BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk juga didalam

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

PENINGKATAN ANTUSIASME SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PARTICIPATORY LEARNING PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB I PENDAHULUAN. menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau sederajat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang disukai karena menurut mereka IPA itu merupakan pelajaran yang

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. serta memperdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah- masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka pendidikanpun

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

I. PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI MATEMATIKA DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN VAK

Diajukan Oleh: RIKKI ASMARANDANI A

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh NATALIA ERNAWATI NIM

PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

I. PENDAHULUAN. Beberapa prinsip pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan adanya motivasi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. formal. Permasalahan yang ada dalam pendidikan formal bertambah pada

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Secara teoritis dan fisiologis tujuan. mandiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran IPA yang memberikan landasan melalui pengetahuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jaya Abadi, 2006), hlm Mendiknas RI, Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006, (Jakarta: CV Mini

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan penggunaan teknologi informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran. Motivasi. memberikan kontribusi pada peserta didik, menurut Agus Suprijono untuk

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan berupa seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta

BAB I PENDAHULUAN. proses pengembangan potensi dirinya agar dapat menghadapi perubahan yang

PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, semakin

BAB I PENDAHULUAN. matematika juga dapat diketahui dengan diberikannya mata pelajaran

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

UPAYA PENINGKATAN RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usman (2010 : 97) menyatakan Pengelolaan kelas adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RUSLAN

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Oleh : SITI NURHAYATI A

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan sebuah aturan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan nilai minimal tertentu yang ditentukan pemerintah. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya dan kualitas siswa di Indonesia pada khususnya. Oleh sebab itu, seorang siswa dituntut untuk lebih giat dalam belajar agar dapat mencapai nilai standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melanjutkan pendidikan. Nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh pemerintah menunjukkan hasil prestasi belajar siswa di sekolah. Winkel (dalam Nasution, 2000) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Fungsi prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar. Membawa perubahan yang nampak dan tersembunyi dari siswa tentang suatu hal yang pernah dipelajari. Prestasi belajar dapat menimbulkan kebanggaan dalam diri siswa. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat 1

2 diketahui setelah evaluasi. Hasil evaluasi memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Pada kenyataannya prestasi belajar siswa di berbagai wilayah rendah. Berdasarkan hasil perolehan data sekunder prestasi belajar siswa kelas X selama dua semester tahun 2012 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran matematika termasuk rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Dari hasil rata-rata nilai keseluruhan siswa kelas X pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 untuk mata pelajaran matematika sebesar 6,4 dan pada semester genap menurun menjadi 5,9. Nilai rata-rata mata pelajaran ini termasuk rendah, karena belum memenuhi standar nilai matematika yang harus dicapai siswa sebesar 6,5. Sesuai data yang diperoleh dalam wawancara pra penelitian dengan guru bidang studi matematika dapat diketahui bahwa nilai rendah siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh ketidakmampuan siswa pada mata pelajaran matematika dan pelajaran matematika banyak ditakuti oleh siswa, sehingga saat pelajaran matematika siswa kurang aktif. Selain itu, faktor guru matematika kurang efektif dalam penggunaan metode, guru bersifat monoton dalam mengajar, sehingga tidak menarik siswa untuk mengikuti pelajaran matematika. Sementara hasil dari pra survey penelitian, dapat diketahui bahwa cara guru dalam mengajar mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan Saskia (17 tahun) siswa kelas X yang mengatakan bahwa guru ketika mengajar di kelas seharusnya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, misalnya ketika guru sedang menerangkan pelajaran bisa menyelipkan cerita-cerita lucu yang menyegarkan sehingga suasana belajar menjadi

3 tidak begitu tegang. Selanjutnya siswa lain, yaitu Doni (18 tahun) siswa kelas X mengatakan bahwa cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas kebanyakan dengan menggunakan metode ceramah sehingga menimbulkan kejenuhan bagi siswa, apalagi pada saat jam pelajaran sudah masuk siang hari. Tidak jarang banyak teman-teman yang mengantuk di kelas sehingga berakibat menurunnya konsentrasi belajar siswa. Temuan lain dari pra survey yang dilakukan, diperoleh keterangan dari Rian (17 tahun) siswa kelas X bahwa guru dalam mengajar kurang mampu menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas. Ada juga guru yang galak sering memarahi siswa, sehingga siswa kurang simpatik. Dari tiga kutipan hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui bahwa guru dalam mengajar kurang kreatif dalam menggunakan metode, metode yang digunakan guru bersifat monoton menimbulkan kejenuhan siswa. Guru dalam mengajar kurang mampu menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas. Guru kurang memiliki sikap simpatik, karena guru sering memarahi siswa. Adanya sikap guru dalam mengajar kurang kreatif dalam menggunakan metode, kurang memiliki sikap simpatik berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pelajaran yaitu siswa menjadi kurang antusias, sehingga memungkinkan siswa menghindar dari kegiatan belajar di sekolah, seperti siswa akan membolos atau malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Penjelasan tersebut memberikan pemahaman bahwa guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2003) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intrinsik, seperti siswa kurang minat dan perhatian terhadap pelajaran dan faktor ekstrinsik yaitu guru. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang paling

4 menentukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Sudjana (2002) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian yaitu kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38%, dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Guru yang kurang memiliki kemampuan dalam mengajar dapat menimbulkan persepsi yang kurang baik bagi siswa. Guna menghindari persepsi yang kurang baik terhadap guru dalam mengajar, pihak guru harus berusaha keras agar siswa memiliki persepsi yang baik mengenai guru dalam mengajar. Persepsi yang baik akan terwujud apabila guru memberikan ilmu yang dimiliki dan siswa membutuhkan ilmu yang diberikan guru. Persepsi menurut Walgito (2004) merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Melalui persepsi, siswa mengadakan penilaian dan penginterpretasian guru mengajar di kelas. Persepsi siswa bersikap negatif atau positif ditentukan oleh sikap guru dalam mengajar. Syah (2006) mengatakan bahwa para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin, khususnya dalam hal belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Setiap siswa memiliki tanggapan tersendiri terhadap gurunya. Salah satunya adalah perasaan senang atau tidak senang terhadap guru mereka. Siswa yang memiliki persepsi negatif pada guru dapat mengakibatkan kurangnya perhatian, kurangnya penghargaan, dan kurangnya ketertarikan baik pada pelajaran maupun

5 pada guru bersangkutan. Jika siswa memiliki pandangan negatif terhadap suatu mata pelajaran, apalagi diiringi dengan kebencian terhadap guru yang bersangkutan, maka akan dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa tersebut. Menurut Usman (2006), guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, sehingga pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus mengetahui seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik. Dalam suatu proses pendidikan manusia memperoleh bimbingan, pengalaman, pengertian serta pandangan yang menyebabkan seseorang berfikir lebih maju. Pemberian bimbingan, kecakapan, dan pengetahuan kepada siswa-siswa merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan metode tertentu. Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif, efisien, dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Zain, 2006). Cara guru mengajar adalah sikap guru dalam mengajar yang ditunjukkan dengan roman muka, ketenangannya dan kesabarannya, berdiri di kelas saat pembelajaran, pandangan mata meluas, suara sedang atau berirama, dan kewibawaan dalam mengajar (Ahmadi, 2005).

6 Guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Jika ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Dengan demikian, prestasi belajar siswa pun juga akan meningkat (Djamarah dan Zain, 2006). Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa rendah, khususnya untuk pelajaran matematika. Cara guru mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurun. Cara mengajar guru dipersepsikan oleh siswa secara negatif dan positif. Atas dasar permasalahan tersebut timbul pertanyaan penelitian, yaitu apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar siswa. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul, Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Cara Guru Mengajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang cara mengajar guru dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta.

7 2. Untuk mengetahui tingkat persepsi siswa tentang cara mengajar guru. 3. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. C. Manfaat Penelitian Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan atara lain: 1. Bagi Kepala, sebagai informasi tentang pentingnya hubungan persepsi terhadap cara guru mengajar dengan prestasi belajar siswa, sehingga Kepala Sekolah dapat mengontrol dan mengawasi cara guru mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi guru, sebagai informasi untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya sebagai guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.. 3. Bagi peneliti lain dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi.