Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa

dokumen-dokumen yang mirip
Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

Memperkuat Ekspor (Sektor) Alas Kaki Indonesia melalui Pelatihan bagi UKM dengan Topik Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada

Pejabat Magang TPSA Menyampaikan Argumen untuk Mendorong Perdagangan Jasa di Indonesia

Proyek TPSA Mengadakan Tiga Pelatihan tentang Analisis Gender dalam Perdagangan bagi Pejabat Kementerian Perdagangan Indonesia

Lima Perusahaan Alas Kaki Indonesia Menghadiri FOOTWEAR SOURCING Pada Pameran Dagang MAGIC

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM

Riset Untuk Meningkatkan Ekspor Indonesia ke Kanada melalui Program Magang TPSA

TPSA RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, SEPTEMBER 2015

Proyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10

Proyek TPSA Mensponsori Kunjungan Delegasi Asosiasi Bisnis Indonesia ke Kanada

Proyek TPSA Melaksanakan Pertemuan Awal untuk Gender and Trade Dialogue Group

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Proyek TPSA Melaksanakan Lokakarya Perdagangan Jasa dan Promosi Ekspor Jasa untuk Pejabat Pemerintah Indonesia dan Asosiasi Bisnis

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

ESKPOR APPAREL KE KANADA. 32 nd Trade Expo Indonesia Jakarta, 12 October 2017

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

Kesetaraan Gender dan Perdagangan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

TERM OF REFERENCE (TOR)

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Menimbang a. bahwa kerja sarna perdagangan bebas (Free Trade

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

Kebangkitan Regionalisme Asia. Ringkasan Eksekutif

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Pentingnya Jasa dalam Perdagangan Indonesia

KEPPRES 62/1996, PEMBENTUKAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA UNTUK KONFERENSI TINGKAT MENTERI ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

PAJAK. Pelaksanaan Perpajakan. Audit Pajak

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun

Laporan Upah Global 2016/17. Ketimpangan upah di tempat kerja

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

FORUM KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA. Diskusi Round Table Pertama 16 Januari, 2014

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

Proyek TPSA Melaksanakan Lokakarya untuk Berbagi Pengalaman Kanada Dalam Hal Keamanan Pangan dan Sistem Standar

Inisiatif Accountability Framework

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

RI N G K ASA N KEG IATA N NOVEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek TPSA menyelenggarakan lokakarya dua hari yang digunakan untuk membentuk kasus bagi liberalisasi sektor jasa di Indonesia. Para pembicara menguraikan kesempatan dan tantangan dalam perdagangan (sektor) jasa di Indonesia dan bagaimana merancang strategi pengembangan perdagangan (sektor) jasa berdasarkan praktik terbaik dan pembelajaran dari studi tur TPSA ke Genewa. Latar Belakang Dengan ekspor barang senilai USD 150 miliar pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 30 negara pengekspor terbesar. Namun peringkatnya dalam ekspor sektor jasa jauh di bawah itu. Meskipun memiliki sektor pariwisata yang besar, Indonesia mengalami defisit perdagangan jasa senilai USD 9 miliar di 2015, seiring dengan menurunnya ekspor layanan jasa komersial. Untuk meraih pangsa pasar baru dan menumbuhkan persaingan (yang sehat) dalam industri sektor jasa domestik, pemerintah Indonesia berperan aktif dalam kancah global, termasuk dalam kerangka kerja perundingan Doha Development Round dari WTO. Inisiatif perundingan bilateral dan regional lain yang meliputi perdagangan sektor jasa, seperti misalnya dengan Australia, Uni Eropa, dan mitra CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement), juga tengah dipertimbangkan atau dijajaki oleh Indonesia. Selain usaha yang dilakukan, masih ada tantangan yang menghambat ekspor sektor jasa Indonesia dan potensi perundingannya. Kementerian Perdagangan meminta bantuan teknis tambahan dari Proyek TPSA untuk penguatan kapasitas pejabat pemerintah, dengan tujuan peningkatan Hari pertama lokakarya. kemampuan dalam merancang strategi promosi dan reformasi kebijakan perdagangan sektor jasa, serta dalam melakukan perundingan kesepakatan perdagangan bebas yang lebih menguntungkan dengan negara-negara lain. Sebagai tanggapan, Proyek TPSA menyelenggarakan tiga kegiatan: 1. Sebuah lokakarya dengan topik promosi ekspor sektor jasa pada tanggal 30 31 Maret 2016 di Bandung. Lokakarya ini memberikan kesempatan untuk saling membagikan ide bagaimana mendukung usaha UKM Indonesia dalam melakukan ekspor (sektor) jasa ke pasar internasional dan pentingnya peran promosi yang dijalankan oleh asosiasi bisnis. BERMITRA DENGAN Program dilaksanakan dengan dukungan dana dari Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada

2. Sebuah studi tur dengan topik perundingan perdagangan sektor jasa pada tanggal 26 hingga 30 September 2016 di Genewa. Kegiatan ini difokuskan pada aspek-aspek perundingan perdagangan jasa, dengan pendekatan dua-tahap yang mencakup pengarahan teknis oleh organisasi internasional dan sesi berbagi informasi dengan para juru runding dan perwakilan mancanegara. 3. Sebuah lokakarya tentang reformasi sektor jasa pada 22 23 November 2016. Pembicara lokakarya menguraikan reformasi yang dibutuhkan, dengan tujuan mengidentifikasi kesempatan dan mengatasi tantangan terkait perdagangan sektor jasa. in Services), fleksibilitas dan liberalisasi progresif di bawah GATS, serta tantangan para anggota dalam mengklasifikasi, memperjelas dan mengkoordinasi penjadwalan komitmen GATS. Beliau juga membahas kesulitan-kesulitan yang dihadapi para anggota WTO dalam meneruskan perundingan jasa multilateral dan inisiatif perundingan mega- regional dan plurilateral yang baru yang mencakup perdagangan (sektor) jasa. Dua kegiatan pada poin 1) dan 2) telah dilaporkan dalam laporan kegiatan sebelumnya. Untuk itu, laporan ini difokuskan pada lokakarya tanggal 22 23 November 2016. Ikhtisar Lokakarya Lokakarya mengenai reformasi perdagangan sektor jasa mengadopsi pendekatan inklusif dan terbuka yang dibawakan oleh berbagai pembicara lokal dan internasional dan diikuti lebih dari 50 peserta. Kata sambutan disampaikan oleh Bapak John Summerbell, Deputy Director and Counsellor (Development) Kedutaan Besar Kanada di Jakarta, dan Bapak Kasan Muhri, Staf Ahli Kementerian untuk Hubungan Internasional. Lokakarya diawali dengan ringkasan tentang tren global dalam perdagangan (sektor) jasa yang komprehensif dan mencerahkan, dibawakan oleh Ibu Herliza Aman. Beliau menekankan pentingnya perdagangan (sektor) jasa bagi perkembangan ekonomi Indonesia dan memberikan uraian tentang rencana-rencana perundingan internasional Indonesia sekaligus komitmen-komitmen sebelumnya. Sesi ini ditutup dengan pandangan beliau terhadap kesempatan dan tantangan perdagangan (sektor) jasa di Indonesia. Sesi berikutnya dibawakan oleh Joscelyn Magdeleine, Staf Urusan Ekonomi di Sekretariat WTO di Genewa. Bapak Magdeleine menguraikan tantangan-tantangan utama bagi perdagangan (sektor) jasa dan Kesepakatan Umum Perdagangan (sektor) Jasa (GATS General Agreement on Trade Panji Nurindra, Indra Prahasta dan Bambang Sumarjono, para peneliti dari Kementerian Perdagangan yang menghabiskan dua bulan di The Conference Board of Canada sebagai peserta magang, mempresentasikan studi komparatif sektor jasa dalam ekonomi Indonesia dan reformasi yang dibutuhkannya. Tim magang ini menekankan temuan penelitian mereka yang menunjukkan betapa terbatasnya keterbukaan Indonesia dalam menarik investasi mancanegara dan ketatnya batasan-batasan yang diberlakukan dalam sektor jasa. Mereka membentuk kasus dengan menunjukkan bahwa batasan-batasan tersebut berkontribusi terhadap rendahnya peringkatnya Indonesia dalam ekspor sektor jasa. Ngo Chung Khanh, Deputi Direktur Jenderal Kementerian Industri dan Perdagangan Vietnam, membagikan pengalaman negaranya dalam perundingan sektor jasa bilateral, regional dan global kepada para peserta lokakarya. Beliau menggambarkan proses konsultasi internal Vietnam sebelum memulai pembicaraan perdagangan internasional, serta partisipasi terkininya dalam perundingan TPP dan Uni Eropa. Beliau menawarkan beberapa masukan bagi pejabat Indonesia Beberapa pembicara dalam lokakarya. 2

dan membagikan pembelajaran yang didapat Vietnam dalam melakukan berbagai perundingan. Pada hari kedua lokakarya, Alexandre LaroucheMaltais, Staf Ahli Perdagangan Senior TPSA, merangkum pelajaran utama dari studi tur Genewa tentang perundingan perdagangan (sektor) jasa dan memperkenalkan para peserta studi tur. Ibu Puri Listiyani, Kepala Layanan Lingkungan dan Energi Kementerian Perdagangan, memfokuskan (penjelasannya) pada komitmen internasional Indonesia dalam sektor jasa energi, utamanya dibawah GATS. Ibu Yuni Fatria Putrie, Analis Pedagangan Direktorat Jendral Perundingan Perdagangan Internasional (DGITN Directorate General of International Trade Negotiations) Kementerian Perdagangan, menguraikan komitmen Indonesia dalam kaitannya dengan jasa telekomunikasi dibawah GATS, serta kesepakatan perdagangan bebas (FTA) bilateral. Ibu Siti Tri Joelyartini, Deputi Direktur Layanan Konstruksi, Pariwisata, Rekreasi, Budaya, dan Olahraga dalam DGITN, menggambarkan luasnya lingkup distribusi sektor jasa dan pentingnya sektor jasa bagi ekonomi Indonesia. Beliau juga memberikan ringkasan klasifikasi distribusi sektor jasa dan komitmen negaranya dibawah GATS, serta regulasi domestik terkait. Pada sesi terakhir, Nadia Bourély, Konselor dan Komisaris Perdagangan Senior Kedutaan Besar Kanada, membagikan perspektif Kanada tentang perdagangan (sektor) jasa dan kesempatan potensial bagi Indonesia. Ibu Bourély dengan antusias menjelaskan perannya sebagai Komisaris Perdagangan dan bagaimana beliau membantu para investor dan pedagang Kanada membuka pangsa pasar baru. Beliau juga menekankan tujuan Kanada dan strategi (yang digunakan) untuk mendorong perdagangan (sektor) jasa serta memberikan contoh praktis bidang-bidang yang memerlukan peningkatan kerja sama perdagangan jasa antara Kanada dan Indonesia. Umpan Balik Peserta Seluruh peserta menyampaikan bahwa kemampuan dan pengetahuan mereka meningkat setelah (mengikuti) lokakarya tentang reformasi sektor jasa tersebut. Empat puluh dua persen mengatakan bahwa tingkat kepercayaan diri mereka dalam menerapkan pengetahuan yang didapat naik menjadi sangat baik sekali atau sangat baik, sementara empat puluh dua persen lainnya mengatakan baik dan enam belas persen sisanya mengatakan cukup baik. Delapan puluh persen mengatakan bahwa mereka akan sangat sering atau sering menggunakan pengetahuan yang didapat dari pelatihan, sementara enam belas persen mengatakan sekali-sekali dan empat persen mengatakan jarang. Sungguh merupakan kesempatan (yang sangat baik) bisa berpartisipasi dalam lokakarya TPSA. Saya banyak belajar mengenai kondisi terkini yang menghambat sektor jasa Indonesia dalam meningkatkan daya saingnya, sekaligus mengenal kesempatan (yang tersedia) bagi sektor jasa dalam meraih potensi sesungguhnya. Fokus yang diarahkan pada sektor jasa masih merupakan hal yang baru di Indonesia; lokakarya tersebut sangat membantu menyoroti pentingnya hal ini. Secara keseluruhan, acara dua hari tersebut cukup interaktif sekaligus menyuguhkan diskusi yang konstruktif dan memberi hasil. Terima kasih atas kesempatan ini. RUDHIAN CHLISSMA PUTRA Staf Peneliti Kebijakan, Indonesia Services Dialogue Council (ISD) Para peserta rata-rata melaporkan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pelatihan (yang diadakan). Lima belas persen memberikan peringkat kepuasan sangat baik sekali ; tiga puluh lima persen sangat baik ; empat puluh delapan persen baik ; dan dua persen cukup baik. Tantangan Teknik-teknik Perundingan Tantangan utama Indonesia berkaitan dengan perundingan perdagangan (sektor) jasa. Terdapat sebuah konsensus selama lokakarya tentang sejumlah kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Pertama, meningkatnya penggunaan pendekatan daftar negatif dalam kesepakatan perdagangan bebas generasi-baru menimbulkan kekhawatiran politis dan teknis dari pejabat pemerintah. Misalnya, pembicaraan bilateral dengan 3

negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, atau Australia cenderung dilaksanakan menggunakan pendekatan daftar negatif. Beberapa argumen terhadap pendekatan ini didasarkan pada kesalahpahaman yang dapat diluruskan melalui lokakarya ini, namun beberapa argumen lainnya dianggap cukup beralasan, misalnya keterbatasan kemampuan dan pengalaman juru runding perdagangan (sektor) jasa Indonesia dengan pendekatan daftar negatif tersebut. Para peserta menunjuk dengan tepat bahwa pengadopsian pendekatan demikian membutuhkan usaha lebih untuk memetakan langkah-langkah terkait perdagangan jasa yang ada saat ini, yang perlu dicatat untuk tujuan perlindungan. Namun demikian, pendekatan ini tidak berarti mengarah kepada liberalisasi yang lebih ambisius, jika dibandingkan dengan pendekatan daftar positif. Penjadwalan Komitmen yang Ambigu Tantangan teknis utama sehubungan dengan pergumulan juru runding dalam membuat komitmen yang koheren terhadap liberalisasi perdagangan (sektor) jasa. Para pembicara dalam lokakarya mencatat bahwa persiapan yang sangat baik dan tingkat pengetahuan yang tinggi sangat dibutuhkan saat mengadakan perundingan untuk perdagangan (sektor) jasa. Dalam banyak kasus, negara anggota WTO telah menyerahkan jadwal yang ambigu untuk beberapa komitmen dengan kondisi yang tidak sesuai dengan kualifikasi dan kemudian mengarah pada interpretasi yang bermasalah dan ketidakpastian (saat digunakan) dalam konteks penyelesaian konflik. Menurut staf WTO Joscelyn Magdeleine, klasifikasi juga menjadi lebih menantang bagi pihak-pihak yang berunding, terutama dalam konteks perkembangan teknologi yang sangat cepat dan tersedianya jenis jasa (layanan) baru. Kurangnya Dukungan Politis Proses perundingan juga mungkin terhambat oleh kurangnya dukungan politis, yang menjadikan juru runding tidak dapat membuat konsesi tertentu guna mencapai kesepakatan. Mungkin saja ada tekanan internal terhadap liberalisasi perdagangan (sektor) jasa. Tanpa kemauan politik yang memadai, perundingan internasional tidak dapat membuat kemajuan apapun dan kesepakatan yang ambisius menyangkut perdagangan (sektor) jasa tidak dapat dicapai. Terlepas dari itu, tantangan- tantangan yang ada tidaklah mustahil untuk diatasi, dan potensi manfaat melakukan perundingan internasional untuk perdagangan (sektor) jasa dan pengadopsian reformasi liberalisasi sangat mungkin mengalahkan biaya dan kesulitan yang ditimbulkan. Kesempatan Mengembangkan Visi Bersama Pembicara lokal dan internasional menekankan kesempatan yang dimiliki Indonesia untuk merancang strategi yang komprehensif dan mengkoordinasikan visi terhadap perdagangan (sektor) jasa. Ibu Bourély menunjukkan bahwa agenda dan reformasi perdagangan (sektor) jasa Indonesia menghadirkan kesempatan yang tak ternilai untuk menggerakkan kemauan politik dan koordinasi antardepartemen. Hal ini akan menjawab tantangan yang timbul akibat kurangnya visi bersama diantara badan-badan pemerintah dan kementerian. Ibu Listiyani menyerukan kepada seluruh jajaran kementerian yang terlibat dalam perdagangan dan perundingan (sektor) jasa untuk duduk bersama dan mengkoordinasikan kemudian mengadopsi sebuah visi bersama. Posisi yang dikoordinasikan dan disetujui bersama akan memberikan posisi yang lebih kuat bagi para juru runding Indonesia dalam pembicaraan perdagangan internasional di masa depan. Kesempatan Membuka Pangsa Pasar Baru Kedua, diskusi antara para peserta dan ahli berhasil mengidentifikasi beberapa manfaat dari liberalisasi perdagangan jasa. Kesimpulan dari kesepakatan perdagangan bebas bilateral dan regional akan memberikan kesempatan (membuka) pangsa pasar baru bagi penyedia jasa (dari) Indonesia. Mengingat pengalaman Vietnam baru-baru ini, Bapak Ngo Chung Khanh menyebutkan bahwa kesepakatan Kemitraan Ekonomi Jepang-Vietnam, AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan kesepakatan bilateral dengan Chili, berkontribusi terhadap pendalaman dan perluasan ekonomi Vietnam dan integrasi perdagangan ke wilayah Asia-Pasifik. Kesepakatan-kesepakatan ini 4

Peserta dan pembicara merayakan lokakarya yang (berlangsung) sukses. embantu p m engintegrasian penyedia jasa Vietnam ke dalam rantai nilai regional dan berkontribusi terhadap terbukanya pasar yang belum dapat ditembus eksportir jasa. perdagangan, analisis kebijakan perdagangan, refomasi regulasi dan promosi dagang dan investasi oleh Kanada, Indonesia dan tenaga ahli dari organisasi pemerintah maupun swasta. Menarik Investasi Baru Tujuan utama TPSA adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang lebih baik lagi dan mengurangi kemiskinan di Indonesia melalui peningkatan perdagangan dan investasi penunjang perdagangan antara Indonesia dan Kanada. TPSA dimaksudkan untuk meningkatkan perdagangan berkelanjutan dan sadar-gender serta kesempatan investasi, terutama untuk UKM Indonesia, sekaligus untuk meningkatkan penggunaan analisis perdagangan dan investasi oleh pemangku kepentingan Indonesia demi kemitraan perdagangan dan investasi yang lebih luas lagi antara Indonesia dan Kanada. Ketiga, berbagai kajian menunjukkan bahwa membuka sektor jasa domestik dapat meningkatkan aliran investasi mancanegara. Dalam presentasinya, Ibu Siti Tri Joelyartini menjelaskan mengapa dan bagaimana pengurangan pembatasan sektor jasa dapat mendorong pertumbuhan sektor ini dengan adanya penambahan investasi modal asing, yang pada gilirannya mengarah kepada jasa layanan yang lebih efektif dan berkualitas. Dalam hal pendistribusian jasa, beliau mengharapkan liberalisasi perdagangan akan membantu memodernisasi dan meningkatkan infastruktur jasa domestik serta memiliki dampak positif terhadap daya saing sektor-sektor lainnya. Mengenai Proyek TPSA TPSA merupakan proyek lima tahun senilai C$12 juta yang didanai oleh Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada. Proyek ini dilaksanakan oleh The Conference Board of Canada, dengan mitra implementasi utama yaitu Direktorat Jendral Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan. TPSA dirancang untuk menyediakan pelatihan, penelitian dan bantuan teknis bagi instansi pemerintah Indonesia, sektor swasta khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) akademisi, dan organisasi masyarakat madani untuk informasi terkait Hasil langsung yang diharapkan dengan adanya TPSA adalah: Arus informasi perdagangan dan investasi yang lebih baik antara Indonesia dan Kanada, terutama untuk sektor swasta, UKM, dan para pengusaha perempuan, termasuk risiko dan peluang lingkungan hidup yang terkait dengan perdagangan; Tautan jaringan usaha sektor swasta yang lebih kuat antara Indonesia dan Kanada, terutama untuk UKM; Keterampilan dan pengetahuan analisis yang lebih mantap dikalangan pemangku kepentingan Indonesia mengenai cara meningkatkan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Kanada; 5

Pemahaman yang lebih baik mengenai peraturan perundang undangan dan praktik praktik terbaik dalam perdagangan dan investasi. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi Kantor TPSA di Jakarta, Indonesia: Mr. Gregory A. Elms, Direktur Proyek TPSA (Canada Indonesia Trade and Private Sector Assistance) Canada Centre, World Trade Centre 5, Lantai 15 Jl. Jend. Sudirman Kav 29 31 Jakarta 12190, Indonesia Telepon: +62-21-5296-0376, atau 5296-0389 Fax: +62-21-5296-0385 E-mail: greg@tpsaproject.com 6