SUMBANGAN SUBSEKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA PASIRIPIS DAN TEGALSARI, JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

KETERSEDIAAN BIOMASA TANAMAN JAGUNG DI DESA SUKAJADI (P-6) KARANG AGUNG TENGAH, SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

ESTIMASI DAMPAK EKONOMI PENELITIAN PARTSIPATIF PENGGUNAAN OBAT CACING DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK DOMBA DI JAWA BARAT

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PEMELIHARAAN KERBAU DI DESA LENGKONG KULON, BANTEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

FUNGSI DAN PERANAN KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI DI PROPINSI BANTEN

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG POLA DIVERSIFIKASI USAHATANI DI PEDESAAN

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KONSTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETENAK (Studi Kasus di DesaSukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

ADOPSI PAKET TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA DI DESA TEGALSARI KABUPATEN PURWAKARTA

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK

B. Suryanto, K. Budirahardjo dan H. Habib Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

PENAMPILAN MORTALITAS DAN PERILAKU PENJUALAN DOMBA SISTEM DIGEMBALAKAN PADA DUA KONDISI AGRO-EKOSISTEM

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

STRUKTUR PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT : STUDI KASUS DESA PANDESARI, KECAMATAN PUJON, KABUPATEN MALANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

KAJIAN USAHATANI PEMBENIHAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI DESA SUKASIRNA KECAMATAN SUKALUYU, KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Transkripsi:

SUMBANGAN SUBSEKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA PASIRIPIS DAN TEGALSARI, JAWA BARAT (Contribution of Sheep Farming to House Hold's Economy in Pasiripis and Tegalsari Villages, West Java) ISBANDI dan DWI PRIYANTO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT An investigation to know farmer s experiences in raising sheep was conducted in Pasiripis village, Kertajati sub district, Majalengka district, and Tegalsari village, Tegalwaru sub district, Purwakarta district. In the first step, an RRA (Rapid Rural Appraisal) approach to determine sites of observation in two selected villages was conducted with hoping to sustain a long term program. Activities were carried out using survey technique using a structured questionnaire including farmer characteristics, livestock resources and income from other than livestock farming for a year period. Thirty eight respondents in Pasiripis and 27 respondents in Tegalsari were randomly interviewed which considered livestock ownership and their management technique. Data were analyzed descriptively, while data of farmer s income from each subsector were analyzed on gross margin basis. Results of the study showed that average livestock ownership in Pasiripis was 15.1 sheep including 3 sheep were owned by themselves. Higher average numbers of sheep held were managed by sharing in Tegalsari, ie 5.8 and 2.4 sheep. Production from other than farming activities contributed to people income in large portion, ie 73% in Pasiripis, and 52.5% in Tegalsari, followed by food crop farming, 23% and 42.2% respectively. Sheep farming only contributed to the whole income at 10% in Pasiripis and 5.3% in Tegalsari. Key words: Sheep farming, farmer s income ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan peternak dalam usaha pemeliharaan ternak domba telah dilakukan di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka dan Desa Tegalsari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. Sebagai langkah awal dalam penentuan lokasi didahului dengan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui potensi kedua desa terpilih melalui pendekatan RRA (Rapid Rural Appraisal) dengan harapan program kegiatan dalam jangka panjang dapat terealisasi sesuai dengan yang diharapkan (sustainable). Untuk mengetahui kondisi dan karakteristik petani pada awal penelitian dilakukan melalui survai dengan menggunakan alat bantu questioner berstruktur, yang meliputi karakteristik peternak, sumber daya ternak dan sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan usaha lain dalam periode satu tahun, dan terpilih masing-masing sebanyak 38 responden di Desa Pasiripis dan 27 responden di Desa Tegalsari. Responden diambil secara acak sederhana dengan berpedoman pada tingkat kepemilikan ternak dan cara pemeliharaannya. Sedangkan data yang terkumpul kemudian diolah secara deskriptif dan pendapatan petani dari masing-masing sub sektor usaha dilakukan melalui analisis margin kotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan tingkat kepemilikan ternak di mencapai 15,1 ekor dengan status milik sendiri dan 3,0 ekor dengan status ternak gaduhan lebih tinggi dibandingkan dengan rataan tingkat kepemilikan ternak di Desa Tegalsari yakni 5,8 ekor dan 2,4 ekor. Proporsi sumbangan pendapatan penduduk dari sektor luar usahatani menempati urutan pertama dengan persentase 73% di dan 52,5% untuk Desa Tegalsari, yang diikuti oleh sektor usahatani tanaman pangan masing-masing 23% dan 42,2%. Sedangkan proporsi sumbangan pendapatan yang berasal dari usahaternak domba baru mencapai 10% di dan 5,3% di Desa Tegalsari. Kata kunci: Usaha ternak domba, pendapatan petani 314

PENDAHULUAN Keberadaan usaha peternakan rakyat, meskipun sudah lama ditekuni namun dilihat dari produktivitas yang dicapai masih kurang memberikan hasil yang menggembirakan. Hal ini terjadi karena sifat kegiatan yang umumnya ditandai dengan usaha tradisional, berciri pada rendahnya tingkat penguasaan ternak, ditunjang dengan teknologi sederhana serta tingkat ketrampilan yang rendah dan masih merupakan usaha sambilan di luar usaha pokoknya. Namun demikian komoditas ternak ruminansia kecil, khususnya ternak domba yang banyak diusahakan oleh petani di pedesaan merupakan salah satu jenis komoditas ternak yang memiliki prospek cerah yang dapat memberikan sumbangan pendapatan petani karena memiliki nilai strategis, terutama dalam penyediaan pangan dan lapangan kerja di pedesaan. Dalam rangka upaya peningkatan produktivitas usahaternak diperlukan adanya ketersediaan piranti-piranti pendukung, seperti teknologi siap pakai dan mempunyai tingkat kelayakan yang memadai untuk mendukung proses produksi, dengan berpijak pada sumber daya ternak yang ada dan peternak sebagai obyek yang harus ditingkatkan keterampilannya. Peternakan yang merupakan ekosistem binaan memerlukan teknologi yang sesuai dengan lingkungan alam serta sistem pemeliharaan yang mendukung, dan pada gilirannya akan sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha. Oleh karena itu, peternak yang memegang peranan dalam menentukan keberhasilan produksi perlu dibekali dengan pengetahuan dan peningkatan keterampilan usahaternak yang benar dan adaptif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam program peningkatan pengetahuan di bidang usahaternak yakni dengan cara partisipasi peternak secara langsung dalam implementasi kegiatan yang berhubungan dengan produksi ternak, seperti kasus penyakit dan perkembangannya serta mengenali sumber penyakit dan cara penanggulangannya. Penyakit ternak, misalnya parasit cacing sangat berpotensi menyebabkan kerugian secara ekonomik, seperti yang dilaporkan oleh BERIAJAYA dan STEVENSON (1985) bahwa kasus infeksi cacing dapat menyebabkan timbulnya kendala dalam peningkatan produktivitas ternak berupa hambatan pertumbuhan bahkan dapat menimbulkan kematian, terutama pada ternak muda. Sedangkan BERIAJAYA dan SUHARDONO (1999) mengidentifikasi bahwa cacing H. contortus adalah salah satu jenis cacing nematoda yang terdapat pada abumasum ternak ruminansia terutama domba dan kambing. Infeksi oleh cacing namatoda menyebabkan hewan menjadi kurus, berkurangnya bobot badan, menghambat pertumbuhan, mudah terserang oleh penyakit lainnya dan dapat menimbulkan kematian khususnya pada ternak yang masih muda. Dalam rangka program kegiatan yang berhubungan dengan usaha penanganan kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing, maka telah dilakukan suatu kajian partisipatif berdasarkan spesifikasi lokasi dengan harapan dapat menumbuhkan kemandirian peternak dalam mengantisipasi suatu kasus penyakit, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan peternak. MATERI DAN METODE Suatu penelitian untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan peternak dalam usaha pemeliharaan ternak domba telah dilakukan di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka dan Desa Tegalsari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. Sebagai langkah awal dalam penentuan lokasi didahului dengan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui potensi kedua desa terpilih melalui pendekatan RRA (Rapid Rural Appraisal) menurut petunjuk CONWAY (1986) dengan harapan program kegiatan dalam jangka panjang dapat terealisasi sesuai dengan yang diharapkan (sustainable). Untuk mengetahui kondisi dan karakteristik petani pada awal penelitian dilakukan melalui survai dengan menggunakan alat bantu questioner berstruktur, meliputi karakteristik peternak, sumber daya ternak dan sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan usaha lain dalam jangka waktu satu tahun, dan terpilih masing-masing sebanyak 38 responden di dan 27 responden di Desa Tegalsari. Responden diambil secara acak 315

sederhana berpedoman pada tingkat kepemilikan ternak dan cara pemeliharaannya. Data yang terkumpul diolah secara deskriptif. Untuk mengetahui pendapatan peternak, data dianalisa berdasarkan biaya dan pendapatan (cost and return analysis) menurut petunjuk AMIR dan KNIPSCHER (1989). Hasil analisis diharapkan dapat digunakan sebagai parameter untuk mengukur dampak dari penelitian partisipatif dan tingkat adopsi teknologi yang diintroduksikan. Dalam jangka waktu 2 atau 3 tahun ke depan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik peternak Dilihat dari umur peternak nampak sudah relatif tua, yakni berumur di atas 51 tahun mencapai 37% dan 15% masing-masing di dan Tegalsari. Sedangkan peternak berumur 45-50 tahun mencapai 29 dan 22%. Karakteristik responden di Desa Pasiripis dan Tegalsari disajikan dalam Tabel 1. Di Desa Tegalsari peternak yang masuk dalam kategori umur yang produktif (20 30 tahun) nampak lebih dominan dibandingkan dengan kelompok umur yang kurang produktif (> 51 tahun). Sedangkan di nampak sebaliknya dimana usia peternak yang sudah mencapai umur 51 tahun lebih dominan dibanding dengan umur yang masuk dalam kategori masih produktif. Ditinjau dari peluang kerja dikedua lokasi pengamatan cenderung berbeda. Di lokasi peluang kerja cenderung tinggi karena letak desa cukup strategis karena dekat dengan daerah lainnya (dekat kota) disamping itu peluang kerja di sektor pertanian dan non pertanian yang cukup tinggi, sehingga penduduk dengan usia relatif tua yang cenderung berminat untuk menggeluti usahaternak domba, selain didukung oleh potensi lahan penggembalaan. Tetapi sebalikknya di Desa Tegalsari peluang kerja sangat terbatas. karena lokasinya yang jauh dari kota, sedangkan potensi lahan pertanian yang ada merupakan lahan kering, sehingga sebagian besar penduduk banyak yang mencurahkan tenaganya untuk usaha ternak domba. Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa peternak di cenderung memiliki variasi pendidikan yang tinggi dibanding Tegalsari, dimana terdapat peternak yang lulus SLTP. Namun demikian terdapat kesamaan di kedua lokasi bahwa sebagian besar peternak domba berpendidikan tamat Tabel 1. Karakteristik responden di dan Tegalsari Peubah Pasiripis (n = 38) % Tegalsari (n = 27) % Umur peternak a. 20 30 tahun 4 10 10 37 b. 31 40 tahun 9 24 7 26 c. 41 50 tahun 11 29 6 22 d. > 51 tahun 14 37 4 15 Lama pendidikan a. Tidak bersekolah 15 39,4 2 3,7 b. Tidak tamat SD 10 26,3 10 37 c. Tamat SD 11 29 15 55,6 d. Tamat SLTP 2 5,3 0 0 Jumlah anggota keluarga a. 1 2 jiwa 13 34,2 5 18,6 b. 3 4 jiwa 20 52,6 11 40,7 c. 5 jiwa 5 13,2 11 40,7 Pengalaman beternak (th) 14 5 316

Tabel 2. Rataan luas lahan responden berdasarkan penggunaan dan status kepemilikan Jenis lahan Σ petani Pasiripis Luas lahan (M²) Rataan Lahan sawah Σ petani Tegalsari Luas lahan (M²) Rataan Milik sendiri 30 (79%) 92.885 3.096,17 16 (59%) 15.140 946,25 Sewa 12 (32%) 34.650 2.887,5 6 (22%) 4.300 716,67 Sub total - 127.535 - - 19.440 - Lahan kering/tegalan Milik sendiri 27 (71%) 34.870 129,48 4 (15%) 2.900 725 Sewa 1 (3%) 2.800 2.800 2 (7) 1.100 550 Sub total - 37.670 - - 4.000 - Lahan pekarangan Milik sendiri 24 (63%) 8.268 344,5 15 (56%) 3.544 236,27 Sewa 0 0 0 0 0 0 Sub total - 8.268 - - 3.544 - ( ) Menunjukkan persen peternak yang memiliki Tabel 3. Rataan jumlah populasi ternak domba yang dipelihara peternak di dan Tegalsari Status fisiologi MS (n=38) G (n=47) Total MS (n=27) G (n=20) Total Dewasa jantan 24 (4,2) 4 (2,8) 28 10 (6,4) 12 (25) 22 Dewasa betina 280 (48,6) 71 (50) 351 72 (45,8) 13 (27) 85 Muda jantan 39 (6,8) 5 (3,5) 44 6 (3,8) 4 (8,3) 10 Muda betina 59 (10,2) 3 (9,1) 72 20 (12,8) 3 (6,3) 23 Anak jantan 75 (13) 21 (14,8) 96 18 (11,5) 2 (4,2) 20 Anak betina 99 (17,2) 28 (19,8) 127 31 (19,7) 14 (29,2) 45 Total 576 142 718 157 48 205 Rataan (ekor) 15,1 3,0-5,8 2.4 - MS = Milik sendiri, G = Gaduhan, ( ) = Angka dalam kurung menunjukkan persentase atau lulus Sekolah Dasar (SD). Yang lebih spesifik bahwa sebagian besar peternak domba di tidak pernah bersekolah yakni mencapai 34,4%. Dilihat dari tanggungan keluarga, yang dicerminkan oleh jumlah anggota keluarga nampak bahwa proporsi peternak dengan jumlah anggota keluarga 3 4 orang/kk lebih dominan, yakni 52,6% di dan di Desa Tegalsari sebesar 40,7%. Namun demikian peternak domba di mempunyai pengalaman beternak yang lebih lama, dimana peternak yang telah berpengalaman memelihara ternak domba antara 30-35 tahun sebanyak 4 peternak, berpengalaman selama 13-26 tahun terdapat 17 peternak dan sisanya yakni sebanyak 17 peternak mempunyai pengalaman antara 1-8 tahun, dengan rataan pengalaman beternak domba selama 14 tahun. Sedangkan rataan pengalaman beternak domba di Desa Tegalsari baru mencapai 5,1 tahun, dimana yang berpengalaman antara 15-25 tahun terdapat 3 peternak, berpengalaman selama 10 tahun 5 peternak dan sisanya yakni sebanyak 19 peternak baru berpengalaman antara 0,5-6tahun. Kondisi demikian menunjukkan bahwa usahaternak domba di telah 317

lama ditekuni oleh warga desa dibandingkan dengan di Desa Tegalsari. Penguasaan sumber daya lahan Ditinjau dari luas dan status kepemilikan lahan, dimana lahan sawah dengan status milik sendiri nampak mendominasi yakni 53,5% dengan rataan pemilikan 3.096 m² dan dimiliki oleh 30 orang peternak di serta terdapat 16 orang peternak di Desa Tegalsari dengan rataan luas 946,5 m² (29,7%). Rataan lahan sawah dengan status sewa mencapai luasan 2.887,5 m² (20%) dengan jumlah penyewa sebanyak 12 orang petani di Desa Pasiripis (Tabel 2). Sedangkan di Desa Tegalsari terdapat 4.300 m² luas lahan sawah dengan status sewa oleh 6 orang petani (22%) dan hanya 4 orang petani (15%) yang mempunyai lahan tegalan milik sendiri serta 2 orang petani (7,5%) dengan status sewa. Dijumpai ada 2 orang peternak di Desa Pasiripis yang tidak mempunyai lahan pekarangan. Nampak juga bahwa skala kepemilikan lahan di cenderung lebih tinggi dibanding di Desa Tegalsari dan hal tersebut berpengaruh terhadap pendapatan di sektor usaha pertanian. Penguasaan sumber daya ternak Setiap keluarga peternak yang diamati mempunyai rataan kepemilikan ternak domba dengan status milik sendiri masing-masing 15,1 ekor dan 5,8 ekor masing-masing di Desa Pasiripis dan di Desa Tegalsari. Disamping peternak memelihara ternak domba milik sendiri, sebagian kecil juga memelihara dengan status ternak gaduhan. Status ternak gaduhan di Desa Tegalsari terlihat lebih tinggi dibanding di (29,3% vs 16,6%) dan pada umumnya merupakan domba induk. Tiga orang peternak di Desa Tegalsari hanya mempunyai ternak dengan status gaduhan murni masing-masing sebanyak 8, 5 dan 7 ekor. Sedangkan 4 orang disamping memelihara ternak milik sendiri juga memelihara ternak gaduhan, bahkan ternak yang berstatus ternak gaduhan lebih banyak dibandingkan dengan ternak milik sendiri yakni 10 vs 6 ekor, 8 vs 7 ekor, 6 vs 4 ekor dan 5 vs 3 ekor. Jumlah populasi ternak domba baik yang berstatus milik sendiri maupun gaduhan di kedua desa pengamatan disajikan dalam Tabel 3. Mutasi ternak Mutasi ternak merupakan perubahan jumlah kepemilikan ternak, baik membeli, dijual, dihibahkan, digaduhkan maupun karena kematian dan kelahiran. Dalam Tabel 5 akan disajikan mutasi perubahan kepemilikan ternak domba yang disebabkan karena penjualan dan kematian dan pada Tabel 7 disajikan rataan jumlah ternak yang dijual per individu peternak selama satu tahun. Pada Tabel 4 nampak bahwa penjualan ternak betina baik yang dewasa maupun yang masih muda banyak dilakukan oleh peternak di kedua desa pengamatan. Namun demikian jumlah penjualan ternak betina muda banyak dilakukan oleh peternak di, sedangkan peternak di Desa Tegalsari banyak menjual jenis ternak betina muda. Banyaknya penjualan ternak betina dewasa yang mencapai jumlah 67 ekor (30%) dari total ternak yang dijual di dan di Desa Tegalsari 14 ekor diduga karena ternak tersebut sudah tidak produktif ataupun karena hal lain seperti majir. Sedangkan rataan penjualan ternak per individu di nampak lebih besar yakni mencapai 6 ekor/ orang/tahun dibandingkan penjualan yang dilakukan di Desa Tegalsari yang hanya 1,8 ekor/orang/tahun (Tabel 5). Hal ini diduga karena perbedaan tingkat kepemilikan ternak per individu, dimana peternak di mempunyai rataan kepemilikan ternak yang lebih banyak. Pada kasus kematian ternak banyak terjadi pada ternak yang masih anak, dimana anak dengan kelamin betina nampak lebih banyak yang mengalami kematian (Table 4). Dugaan kematian anak domba terjadi karena ada beberapa induk yang melahirkan anak 3 ekor, sehingga satu ekor anak akan terkalahkan apabila tidak dibantu menggilir dalam hal menyusu karena ambing susu induk hanya ada dua, atau karena kondisi anak kurang sehat dan penanganan yang kurang tepat. 318

Tabel 4. Mutasi perubahan jumlah ternak yang dimiliki oleh petani di dan Tegalsari Status fisiologi Total harga Harga rataan Total harga Harga rataan A. Dijual Rupiah Rupiah Dewasa jantan 29 6.210.000 214.138 10 2.500.000 250.000 Dewasa betina 67 12.195.000 182.015 14 2.675.000 191.071 Muda jantan 49 10.090.000 205.918 9 1.260.000 140.000 Muda betina 76 13.380.000 176.053 13 1.980.000 152.308 Anak jantan 2 200.000 100.000 1 15.000 15.000 Anak betina 3 200.000 66.666 4 345.000 86.250 Jumlah 226 42.275.000-51 8.755.000 - B. Mati - - - - - - Dewasa jantan 3 0 0 1 0 0 Dewasa betina 8 2.320.000 290.000 4 750.000 187.500 Muda jantan 2 200.000 100.000 2 180.000 90.000 Muda betina 6 1.010.000 168.333 3 220.000 73.333 Anak jantan 21 315.000 15.000 13 0 0 Anak betina 38 1.279.300 33.665 19 0 0 Jumlah 78 5.124.300-42 1.150.000 - Tabel 5. Mutasi perubahan jumlah ternak yang dimiliki oleh petani di dan Tegalsari (berdasarkan individu) Status Desa Tegalsari fisiologi Total harga Harga rataan Total harga Harga rataan A. Dijual Rupiah Rupiah Dewasa jantan 0,8 163.421 5.635 0,4 92.592 9.260 Dewasa betina 1,8 320.921 4.790 0,5 99.074 7.078 Muda jantan 1,3 265.526 5.420 0,3 46.666 5.185 Muda betina 2,0 352.105 4.633 0,5 73.333 5.641 Anak jantan 0,05 5.263 2.632 0,03 555,5 555,5 Anak betina 0,08 5.263 1.754 0,15 12,7 3.120 Jumlah 6,0 1.112.500 1,8 325.000 ANALISA USAHATANI Untuk memperoleh gambaran proporsi pendapatan penduduk di lokasi pengamatan, dikelompokkan menjadi tiga sumber pendapatan yakni: usaha budidaya tanaman padi, pendapatan dari luar usahatani dan pendapatan dari usaha budidaya ternak domba. Usaha budidaya tanaman padi Pada Tabel 6 nampak bahwa rataan pendapatan yang berasal dari usahatani tanaman padi di dan Tegalsari tidak jauh berbeda yakni Rp 2.344.185,- dan Rp 2.058.304,- dengan rataan hasil panen gabah kering sebesar 4.304 kg di Desa Pasiripis dan 3,265 kg untuk Desa Tegalsari. 319

Meskipun ada perbedaan rataan hasil panen, dimana di nampak lebih besar 1.039 kg per hektarnya, tetapi harga penjualan gabah di ternyata lebih tinggi yakni Rp. 1.141 per kg dibandingkan dengan rataan harga jual di yang hanya mencapai Rp. 841/kg. Tabel 6. Analisa usahatani tanaman padi di dan Tegal Sari Uraian Produksi 3.619.664 3.725.365 Biaya sarana produksi: - - a. Bibit 62.700 26.443 b. Pupuk 423.800 258.775 c. Obat-obatan 46.250 50.156 Biaya tenaga kerja 742.729 588.776 Total biaya produksi 1.275.479 1.667.061 Keuntungan (1 4) 2.344.185 2.058.304 Tabel 7. Rataan pendapatan dari luar usahatani Uraian Pedagang 1.800.000 (1) 1.504.000 (3) Buruh tani 113.407 (25) 195.094 (8) Buruh bangunan 511.250 (4) 192.273 (8) Buruh tebu 750.000 (2) 0 Buruh pabrik 1.800.000 (1) 666.666 (3) Penjahit pakaian 419.760 (5) 0 Tukang ojeg 1.488.889 (3) 0 Jumlah 6.883.306 2.558.033 Angka dalam kurung menunjukkan jumlah responden Tabel 8. Analisa usahaternak domba di dan Tegalsari Uraian Penjualan ternak 1.112.500 324.260 Penjualan pupuk 26.228 9.800 Total penjualan 1.138.728 334.060 Penyusutan kandang 111.500 50.047 Penyusutan peralatan 15.905 24.067 Total biaya penyusutan 127.405 74.104 Keuntungan/Kerugian 1.011.323 259,956 320

Tabel 9. Proporsi sumbangan pendapatan kotor petani di dan Tegal Sari Sub sektor usaha Rp % Rp % Pertanian tanaman pangan 2.344.185 23 2.058.304 42,2 Usahaternak domba 1.011.323 10 259.956 5,3 Luar usahatani 6.883.306 73 2.558.033 52,5 Total 10.238.814 100 4.876.293 100 Rataan pendapatan yang berasal dari sektor luar usahatani nampak bahwa usaha dagang di kedua desa dan jasa transportasi ojeg serta buruh pabrik di Pasiripis dapat memberikan sumbangan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor usaha lainnya (Tabel 7). Pada umumnya usaha pemeliharaan ternak domba masih bersifat tradisional, hasil produksi usaha belum merupakan sumber pendapatan utama dan fungsi ternak pada dasarnya masih mengarah sebagai sarana tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual pada saat petani membutuhkan uang. Sedangkan pendapatan utamanya masih bertumpu pada sektor pertanian tanaman pangan seperti padi, disamping pendapatan yang berasal dari luar usahatani. Dari usahaternak domba nampak bahwa pendapatan yang beasal dari penjualan pupuk relatif sangat kecil, hal ini disebabkan oleh penjualan pupuk kandang belum banyak dilakukan oleh peternak di kedua desa pengamatan, disamping itu juga karena belum semua petani menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman, sedangkan ketersediaan pupuk kandang cukup banyak, apabila dikaitkan dengan rataan pemilikan ternak baik dengan status milik sendiri maupun sewa. Meskipun rataan kepemilikan ternak cukup besar, namun selama tahun 2001 peternak hanya melakukan penjualan ternaknya dalam jumlah yang relatif sedikit yakni dengan rataan 11,1 ekor di dan 1,9 ekor di Desa Tegalsari. Bahkan selama kurun waktu satu tahun, terdapat 3 orang peternak di Desa Pasiripis dan 7 orang peternak di Desa Tegalsari tidak melakukan transaksi penjualan ternak. Proporsi sumbangan pendapatan yang berasal dari usahaternak domba di kedua desa pengamatan nampak paling sedikit dibandingkan dengan sumbangan dari sektor usaha yang lain. Keadaan ini terjadi karena usahaternak masih merupakan cabang usaha dari usaha pokok khususnya usahatani tanaman pangan, sehingga cara pemeliharaannya masih bersifat ekstensif tradisional dan merupakan usaha sampingan, sedangkan curahan waktu tenaga kerjanya lebih terfokus pada usaha pokoknya. Sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak di kedua lokasi pengamatan yakni dengan cara diangon, maka usahaternak domba yang dilakukan, khususnya dari sudut produksi ternak maka dapat dikatakan sebagi usaha dengan biaya produksi yang minimal (zero cost). Oleh karena itu dalam perhitungan analisis usahaternak nampak tidak dijumpai biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan proses produksi, misalnya biaya pakan dan tenaga kerja (Tabel 9). KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa rataan kepemilikan ternak domba per rumah tangga petani relatif cukup banyak yakni 15,1 ekor di dan 5,8 ekor untuk Desa Tegalsari. Namun demikian pemenuhan kebutuhan pakan ternak hanya mengandalkan dari ketersediaan pakan di padang penggembalaan, sedangkan sumber pakan hijauan yang cukup potensial belum banyak dibudidayakan, sehingga besar kemungkinannya ternak yang ada kurang dan bahkan tidak terpenuhi kebutuhan gizi minimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ternak. Proporsi sumbangan pendapatan penduduk dari sektor luar usahatani menempati urutan pertama dengan persentase 73% di Desa Pasiripis dan 52,5% untuk Desa Tegalsari, yang diikuti oleh sektor usahatani tanaman pangan masing-masing 23% dan 42,2%. 321

Sedangkan proporsi sumbangan pendapatan yang berasal dari usahaternak domba baru mencapai 10% di dan 5,3% di Desa Tegalsari. DAFTAR PUSTAKA ANONYMOUS. 1989. Pedoman praktis beternak kambing-domba sebagai ternak potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor AMIR, P.dan H.C. KNIPSHEER. 1989. Conducting onfarm animal research: Procedures & Economic Analysis. Winrock International Institute For Agricultural Development and International Development Research Centre. BERIAJAJA and P. STEVENSON. 1985. The effect of anthelminitic treatment on the weight gain of village sheep. Proc. The 3 rd AAAP Animal Science Congress, Seoul, May 6-10, 19851:519-521. BERIAJAJA dan SUHARDONO. 1999. Pengaruh vaksinasi dengan ekstrak larva cacing Haemonchus Contortus terhadap uji tantang pada domba. Prosiding Seminar Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor, 19 Oktober 1999. pp. 588-593./ BERIAJAJA., R.Z. ACHMAD dan E. KUSUMANINGTYAS. 2000. Efikasi kapang nematofagus pada domba dan kambing di daerah Kendal, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor, 18-19 September 2000. pp. 498-509. CONWAY, G.R. 1986. Agro-ecosystem analysis for research and development. Winrock International, Bangkok, Thailand. 322