KERAJINAN BATIK GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

KERAJINAN BATIK GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

Kerajinan Batik Tulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK TULIS DI KABUPATEN SUKOHARJO PADA ERA SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Setiap suku atau ras menduduki daerah dan memiliki kebudayaan

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

MOTIF MICROCONTROLLER PADA BUSANA HUMANE DALAM GAYA KONTEMPORER FUTURISTIS PENCIPTAAN. Vincentia Tunjung Sari NIM

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

PENGEMBANGAN MOTIF GURDHA DALAM KEBAYA MODIFIKASI

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BATIK SEBAGAI PELUANG USAHA

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan kekayaan kebudayaan yang beragam.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

Transkripsi:

KERAJINAN BATIK GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA JURNAL PENGKAJIAN SENI Oleh : Nur Alifah TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENIRUPA INSTITUT SENI INDONESIAYOGYAKARTA 2017 1

2

KERAJINAN BATIK GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Nur Alifah INTISARI Batik adalah sebuah karya seni dan budaya di Indonesia.Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan batik, muncul berbagai macam batik seperti batik yang ada di desa Gumelem, Banjarnegara, Jawa Tengah. Tugas Akhir pengkajian berjudul Kerajinan Batik Gumelem Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara ini ditunjukan untuk mengetahui latar belakang keberadaan batik di Gumelem, meliputi proses produksi batik di Gumelem, dan juga ciri khas batik di Gumelem. Setiap daerah memiliki kerajinan yang khas menjadi andalan daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok, Banjarnegara juga memiliki kerajinan khas yaitu batik Gumelem. Berbagai sejarah dikemukakan untuk mengetahui asal mula keberadaan batik di desa Gumelem Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan estetis, populasi dan sampel, metode pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif model interaktif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh perusahaan batik Gumelem yang sudah memiliki nama (label) dan 4 perusahaan yang dijadikan sampel yaitu perusahaan Bu Sartinem, Giat Usaha, Batik Mirah, dan Amorista. Motif yang terdapat di desa batik Gumelem terdapat tiga jenis motif, yaitu motif tradisional, kontemporer dan kombinasi. Kain batik gumelem dipasarkan ke berbagai daerah baik dalam negri maupun luar negri. Peran pemerintah sangat berpengaruh dalam peningkatan dan perkembangan batik gumelem. Kerjasama tersebut bisa berupa pembinaan, penyuluhan serta bantuan modal. Selain itu, inovasi produk harus selalu dilakukan oleh pengusaha dan perajin batik Gumelem. Masyarakat harus menjaga dan melestarikan batik Gumelem sebagai warisan budaya. Kata kunci: Kerajinan Batik, Batik Gumelem, Motif Batik, Warna Batik. ABSTRACT Batik is an art and culture creature in Indonesia. Nowdays, batik is growing and developing. Many kinds of batik in Gumelem village, Banjarnegara district, Central Java. The Final Project assesment entitled "The Batik Handicraft of Susukan Subdistrict in Banjarnegara district" was showed knowing the background of batik Gumelem, existence such as the producrion process and the 3

characteric of batik in Gumelem. Every district has the uniqness as the mainstay of its village. Banjarnegara not also has Klampok ceramic, but also has the characteristics that is Gumelem batik. Several histories was showed knowing the origin existence of batik in Gumelem village. The methods that used in this research were aesthethics approacment, population, and sample. The methods was used to collect the data are observation, interview, and documentation. The method to analize data was qualitative analize method informative method. The population of this research were all of batik Gumelem industry that had name (brand)and the 4 industries that used as sample were "Bu Sartinem", "Giat Usaha", "Batik Mirah,and "Amorista" industry. There were several design in Gumelem those are traditional, contemporer, and combination. Batik cloth was marketed in several area, domestic and international. The government contribution is very influence in growing and developing gumelem batik. The cooperation was founding, information, and financial assist. Other than that, do innovation product should be done by lthe entrepreneur and craftman of Gumelem batik. People have to save and conserve Gumelem batik as the culture legacy. Keywords: Batik Handicraft, GumelemBatik, Design Batik, Colour Batik. A.Pendahuluan 1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki aneka ragam hasil karya kriya tradisi warisan nenek moyang. Salah satunya yaitu karya kriya tekstil yang berwujud kain batik. Seni batik mempunyai nilai seni yang tinggi, hasil perpaduan antara seni dan teknologi. Batik menarik perhatian bukan semata-mata hasil produknya saja, melainkan juga proses pembuatannya. Inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor batik diakui oleh dunia. Batik diakui oleh UNESCO sebagai warisan non-bendawi pada tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. UNESCO menyampaikan secara resmi bahwa batik merupakan warisan budaya asal Indonesia. UNESCO memasukan batik Indonesia ke dalam daftar Representativenon-bendawikarena telah memenuhi kriteria, antara lain kaya dengan simbol-simbol dan filosofi kehidupan rakyat Indonesia, serta mampu memberi kontribusi bagi terpeliharanya warisan budaya tak-benda pada masa ini dan masa mendatang (Rachman, 2010:8). Semenjak ditetapkan oleh UNESCO, popularitas batik mulai meningkat lagi. Disamping warga Indonesia sendiri banyak pula para wisatawan luar negeri yang menghargai dan ingin mempelajari batik sebagai budaya Indonesia yang bersejarah dan mengandung filosofi. Di Indonesia batik dibuat di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa. Setiap 4

daerah pembatikan mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing, baik dari unsur ragam hias maupun tata warnanya. Begitu juga, keberadaan batik di desa Gumelem. Banjarnegara yang masuk dalam kategori batik Banyumasan. Kebudayaan dan kesenian daerah Banyumas dapat dikatakan dekat dengan yang ada di daerah Solo dan Yogya, termasuk seni batiknya terlihat selera dan gayanya, baik dalam warnanya maupun ragam hias (Djoemena, 1990:14). Batik Gumelem menjadi tradisi turun temurun dari generasi ke generasi. Cikal bakal perajin lahir kembali dari dana usaha pelatihan dan dana yang diberikan pemerintah. Batik Gumelem diyakini sudah ada sejak berdirinya tanah perdikan Gumelem yang kemudian menjadi Kademangan Gumelem pada tahun 1573, demikian penegasan Muryati (Wawancara dengan Muryati, Karyawan Batik Giat Usaha Gumelem, Banjarnegara, Jawa Tengah, 28 Januari 2016). Keterampilan di dalam membatik, dibutuhkan kesabaran, kecermatan, dan cekatan dibutuhkan dalam pembuatan batik seiring dengan kegiatan produksi yang dituntut lebih cepat serta tuntutan untuk menghasilkan karya-karya batik yang berkualitas dan layak jual. Setiap daerah mampu menghasilkan corak dan motif batik yang berbeda sesuai dengan sejarah dan budaya masingmasing daerah. Kerajinan batik yang ada di Indonesia menunjukkan adanya kemajuan yang cukup pesat dan menggembirakan, seperti halnya batik di Gumelem yang memiliki keunikan tersendiri dari segi motif maupun warna. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk mengetahui motif yang diproduksi dan warna-warna yang digunakan dalam proses produksi pengusaha batik di desa batik Gumelem. Penelitian ini mencakup pengetahuan umum tentang batik Gumelem yang bersifat informatif. Penelitian diarahkan kepada informasi global dan dikhususkan pada motif serta warna yang dihasilkan pengusaha di desa batik Gumelem. 2. Rumusan/Tujuan Penelitian a. Rumusan Masalah 1)Apa yang melatarbelakangi munculnya batik di Gumelem? 2) Bagaimana Proses produksi batik di Gumelem? 3)Apa motif dan warna yang diproduksi batik di Gumelem? 4)Apa ciri khas batik di Gumelem? b. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui latar belakang munculnya batik khususnya di wilayah Gumelem. 2) Untuk mengetahui proses produksi batik di Gumelem. 3) Untuk mengetahui motif dan warna yang diproduksi batik di Gumelem. 4) Untuk mengetahui ciri khas batik di Gumelem. 5

3. Teori dan Metode Penelitian a. Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori estetika. Tinjauan nilai estetis dalam suatu karya seni menurut Monroe Beardsley di dalam buku karya Junaedi (2013:324-326): Monroe Beardsley mengajukan tiga unsur yang menjadi sifat keindahan karya seni, yaitu: kesatuan (unity), keragaman (diversity), dan intensitas atau penekanan (intensity). Pertama, kesatuan adalah ikatan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya, yang menyebabkan harmoni.kedua, keragaman adalah variasi unsur yang termuat dalam karya seni.ketiga, intensitas adalah penekanan efek estetis atau artistik pada suatu objek. Pertama, kesatuan adalah ikatan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya, yang menyebabkan harmoni. Kesatuan suatu karya seni tergantung pada relasi unsur artistiknya. Elemen-elemen atau unsur artistik tersebut dalam seni rupa disebut elemen visual yang terdiri dari garis, warna, bidang, bentuk, maupun tekstur. Elemen tersebut dapat disusun dalam komposisi-komposisi tertentu untuk mencapai kesatuan, misalnya objek yang menggerombol atau ditempatkan secara terpisah. Kedua, keragaman adalah variasi unsur yang termuat dalam karya seni. Keragaman dan kesatuan merupakan hal yang saling terkait. Ketika karya seni menjadi kompleks dengan berbagai elemen yang berbeda, kesatuannya mungkin akan berkurang, sementara jika tema atau elemennya diulang, perbedaannya akan semakin berkurang. Ketiga, intensitas adalah penekanan efek estetis atau artistik pada suatu objek. Intensitas pada bentuk merupakan penekanan pada bentuk tertentu di antara seluruh bentuk yang ada dalam komposisi. Penekanan ini menjadikan pusat perhatian (center of interest) pada karya seni. b. Metode Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan estetika. Metode pendekatan estetika digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini berkaitan dengan kajian suatu karya seni yaitu kerajinan batik di desa Gumelem Banjarnegara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan batik Gumelem yang tercatat di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Kabupaten Banjarnegara sejumlah 11 perusahaan yang sudah memiliki nama (label). Dalam menentukan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling.sampel dalam penelitian ini adalah 4perusahaan batik di sentra batik Gumelem. 6

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:studi pustaka, Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis model interaktif (interactive model of analysis) oleh Miles and Huberman. B. Hasil dan Pembahasan 1) Latar Belakang Munculnya Batik di Gumelem Keberadaan batik di desa batik Gumelem dimulai sejak Kademangan Gumelem pada tahun 1573. Saat itu terdapat pembatik yang bertugas membuat kain batik bagi keperluan busana keluarga, kerabat dan sentana dalem Kademangan. Batik di Gumelem masih terpengaruh dari Banyumas dan Mataram. Terpengaruh dari Banyumas dikarenakan wilayah kabupaten Banyumas berbatasan dengan kecamatan Susukan Banjarnegara. Batik di Gumelem juga terpengaruh dari Mataram, dikarenakan dahulu yang memperkenalkan batik di Gumelem merupakan Raja dari Mataram. Kerajinan batik yang ada di Banjarnegara belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, berbeda dengan batik-batik di daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, Yogyakarta, Solo dan daerah-daerah lain yang memproduksi batik. Melihat perkembangan batik di daerah lain yang cukup pesat, pengusaha batik di desa Gumelem berusaha untuk mengembangkan usaha batik yang juga dibantu oleh pemerintah kabupaten Banjarnegara, baik dengan mengadakan pelatihan, membuat kebijakan-kebijakan untuk wajib memakai pakaian batik pada hari tertentu bagi PNS di daerah Banjarnegara, dan Pemerintah juga membantu mempromosikan batik tulis Gumelem. Pusat-pusat kerajinan di Banjarnegara juga mulai mengembangkan desain-desain yang sangat bervariasi yang terinspirasi dari motif-motif tradisional. Batik Gumelem merupakan salah satu produk unggulan Banjarnegara setelah keramik Kelampok. Pada saat observasi dilaksanakan, terdapat 11 pengusaha batik Gumelem yang sudah memiliki label, tetapi pada kenyataannya saat ini beberapa pengusaha sudah tidak berproduksi lagi dan beralih profesi dengan alasan terkendala modal dan pemasaran produk. Dari beberapa pengusaha diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 4 pengusaha. Hal ini dikarenakan 4 pengusaha masih aktif berproduksi. Pengusaha yang lain saat ini hanya menjual produk dan tidak melakukan produksi sendiri. Dalam hal pemasaran para pengusaha batik di desa Gumelem menjual secara online dan offline. Mengikuti pameran-pameran produk batik juga menjadi pilihan untuk mempromosikan produk dari Gumelem. Tidak semua perusahaan aktif mengikuti pameran dengan berbagai macam alasan. 7

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa keberadaan batik Gumelem tidak ada begitu saja tetapi melalui perjalanan panjang dari masa ke masa hingga saat ini. Tidak banyak pengusaha batik Gumelem yang akhirnya gulung tikar dikarenakan banyak faktor, tetapi semua itu tidak mengurangi semangat pengusaha batik di desa Gumelem yang masih bertahan sampai saat ini. 2) Proses Produksi Batik di Gumelem Bahan yang digunakan untuk membuat batik di Gumelem semua di peroleh dari Sokaraja, Yogyakarta, Bandung dan Solo. Seperti kain, malam dan pewarna. Kain yang sering digunakan adalah kain prima, primisima, dan sunforis, dikarenakan harganya lebih murah. Kain sutera digunakan hanya saat ada pesanan yang meminta batik menggunakan kain sutera, dikarenakan harga kain sutera relatif mahal sehingga batik yang dibuat menggunakan kain suterapun juga jauh lebih mahal dari batik yang dibuat dengan kain prima, primisima ataupun kain sunforis. Alasan pengusaha memilih kain prima, primisima, dan sunforis sebagai bahan yang sering digunakan karena selain harga yang tergolong murah juga kualitasnya, kain mudah untuk dibatik dan menyerap keringat saat dipakai. Malam yang dipakai ada dua macam yaitu malam kuning dan hitam, malam kuning biasanya dipakai untuk ngelowong, dan ngiseni, sedangkan malam hitam digunakan untuk ngeblok. Malam yang digunakan pada dasarnya sama dengan malam yang dipakai untuk membatik di daerah lain. Kegunaan warna dalam pembuatan batik adalah untuk memberikan kesan dan karakter pada setiap batik. Pada proses pewarnaan batik Gumelem warna yang digunakan ada dua jenis, yakni pewarna alam dan pewarna sintetis atau kimia. Pada saat ini warna yang dihasilkan di batik Gumelem tidak hanya warna-warna tradisional (gelap) saja, tetapi sudah berkembang pada warna-warna yang bervariasi. Perkembangan warnawarna ini disebabkan karena permintaan konsumen. Pewarna sintetis menjadi pilihan para pengusaha dengan alasan lebih mudah dan tidak memakan waktu lama, berbeda saat menggunakan pewarna alam yang memakan waktu lama dan sulit. Biasanya warna yang digunakan adalah naptol, indigosol, dan reaktif. Pewarna kimia ini didapatkan dari Koperasi di Sokaraja, tetapi pengusaha juga terkadang membeli pewarna kimia dari Solo dan Jogja. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan batik di Gumelem merupakan alat yang masih tradisional. Alat-alat yang digunakan pada dasarnya sama dengan alat yang digunakan di daerah lain berupa kompor kecil untuk membatik, wajan batik dan canting. Alat pendukung lainnya seperti meja pola, meja cap, gawangan, bak warna, ember, plantangan, dan kompor besar. 8

Ada beberapa alat yang digantikan dengan alat yang lebih praktis misalkan dahulu pembatik menggunakan kompor batik dengan minyak tanah. Saat ini pembatik lebih memilih menggunakan kompor gas satu tungku dengan alasan lebih praktis karena sekarang ini sulit menemukan penjual minyak tanah, di samping itu harga minyak tanah juga mahal. Tetapi, masih ada juga perusahaan yang menggunakan alat-alat yang saat ini sudah jarang digunakan di derah lain, perusahaan yang masih menggunakan pawon adalah perusahaan Amorista. Pawon merupakan tungku yang terbuat dari tanah liat untuk membatik. Tungku besar juga masih digunakan di perusahaan Batik Mirah, biasanya tungku ini digunakan untuk proses ngelorod. Berdasarkan hasil pengamatan proses pembuatan batik di desa Gumelem pada dasarnya sama dengan proses pembuatan batik yang ada di daerah lain. Yang membedakan hanya penyebutan nama setiap prosesnya. Batik di Gumelem dimulai dengan proses persiapan seperti motong, nggirah, dan nganji, yang kemudaian dilanjutkan dengan proses batik seperti pada umumnya. Proses batik yang sering digunakan di desa Gumelem adalah batik Lorodan yaitu batik yang diklowong, diwedel, dilorod, dibironi dan disoga, karena proses ini lebih mudah, tetapi terkadang juga menggunakan teknik batik kerokan yaitu dengan cara mengerok untuk menghilangkan malam. Proses batik lain yang ada di desa Gumelem yaitu batik cap dengan menggunakan canting cap. Batik kombinasi merupakan teknik batik dengan menggabungkan antara batik tulis dengan batik cap, batik cap dengan batik printing (kain motif batik), dan batik tulis dengan batik printing (kain motif batik). Kain motif batik diperoleh dari Pekalongan, biasanya kian-kain motif batik ini kemudian dibatik kembali dengan canting. Adapun tahapan pembuatan batik di desa batik Gumelem yaitu mola, nglowong dan ngiseni, ngewarna, ngeblok, nglorod, mencuci, dan proses terakhir yaitu penjemuran kain. 3) Ciri Khas Batik di Gumelem Motif batik di Gumelem erat hubungannya dengan daerah Banyumas dan Mataram. Terpengaruh dari Banyumas karena daerahnya yang berdekatan, sedangkan Mataram karena dahulu orang-orang Kademangan berasal dari Mataram, dan yang memperdikkan wilayah Gumelem merupakan raja Mataram. Pengaruh yang dibawa dari Mataram adalah motif dan warna. Motif yang ada di desa batik Gumelem sebenarnya banyak sekali hingga ratusan, motif-motifnya terpengaruh dari Banyumas dan Mataram, karena dahulu pada saat Gumelem masih jadi kademangan rajanya dari Mataram. Warna batik Gumelem khas dengan warna-warna gelap, seperti coklat, biru tua, tapi sekarang juga banyak pembatik yang membuat warna-warna cerah mengikuti permintaan pasar dan tergantung dari konsumen. Motif batik disini ada tiga jenis, motif klasik, kontemporer, dan kombinasi. 9

Motif batik disini ada tiga jenis, motif tradisional, kontemporer dan kombinasi. Motif tradisional cenderung statis dan tidak berubah-ubah. Gb. 1. Motif Dan Liris Milik Perusahaan Giat Usaha Lokasi: Desa Gumelem Banjarnegara (Foto: Nur Alifah, 2016) Motif kontemporer yang ada di Gumelem merupakan motif yang terinspirasi dari lingkungan sekitar di wilayah Banjarnegara. Gb. 2. Motif Lumbon Milik Perusahaan Giat Usaha Lokasi: Desa Gumelem Banjarnegara (Foto: Nur Alifah, 2016) Motif kombinasi biasanya merupakan motif gabungan dari kain bermotif batik yang diambil dari Pekalongan, kemudian di batik ulang dengan batik tulis ataupun batik cap, baik itu menggunakan motif klasik ataupun motif kontemporer. 10

Gb. 44. Motif Carica Milik Perusahaan Batik Mirah Lokasi: Desa Panerusan Banjarnegara (Foto: Nur Alifah, 2016) Motif yang diproduksi setiap perusahaan hampir semua sama, hanya penamaan setiap motif terkadang berbeda-beda. Ada satu perusahaan yang hanya memproduksi batik tulis, yang diproduksi perusahaan Amorista ini berbeda dengan perusahaan perusahaan lain di desa Gumelem. Produk setiap perusahaan di Gumelem cenderung sama, produksi tersebut dapat dikategorikan sebagai produk kain, produk interior dan produk busana. Beberapa produk dari perusahaan yang berbeda dapat dilihat dari warnanya, misalkan pada produk kain milik perusahaan Batik Mirah cenderung lebih berfariasi warnanya, jika dibandingkan dengan produk kain dari perusahaan batik Bu Sartinem. Perkembangan motif, warna dan produk merupakan perkembangan berdasarkan keinginan pasar. Hasil batik di desa Gumelem memiliki fungsi sesuai dengan jenis produknya. Kain panjang biasanya digunakan untuk jarik, kain bahan baju digunakan untuk membuat baju, kain bahan sarung dibuat untuk menjadi sarung. Taplak meja sebagai sarana untuk perlengkapan interior, baik untuk meja tamu, meja makan atau meja yang lainnya. Selendang biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian. Harga untuk produk batik di desa Gumelem tergolong murah jika dibandingkan dengan batik yang ada di Jogja dan Solo. Dengan Rp. 500.000 pembeli sudah bisa mendapatkan produk kain panjang full tulis dari desa Gumelem, akan tetapi untuk membeli kain batik tulis di Jogja dan Solo pembeli harus menyiapkan lebih dari harga yang ada di Gumelem. Ketertarikan pasar saat ini lebih condong keproduk batik kombinasi dengan harga murah dibandingkan dengan batik tulis. 11

Keseluruhan observasi dapat dilihat bahwa batik Gumelem merupakan desa batik di Banjarnegara, yang masih bertahan sampai sekarang. C. Kesimpulan Setiap daerah memiliki kerajinan yang khas dan menjadi andalan di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok juga memiliki kerajinan khas yaitu batik Gumelem. Berbagai sejarah dikemukakan untuk mengetahui asal mula keberadaan batik di desa Gumelem. Pada intinya hanya untuk mengetahui keberadaan desa batik Gumelem tidak begitu saja ada, namun melalui perjalanan panjang. Berbagai motif yang terdapat di desa batik Gumelem yaitu motif tradisional, motif kontemporer dan motif kombinasi. Masing-masing motif memiliki ciri khas berbeda namun tetap memiliki nilai estetik dan keunikan tersendiri. Produk yang dihasilkan berupa produk kain, produk interior, dan produk busana. Para perusahaan batik Gumelem dalam pengerjaan batik menggunakan alat-alat tradisional. Pengerjaan batik tulis lebih rumit dan memakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan batik cap. Selain adanya batik tulis dan cap, di Gumelem juga terdapat batik kombinasi dengan kain bermotif batik (batik printing) yang diperoleh dari Pekalongan, yang kemudian di batik ulang. Kain batik Gumelem dipasarkan ke berbagai daerah baik dalam negeri maupun luar negeri. Keberadaan batik tulis Gumelem saat ini kian terdesak oleh keberadaan kain batik printing buatan pabrik yang marak di pasaran dengan segala variasi warna, motif dan bahan yang digunakan. Namun hal tersebut tidak membuat para pengusaha maupun perajin batik Gumelem menyerah. Dengan meningkatkan kualitas dan menawarkan berbagai desain yang lebih unik dan menarik. Tentunya batik Gumelem tetap memiliki pasar tersendiri.peran pemerintah setempat sangat berpengaruh terhadap perkembangan batik Gumelem. DAFTARPUSTAKA Djoemena, Nian S (1990), Batik dan Mitra, Djambatan, Jakarta. Junaedi, Deni (2013), Estetika: Jalinan Subjek, Objek, dan Nilai, Badan Penerbit ISI Yogyakarta, Yogyakarta. Rachman, Lina (2010), Banjarnegara Punya Batik Pesona Batik Gumelem, Banjarnegara Corner, Banjarnegara. 12