BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Surakarta Dalam perjanjian kredit UMKM, PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan PT. Bank Jateng Cabang Surakarta senantiasa melaksanakan The Five C s Of Credit Analysis yang merupakan ukuran kemampuan penerima kredit untuk mengembalikan pinjamannya. Analis kredit memeriksa Daftar Hitam Bank Indonesia (BI Checking) untuk melihat kolektibilitas kredit atau tingkat kesehatan calon debitur. Analis kredit juga melakukan trade checking yaitu pencarian informasi ke rekan bisnis pemohon kredit, pesaingnya ataupun pemilik usaha sejenis untuk memperoleh informasi mengenai reputasi, etika, jenis usaha, dan perilaku bisnis calon debitur. Analis kredit melihat bagaimana kemampuan calon debitur dalam menghasilkan laba, kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari, dan memenuhi kewajiban kredit. Aspek pemasaran meliputi 106
107 harga pokok, pengelolaan, penagihan. Aspek pembelian terutama untuk sektor bisnis manufaktur dan perdagangan meliputi jumlah pembelian per bulan, besarnya pembelian tunai, porsi dan lama kredit pemasok, fluktuasi pemasok, fluktuasi pasokan, dan melihat kualitas hubungan calon debitur dengan pemasok. Nilai jaminan yang harus dipenuhi (liquid value) adalah 70% dari nilai jaminan (nilai pasar), sedangkan permohonan kredit akan dipertimbangkan jika Cover ratio di atas 100%, di mana : Cover ratio = x 100 %. Aspek-aspek yang diperhatikan bank dalam mengevaluasi suatu proposal kredit antara lain peraturan pemerintah, kondisi sosial politik, pengaruh fluktuasi kurs terhadap bisnis dan kredit nasabah, perkembangan teknologi, persaingan, baik persaingan diantara sesama pemain industri yang sama maupun persaingan antara industri seperti munculnya produk subtitusi. 2. Penyelesaian kredit bermasalah karena implementasi The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Surakarta Apabila suatu kredit memenuhi kriteria Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D) dan Macet (M), tetapi menurut penilaian keadaan usaha, peminjam diperkirakan tidak mampu untuk mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya,
108 maka kredit tersebut harus digolongkan pada kualitas yang lebih rendah atas dasar penilaian yang berpedoman pada indikator tambahan yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Indikator tersebut pada dasarnya tetap memperhatikan apa yang disebut sebagai kolektibilitas, yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya. Ditemukannya variabel penyebab terjadinya kredit bermasalah atau macet, atau penyimpangan yang dilakukan nasabah atau debitur, selanjutnya menentukan jenjang kolektibilitas kredit. Bank bersama dengan debitur mengambil langkah-langkah untuk penyelamatan kredit, penyelesaian kredit, atau justru membiarkan saja kondisi kredit tersebut. Dalam langkah penyelamatan ini dapat dipakai beberapa strategi, antara lain dengan rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Dalam hal kegiatan penyelamatan kredit masih belum memberikan hasil yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, atau debitur masih belum dapat memenuhi kewajibannya pada bank, maka penanganan yang dilakukan menjadi strategi penyelesaian kredit yakni dengan beberapa langkah sebagai berikut: a. Melalui negosiasi bank dengan debitur, bank dapat melakukan penguasaan hasil usaha seluruh/ sebagian, sewa barang agunan, dan mencarikan mitra usaha yang berjalan baik.
109 b. Pengambilalihan manajemen perusahaan, dimana bank bersama nasabah mencari perusahaan yang mampu mengambil alih, baik berupa anak angkat, joint-venture, aliansi, akuisisi dan merger. Di samping itu juga dimungkinkan melikuidasi agunan yang tidak terkait dengan proses usaha. c. Penyerahan hak penagihan piutang kepada badan-badan resmi, yang secara yuridis berhak menagih piutang, seperti kantor pengurusan piutang dan lelang negara dan badan urusan piutang negara, badan peradilan (pengadilan negeri), badan arbitrase nasional, dan badan alternatif penyelesaian sengketa. d. Debitur macet dinyatakan pailit karena bangkrut, penagihannya bisa diajukan kepada balai harta peninggalan (bhp), dimana kedudukan bank dapat sebagai kreditur preferent, bilamana bank telah melakukan pengikatan agunan dengan hak hipotik atau hak tanggungan. B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka peneliti dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi pihak PT. Bank Jateng Cabang Surakarta a. Agar dalam pelaksanaan pemberian UMKM pada PT. Bank Jateng Cabang Surakarta dapat berjalan dengan lancar dan baik, hendaknya meskipun ada lembaga penjamin, namun pihak bank harus tetap
110 meminta jaminan barang tidak bergerak dan tetap melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha nasabah. b. Dalam pengajuan UMKM perlu diperketat untuk jenis usaha dan tegas agar dilaksanakan kewajiban masing-masing pihak supaya dapat menjamin kepastian hukum nasabah sehingga dalam pelaksanaannya mampu meminimalkan kredit bermasalah atau macet. c. Untuk menjamin kepentingan para pihak baik dalam perjanjian UMKM hendaknya mencantumkan ketentuan mengenai overmacht atau keadaan memaksa. Dengan maksud agar apabila terjadi overmacht, masing-masing pihak dapat memiliki kedudukan yang sejajar dimata hukum. 2. Bagi nasabah atau debitur PT. Bank Jateng Cabang Surakarta : a. Walaupun kredit UMKM tidak menggunakan jaminan atau agunan kredit, sebaiknya nasabah atau debitur tetap memegang komitmen dalam melakukan angsuran atau cicilan kredit dengan tepat waktu sesuai dengan perjanjian kredit yang sudah disepakati. b. Sebelum melakukan pengajuan kredit, sebaiknya debitur benar-benar memperhitungkan usaha yang akan dilakukan agar kredit yang nantinya akan dicairkan bisa bermanfaat. c. Kredit yang sudah diterima dipergunakan dengan bijak sesuai dengan tujuan pengajuan kredit agar hasil dari usaha debitur tersebut benarbenar bermanfaat dan proses pengembalian kredit dapat berjalan dengan lancar.