Minangkabau, dan bahasa Sumbawa memperlihatkan korespondensi fonemis yang muncul secara teratur.

Formula korespondensi fonemis yang ditemukan dalam keempat bahasa adalah sebagai berikut: a. /a ~ ə ~ o/ */ a / > BS dan BSb : a BO : ə -#C BM : o -#C Ket: C: /p/, /m/, /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, /k/, /ŋ/. b. /q ~ h/ */ h / > BS : q -#C BO dan BM : h BSb : ø -#C Ket: C: /p/, /m/, /t/, /s/, /n/, /l/, /r/. c. /t ~?/ */ t / > BS, BO, dan BSb : t BM :? -#C Ket: C: /t/, /n/, /l/, /r/, /s/. Tipe-tipe perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Sasak, Ogan, Minangkabau dan Sumbawa yaitu apokop, sinkop, dan diftongisasi. Berdasarkan hasil korespondensi fonemis dan rekonstruksinya dapat diketahui bahwa bahasa Sasak dan bahasa Sumbawa adalah satu kelompok bahasa tersendiri dengan korespondensi yang sama, sedangkan bahasa Ogan dan bahasa Minang merupakan kelompok yang berbeda. Terlihat dalam pohon kekerabatan berikut.

Daftar Pustaka Aliana, Zainul Arifin, dkk. 1985. Kamus Bahasa Ogan-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ardana, I Komang. 2011. Korespondesi Fonem Proto-Austronesia dalam Bahasa Kaili dan Bahasa Uma di Sulawesi Tengah. Tesis S-2 Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Badan Pemerintahan Daerah. 2017. Profil Kabupaten atau Kota. Ogan Ilir: BAPEDA Provinsi Sumatera Selatan. Badan Pemerintahan Daerah. 2017. Profil Kabupaten atau Kota. Padang: BAPEDA Provinsi Sumatera Barat. Badan Pusat Statistik. 2015. Profil Kabupaten atau Kota. Lombok: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat. Badan Pusat Statistik. 2015. Profil Kabupaten atau Kota. Sumbawa: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bynon, Theodora. 1979. Historical Linguistics. Oxford: Alden Press. Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. De Saussure, Ferdinand. 1993. Pengantar Linguistik Umum. Diterjemahkan oleh Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dinas Perhubungan. 2011. Profil Kabupaten atau Kota. Sumbawa: DISHUB: Provinsi Nusa Tenggara Barat. Fatonia, Nur Putri. 2013. Rekontruksi Fonemis Bahasa Wolio, Tolaki, dan Muna (Tinjauan Linguistik Historis Komparatif). Skripsi S-1 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip Semarang. Isnaini, Nurul. 2015. Korespondensi Fonem Proto-Austronesia pada Bahasa Melayu Langkat, Jambi, dan Kerinci. Skripsi S-1 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip Semarang. Ihsan, Diemroh, dkk. 1981. Bahasa Ogan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kentjono, Djoko (ed). 1982. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia

Komsanah. 2008. Korespondensi Fonemis Bahasa Ogan, Bahasa Gayo, dan Bahasa Lampung. Skripsi S-1 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip Semarang. Kridalaksana, Harimukti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Mahsun, M.S. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mardiwasito, L. 1986. Kamus Bahasa Jawa Kuna-Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. Marsono. 1986. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mayangsari, Dewi. 2016. Korespondensi Fonemis Bahasa Bugis, Bahasa Muna, Bahasa Toraja, dan Bahasa Wolio. Skripsi S-1 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip Semarang. Mbete, Aron Meko. 1990. Rekontruksi Proto Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa. Disertasi S- 3. Jakarta: Universitas Indonesia. Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: Erlangga. Rusmali, Marah, dkk. 1985. Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Said, Chatlinas, dkk. 1986. Struktur Bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saidi, Shaleh. 1994. Lingusitik Bandingan Nusantara. Flores-NTT: Nusa Indah. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga Sholihah, Rizky Amalia. 2010. Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Makasar, Bahasa Bugis, dan Bahasa Mandar. Skripsi S-1 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip Semarang. Sudaryanto, 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Mengumpulkan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sumarsono, dkk. 1985. Kamus Bahasa Sumbawa-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Thoir, Nazir, dkk. 1985. Kamus Bahasa Sasak-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tiani, Riris. 2005. Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Bali, Bahasa Sasak, dan Bahasa Sumbawa. Skripsi S-1 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip Semarang. Wurm, S. A. and B. Wilson. 1975. English Finderlist of Reconstruction in Austronesian Languages. Australia: Department of Linguistics Research School of Pacific Studies The Australian National University.