PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kemiskinan bisa dijumpai di belahan manapun di dunia, tidak hanya di

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1) Aktivitas usaha luar tani di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

PETANI MlSKlN Dl PlNGGlRAN PERKOTAAN DAN STRATEGI BERTAHAN HlDUP RUMAH TANGGA (Studi Kasus Petani Lahan Tidur di Kabupaten Bekasi) OLEH : NURMALINDA

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Kemiskinan Rumah Tangga Petani. Bila ditinjau dari kerangka ekonomi, rumah tangga dapat dipandang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : MARIA THERESIA ANITAWATI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

II. LANDASAN TEORI. A. Alih Fungsi Lahan. kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

POLA PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN DI JAWA TIMUR*

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Luas lahan sawah saat ini tinggal 7,5 juta hektar (ditambah 9,7 juta hektar lahan kering). Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

Membangun Proposisi, Menemukan Kebenaran: 10 Kebenaran Tentang Kemiskinan di Pedesaan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembahasan mengenai transmigrasi merupakan pembahasan yang dirasa

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan semakin lebar. Sedangkan kesenjangan dalam kehidupan petani kecil dapat

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hingga upah yang tinggi. Proses migrasi juga turut mempengaruhi kondisi

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Otonomi Daerah yang saat ini sangat santer dibicarakan dimana-mana

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

KAUSALITAS PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB I PENDAHULUAN. pedagang, jasa, serta usaha informal lainnya. Sementara itu Quibria (1990), menyatakan

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan tenaga kerja. Keterlibatan SDM dalam pembangunan tidak hanya, pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan bisa dijumpai di belahan manapun di dunia, tidak hanya di perkotaan, tetapi juga di pedesaan. Chambers (1988) melihat bahwa ada lima "ketidakberuntungan" yang melingkari kehidupan orang miskin, yaitu: (1) kemiskinan (poverty); (2) kelemahan fisik (physical weakness); (3) kerentanan (vulnerability); (4) isolasi ( isolation) dan; (5) ketidakberdayaan (powerlessness). Menurut Sajogyo (1991), di daerah pedesaan, rumah tangga miskin umumnya adalah rumah tangga nelayan, petani berlahan sempit, buruh tani dan pengrajin. Di daerah perkotaan, golongan miskin bukan hanya mereka yang tidak mendapatkan kesempatan kerja di sektor perkotaan yang populer, juga terdapat petani-petani yang mengusahakan lahan-lahan sempit milik orang lain yang belum dimanfaatkan. Menurut Nasoetion (1996), kemisk~nan dapat dibedakan atas kemiskinan alamiah dan kemiskinan struktural. Kemiskinan alamiah berkaitan dengan rendahnya kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Hal ini didukung oleh pendapat Mintoro dan Gatoet (1995), yang menyatakan bahwa terjadinya kemiskinan di daerah pedesaan sangat terka~t dengan ketersed~aan sumberdaya alam yang mendukung kehidupan, serta rendahnya mutu sumberdaya manusia. Demikian juga dengan daerah perkotaan, kemisk~nan juga terkait dengan rendahnya mutu sumberdaya manusia untuk b~sa menuju pada kehidupan yang lebih baik. Berbeda dengan kemisk~nan alam~ah, kemiskinan struktural berkaitan secara langsung ataupun tidak langsung dengan tatanan kelembagaan, dan salah satu terjadinya konversi penggunaan lahan dar~ penggunaan pertanian ke penggunaan non-pertanian yang menyertal proses

transformasi struktural. Di pulau Jawa misalnya, pada kurun waktu 1993-1 998, rata-rata setiap tahunnya 22.800 ha lahan sawah telah dikonversikan ke penggunaan pernukiman dan industri. Di daerah-daerah pinggiran perkotaan, masyarakat yang tadinya hidup di bidang pertanian dan merupakan petani pemilik, karena menjual tanahnya berubah menjadi petani penggarap, sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada kehidupannya secara ekonomi dan sosial. Berbeda dengan Nasoetion, Lewis (1995) memahami kerniskinan dan ciri-cirinya sebagai suatu kebudayaan, atau sebagai suatu sub-kebudayaan dengan struktur dan hakikatnya sebagai suatu cara hidup yang diwarisi dari generasi ke generasi melalui garis keluarga. Menurut Lewis, berkernbangnya kebudayaan kemiskinan di tengah masyarakat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu karena: (1) sistem ekonomi, buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan; (2) tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil; (3) rendahnya upah buruh; (4) tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah rneningkatkan organisasi sosial, ekonorni dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah; (5) sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral; dan (6) kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan pemupukan harta kekayaan dan rnemungkinkan adanya rnobilitas vertikal dan s~kap hernat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai has11 ketidaksanggupan pribadi atau mernang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya Oar1 sudut pandang pembangunan wilayah, Sutomo (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan tidak hanya berasal dari faktor faktor internal, tetapt juga faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan

sumberdaya manusia, yaitu rendahnya keahlian sehingga rendahnya tingkat upah, sedangkan famor eksternal berkaitan dengan buruknya prasarana dan sarana transportasi yang menyebabkan sulitnya pemasaran hasil, rendahnya aksesibilitas terhadap modal, rendahnya sumberdaya alam, penggunaan sumberdaya yang terbatas, serta sistem kelembagaan yang kurang sesuai dengan kondisi masyarakat, yang kesemua itu menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima. Di pedesaan Jawa, terbatasnya sumberdaya alam (lahan) telah berlangsung semenjak masa kolonial Belanda, yaitu karena semakin meningkatnya jumlah penduduk di daerah pedesaan. Dari data Sensus Pertanian 1983, jumlah rumah tangga yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar adalah sekitar 7.024.207 rumah tangga dan dari data Sensus Pertanian tahun 1993 meningkat menjadi 9.104.747 rumah tangga. Dengan terbatasnya lahan-lahan yang dapat diusahakan tersebut, menyebabkan semakin sulitnya petani dari golongan bawah mendapatkan mata pencaharian di bidang pertanian yang bisa menghidupi diri dan keluarganya. Untuk mengatasi ha1 itu, berbagai upaya dilakukan, misalnya: melakukan pola nafkah ganda dengan memasuki berbagai jenis pekerjaan; menambah jumlah anggota rumah tangga yang bekerja; ataupun memanfaatkan lembaga kesejahteraan asli (lembaga informal hasil bentukan masyarakat sendiri) yang ada di lingkungannya. Berkaitan dengan pola nafkah ganda, di daerah pedesaan, selain dilakukan di lingkungan desanya sendiri, juga dilakukan di luar lingkungan desa dengan tujuan yang sama yaitu untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Pola nafkah ganda yang umum dilakukan oleh masyarakat pedesaan adalah dengan menggabungkan pekerjaan di bidang pertanian dan non pertanian, seperti berdagang, menjadi kuli bangunan, dsb, sedangkan di luar desa, mereka

melakukan pekerjaan-pekerjaan di sektor informal, seperti yang dikemukakan Sajogyo (1978), bahwa kadang-kadang mereka yang berasal dari lapisan bawah berusaha sampai ke kota dengan menggeluti usaha-usaha berskala kecil atau usaha di sektor informal. Hasil penelitian Kolopak~ng (1988) yang dilakukan di desa-kotal, juga menunjukkan bahwa pola nafkah yang dilakukan oleh masyarakat lapisan bawah selain bekerja di bidang pertanian, juga bekerja di sektor informal non-pertanian. Peluang kerja di sektor informal non-pertanian yang dimasuki ada juga sektor informal yang menyimpang dari hukum, misalnya menjadi pencuri. Akan tetapi usaha sektor informal yang menyimpang dari hukum ini sering memberikan pendapatan yang bisa menghidupi diri dan keluarga masyarakat lapisan bawah. Sedikit berbeda dengan wilayah pedesaan dimana sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk, di wilayah pinggiran perkotaan, seperti Bekasi, pertanian bukan lagi merupakan sektor utama yang dimasuki penduduknya. Namun demikian, bukan berarti pertanian tidak lagi menjadi mata pencaharian penduduk, keterbatasan lahan tidak menghalangi sebagian masyarakat untuk tetap berusaha di bidang pertanian, dengan mengolah lahan-lahan yang belum dimanfaatkan oleh pemiliknya (lahan terlantarllahan tidur). Dari hasil beberapa tulisan dan juga dari pantauan sendiri, lahan-lahan tersebut adalah lahan-lahan yang ada dl bantaran kali, di pinggiran re1 kereta api, lahan-lahan milik pengembang, dsb Lahan- lahan tersebut umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat lap~san bawah yang tidak mempunyai lahan untuk usaha, dengan ditanami tanaman-tanaman berumur pendek, seperti: kangkung, bayam, sawi, dsb. ' Menurut klasifikasi BPS, desa kota merupakan desa yang mempunyai ciri-ciri ko~a, dcrlgarl persyaratan: (I) kepadatan penduduk >= 5000 jiwa/km2; (2) paling banyak 25 Oh rurnnh tanggo bekerja di bidang pertanian; (3) mempunyai 8 atau lebih fasilitas yang menunjukkan ciri Lora.

Hasil penelitian Siregar &k (1999) menunjukkan bahwa petani yang berusahatani di daerah pinggiran perkotaan, selain merupakan penduduk setempat, juga dijumpai petani yang berasal dari luar wilayah (luar kabupaten bahkan luar provinsi). Di daerah Bekasi, petani luar yang dijumpai mengusahakan lahan-lahan pertanian tersebut berasal dari Indramayu, Cirebon dan Brebes (Jawa Tengah). Bagi petani pendatang, alasan mereka melakukan usahatani di daerah perkotaan adalah karena tidak memiliki lahan di daerah asal, serta karena kalah bersaing dengan pekerja-pekerja dari daerah lain di perkotaan menyebabkan mereka terdampar jadi petani di pinggiran perkotaan. Bagi sebagian penduduk setempat, bertani memang merupakan pekerjaan utama dan bagi sebagian lainnya bertani lebih disebabkan untuk memanfaatkan lahan yang belum dimanfaatkan oleh pemiliknya guna menambah penghasilan dari bidang lain yang telah ditekuni semenjak lama. Di beberapa wilayah pinggiran perkotaan, sangat ironis sekali, penduduk setempat yang memanfaatkan lahan-lahan terlantar tersebut tadinya adalah pemilik lahan, tetapi karena dijual maka berubahlah status mereka dari petani pemilik menjadi petani penggarap. Pemanfaatan lahan-lahan terlantar yang ada di pinggiran perkotaan, bagi sebag~an petani sudah lama dilakukan, namun semenjak terjadinya krisis ekonom~ dl Indonesia sekitar tahun 1998, tindakan masyarakat memanfaatkan lahan terlantar atau lahan tidur tersebut mendapat dukungan dari pemerintah, yaltu dengan adanya Peraturan Menteri Negara AgrariaIKepala Badan Pertanahan Nasconal No. 311998. Peraturan tersebut berisi tentang kewajiban pemegang hak atas tanah atau pihak yang memperoleh penguasaan atas tanah untuk memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki atau dikuasainya. Lahan-lahan tersebut terdiri dar~ lahan atau tanah yang dikuasai dengan hak milik, Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan, serta tanah hak pengelolaan dan tanah yang sudah diperoleh dasar penguasaannya, tetapi belum diperoleh hak atas tanahnya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau yang belum dipergunakan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya ataupun menurut Tata Ruang Wilayah yang berlaku (Pasal 1, Ayat 1 pp Menneg. Agraria No. 311998). Selain strategi ekonomi seperti yang dijelaskan di atas, strategi nonekonomi dilakukan dengan memanfaatkan lembaga kesejahteraan asli yang ada di lingkungannya. Pemanfaatan lembaga kesejahteraan asli dilakukan melalui keterlibatan anggota masyarakat dalam berbagai lembaga yang ada, misalnya dalam lembaga arisan, gotong royong dalam perbaikan saluran, bagi hasil, dsb. Dari hasil penelitian Sitorus (1999) di beberapa desa di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur, serta penelitian lstiani dkk (1992) di dua desa di Jawa Tengah, menunjukkan bahwa dengan terlibatnya anggota masyarakat dalam lembaga kesejahteraan asli dapat membantu masyarakat dalam upaya mempertahankan atau memperbaiki taraf kesejahteraan masyarakat. Pertnasalahan Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa di daerah pinggiran perkotaan, lahan-lahan pertanian semakin berkurang dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh terjadinya konversi penggunaan lahan, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan status sebagian petani dari petani pemilik menjadi petani penggarap. Berkurangnya lahan yang dimiliki atau bahkan habisnya iahan garapan yang dimiliki, ditambah lagi terbatasnya akses

rumah tangga (dalam ha1 ini petani lapisan bawah) terhadap sumberdaya ekonomi (dalam ha1 ini modal), maka banyak diantara mereka memanfaatkan lahan-lahan terlantar untuk tetap bertahan hidup. Namun demikian, memanfaatkan lahan tidur tidak bisa memberi jaminan rasa aman bagi petani untuk kelangsungan sumber nafkahnya, karena sewaktu-waktu lahan tersebut bisa saja diambil oleh pemiliknya. Oleh karena itu, tidaklah mungkin untuk tetap bertahan hidup dengan hanya mengandalkan hidup dari pengolahan lahan tidur saja, karena untuk luasan yang terbatas sangatlah tidak mungkin untuk bisa bertahan hidup kalau tidak ada sumber nafkah lain yang membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara sosial dan ekonomi. Berkaitan dengan ha1 tersebut di atas, maka timbul suatu pertanyaan untuk dicari kejelasannya, yaitu: bagaimana strategi yang dilakukan rumah tangga (RT) petani tak berlahan (memiliki lahan sempit) untuk tetap bertahan hidup di wilayah pinggiran perkotaan? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah: 1. Untuk mengkaji bagaimana karakteristik desa pinggiran perkotaan dan kemiskinannya. 2. Untuk mengkaji bagaimana karakteristik rumah tangga miskin pinggiran perkotaan dan faktor-faktor penyebab kemiskinan yang dialaminya. 3. Untuk mengkaji strategi yang dilakukan oleh rumah tangga miskin untuk tetap bertahan hidup dan mengkaji sampai sejauh mana peranan

"stakeholder" (pemerintah, swasta dan organisasi IokalILSM) dalam upaya mengatasi kemiskinan di daerah pinggiran perkotaan. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan: 1. Dapat menambah pengetahuan pembaca dalam kaitannya dengan upaya pemanfaatan lahan terlantar (lahan kosong) di daerah pinggiran kota; 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam ha1 pengembangan petani miskin pinggiran kota; 3. Sebagai informasi yang bisa digunakan untuk penelitian lanjutan dalam kaitannya dengan pemanfaatan lahan-lahan terlantar (lahan-lahan tidur) sebagai lahan pertanian.