Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

* Fakultas Kesehatan Masyarakat

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015


BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE II DI RSU PANCARAN KASIH Junita C. Timisela*, Budi T. Ratag*, Angela F.C.

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

DR. R.D KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci :Riwayat Keluarga, Konsumsi Alkohol, Kadar Asam Urat Darah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

: Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di Kabupaten Minahasa Selatan

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2014

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT TK. III. R. W. MONGISIDI MANADO TAHUN 2017 Rianty Rahalus*, Afnal Asrifuddin*, Wulan P.J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Diabetes mellitus sudah menjadi masalah kesehatan secara global pada masyarakat, karena prevalensi dari diabetes mellitus terus mengalami peningkatan, baik pada negara maju maupun pada negara yang sedang berkembang. Diabetes mellitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah/hiperglikemia akibat jumlah dan atau fungsi insulin terganggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit TK. III. R. W. Mongisidi Manado. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional study dan dilaksanakan di Poliklinik Interna Rumah Sakit TK. III. R. W. Mongisidi Manado pada bulan Maret - Juni 2017. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan yang berkunjung di Poliklinik Interna Rumah Sakit TK. III. R. W. Mongisidi Manado. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 86 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian terdapat 35 responden yang memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mellitus dan 11 responden yang tidak menderita diabetes mellitus, sedangkan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mellitus terdapat 14 responden menderita diabetes mellitus dan 26 responden yang tidak menderita diabetes mellitus. Nilai Pvalue = 0,000 yang berarti terdapat hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes mellitus dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit TK. III. R. W. Mongisidi Manado. Nilai PR riwayat keluarga menderita diabetes mellitus yang didapat adalah PR= 5,90 dimana nilai PR > 1 yang berarti bahwa riwayat keluarga menderita diabetes merupakan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2. Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 ABSTRACT Diabetes mellitus has become a global health problem in the society, because the prevalence of diabetes mellitus continues to increase, both in developed countries and developing countries. Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by elevated blood sugar levels or hyperglycemia due to the interrupted amount and/or function of insulin. The purpose of this research was to determine the factors associated with the occurrence of diabetes mellitus type 2 in the TK. III. R. W. Mongisidi Hospital, Manado. This research was an analytic survey research with cross sectional study approach and this research was conducted in Internal Polyclinic of TK. III. R. W. Mongisidi Hospital, Manado in March - June 2017. The population in this research was the entire outpatients who visited the Internal Polyclinic of TK. III. R. W. Mongisidi Hospital, Manado. The number of samples used was 86 respondents. Data were collected by questionnaire. From the results of the research, there were 35 respondents who had a family history of diabetes mellitus and 11 respondents who did not suffer from diabetes mellitus, while those with no family history of diabetes mellitus were 14 respondents who suffered from diabetes mellitus and 26 respondents who did not suffer from diabetes mellitus. Pvalue = 0,000, which means that there was a relationship between family history of diabetes mellitus with the occurrence of diabetes mellitus type 2 in the TK. III. R. W. Mongisidi Hospital, Manado. Value PR The family history of diabetes mellitus was PR=5,90 where the value of PR > 1 it is mean that family history of diabetes is a contributing factor to the risk of the occurrence of diabetes mellitus type 2. Keywords: Education, Occupation, Family History of Diabetes Mellitus, Physical Activity and The Occurrence of Diabetes Mellitus type 2. 1

PENDAHULUAN Diabetes Mellitus sudah menjadi masalah kesehatan secara global pada masyarakat, karena prevalensi dari Diabetes Mellitus terus mengalami peningkatan, baik pada negara maju maupun pada negara yang sedang berkembang. Diabetes Mellitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah/hiperglikemia akibat jumlah dan atau fungsi insulin terganggu (Suiraoka, 2012). Secara global, World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 Diabetes akan menjadi penyebab utama kematian. Pada tahun 2012 penyebab langsung dari 1,5 juta kematian adalah penyakit Diabetes. Jumlah penderita Diabetes pada tahun 1980 yaitu 108 juta dan meningkat menjadi 422 juta pada tahun 2014. Dilihat dari peningkatan jumlah penderita Diabetes tersebut, maka akan menjadikan Indonesia menduduki rangking ke 4 dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India (WHO, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi Diabetes Mellitus pada perempuan cenderung lebih banyak dibandingkan dari laki-laki. Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Prevalensi cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi (Riskesdas, 2013). Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus yang cukup tinggi. Kejadian Diabetes Mellitus yang diperoleh dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, menunjukan bahwa jumlah kasus terus meningkat. Pada tahun 2015 jumlah kasus yaitu 3652 kasus dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 dengan jumlah 5083 kasus. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Manado, didapatkan bahwa jumlah kasus pada tahun 2015 yaitu 2756 kasus dan meningkat pada tahun 2016 dengan jumlah 3496 kasus (Dinkes Provinsi Sulut, 2016). Data dari bagian Rekam Medik Rumah Sakit TK. III R. W. Mongisidi Manado, menunjukan bahwa jumlah kunjungan pasien rawat jalan Diabetes Mellitus dari tahun 2014 sampai 2016 mengalami peningkatan kasus. Pada tahun 2014 jumlah kunjungan pasien rawat jalan Diabetes Mellitus yaitu 145 2

kasus, meningkat pada tahun 2015 dengan jumlah 166 kasus dan meningkat lagi pada tahun 2016 dengan jumlah 600 kasus (RS Mongisidi Manado, 2017). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi potong lintang dimana data yang menyangkut variabel independen (risiko) dan variabel dependen (efek). Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Interna Rumah Sakit TK. III R.W. Mongisidi Manado selama bulan Maret hingga Juni 2017. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan di Poliklinik Interna Rumah Sakit TK. III R. W. Mongisidi Manado. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling purposif (Purposive Sampling) yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian (judgement) peneliti mengenai responden yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut : Kriteria Inklusi 1. Pasien yang berkunjung di Poliklinik Interna Rumah Sakit TK. III R. W. Mongisidi Manado. 2. Dapat berkomunikasi dengan baik 3. Bersedia menjadi responden penelitian Kriteria Eksklusi 1. Pasien yang mempunyai komplikasi berat. (Pasien yang mengalami gangguan penglihatan). Analisis data dengan menggunakan uji statistik univariat dan bivariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik masingmasing variabel yang diteliti yaitu Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat keluarga menderita dan Aktifitas fisik. Analisis bivariat dimaksudkan untuk untuk melihat hubungan antara variabel bebas (Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat keluarga menderita dan Aktifitas fisik) dan variabel terikat (Kejadian tipe 2) apakah memiliki hubungan atau tidak. Analisis data menggunakan uji chi square. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel ditentukan dengan melihat nilai Prevalence Ratio (PR). Besar kecilnya nilai PR menunjukan besarnya peran faktor resiko yang diteliti dengan kejadian penyakit. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang didapat berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 orang (59,3%) dan paling sedikit adalah pada 3

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (40,7%). Responden berdasarkan umur paling banyak terdapat pada kelompok umur >41 tahun sebanyak 74 orang (86%) sedangkan paling sedikit adalah pada kelompok umur 40 tahun sebanyak 12 orang (14%). Responden berdasarkan kejadian penyakit tipe 2 yang paling banyak mengalami tipe 2 sebanyak 49 orang (57%) sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak mengalami kejadian tipe 2 sebanyak 37 orang (43%). Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil distribusi berdasarkan pendidikan Pendidikan n % Pendidikan Tinggi 63 73,3 Pendidikan rendah 23 26,7 Jumlah 86 100 Tabel 1 menunjukan bahwa responden yang paling banyak berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 63 orang (73,3%) dan paling sedikit adalah responden yang berpendidikan rendah sebanyak 23 responden (26,7%). Berdasarkan hasil penelitian untuk pekerjaan, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil distribusi berdasarkan pekerjaan Pekerjaan n % Bekerja 43 50 Tidak Bekerja 43 50 Jumlah 86 100 Tabel 2 menunjukan bahwa responden yang bekerja maupun tidak bekerja memiliki jumlah yang sama sebanyak 43 orang (50%). Berdasarkan hasil penelitian untuk riwayat diabetes mellitus, dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil distribusi berdasarkan riwayat diabetes mellitus Riwayat n % Ada riwayat 46 53,5 Tidak ada riwayat 40 46,5 Jumlah 86 100 Tabel 3 menunjukan bahwa responden yang paling banyak memiliki riwayat yaitu sebanyak 46 orang (53,5%) dan paling sedikit adalah responden yang tidak memiliki riwayat sebanyak 23 responden (26,7%). Berdasarkan hasil penelitian untuk aktifitas fisik, dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil distribusi berdasarkan aktifitas fisik Aktifitas Fisik n % Ringan 1 1,2 Sedang 8 9,3 Berat 77 89,5 Jumlah 86 100 Tabel 4 menunjukan bahwa responden yang paling banyak beraktifitas fisik berat yaitu sebanyak 77 orang (89,5%) dan paling sedikit adalah responden yang beraktifitas fisik sedang sebanyak 4

8 responden (9,3%) dan responden yang beraktifitas fisik ringan sebanyak 1 responden (1,2%). Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara pendidikan dengan kejadian tipe 2, dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hubungan antara pendidikan dengan kejadian tipe 2 Pendidikan TDK Tabel 5, menunjukan bahwa responden yang berpendidikan tinggi dan menderita sebanyak 36 responden, sedangkan responden yang berpendidikan rendah dan menderita sebanyak 13 responden. Pvalue = 0,959>0,05 sehingga dapat dikatakan Ha ditolak dan Ho diterima, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan dengan kejadian tipe 2, dapat dilihat pada tabel 6. Total n % n % n % P value Pendidikan 36 73,5 27 73 63 73 0,959 Tinggi Pendidikan 13 26,5 10 27 23 27 Rendah Total 49 100 37 100 86 100 Tabel 6. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian tipe 2 Tidak P Total Pekerjaan value n % n % n % Bekerja 22 44,9 21 56,8 43 50 0,276 Tidak 27 55,1 16 43,2 43 50 Bekerja Total 49 100 37 100 86 100 Tabel 6, menunjukan bahwa responden yang bekerja dan menderita sebanyak 22 responden, sedangkan responden yang tidak bekerja dan menderita sebanyak 27 responden. Pvalue = 0,276>0,05 sehingga dapat dikatakan Ha ditolak dan Ho diterima, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara riwayat dengan kejadian tipe 2, dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Hubungan antara riwayat dengan kejadian tipe 2 Riwayat Tidak Total PR P value n % n % n % Ada 35 71,4 11 29,7 46 53,5 5,90 0,000 Tidak 14 28,6 26 70,3 40 46,5 Total 49 100 37 100 86 100 Tabel 7, menunjukan bahwa responden yang memiliki riwayat menderita sebanyak 35 responden, sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat menderita sebanyak 14 responden. Pvalue = 0,000<0,05 sehingga dapat dikatakan H0 ditolak dan Ha diterima, 5

dengan demikian terdapat hubungan antara riwayat dengan kejadian tipe 2. Dengan nilai PR= 5,90 dimana nilai PR > 1 yang berarti bahwa riwayat keluarga menderita diabetes merupakan faktor risiko kejadian diabetes mellitus. Dimana responden yang memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mempunyai risiko 5,90 kali terkena dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian tipe 2, dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian tipe 2 Aktifitas Fisik Tidak Total P value n % n % n % Ringan 1 2,0 0 0 1 1,2 Sedang 2 4,1 6 8 9,3 0,098 16,2 Berat 46 31 77 89,5 93,9 83,8 Total 49 100 37 100 86 100 Tabel 8, menunjukan bahwa responden yang memiliki aktifitas fisik ringan dan menderita sebanyak 1 responden, aktifitas fisik sedang dan menderita sebanyak 2 responden dan aktifitas fisik berat dan menderita sebanyak 46. Pvalue= 0,098>0,05 sehingga dapat dikatakan Ha ditolak dan Ho diterima, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian tipe 2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Kejadian Tipe 2 Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan sehingga berdampak pada cara berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui faktor-faktor risiko penyebab penyakit sehingga dapat berjaga-jaga agar tidak terkena penyakit (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan menunjukan bahwa responden yang berpendidikan tinggi dan menderita sebanyak 36 responden, ini disebabkan karena pada saat melakukan wawancara didapatkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi sehingga responden dengan tingkat pendidikan tinggi justru lebih banyak menderita diantaranya yaitu faktor pekerjaan dan pola makan. 6

Responden yang berpendidikan tinggi cenderung bekerja dikantor seperti PNS dengan aktifitas fisik yang rendah. Responden yang bekerja sebagai PNS dikantoran berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa mereka memiliki waktu yang digunakan untuk duduk ditempat kerja lebih banyak, sehingga pada waktu istirahat responden lebih memilih makan makanan cepat saji atau makanan hasil buatan orang lain yang tidak diketahui bahan makanan yang digunakan dan proses pengolahannya dibanding dengan makanan dari hasil buatan sendiri yang dapat diatur nilai gizi dari suatu makanan yang akan dimakan. Pola makan responden juga menjadi tidak teratur dan tidak terkontrol dikarenakan tuntutan pekerjaan yang banyak menyita waktu responden pada saat bekerja. Sedangkan responden yang berpendidikan rendah yang menderita sebanyak 13, ini disebabkan karena responden yang berpendidikan rendah umumnya akan bekerja dengan mengandalkan tenaga seperti petani, ibu rumah tangga dan tukang. Responden yang berpendidikan rendah akan memiliki banyak aktifitas fisik yang mengurangi risiko terkena diabetes mellitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dkk (2013) tentang Faktor Risiko Kejadian tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012 yang mengatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian tipe 2. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Kejadian Tipe 2 Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian diabetes mellitus. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tiap hari dalam kehidupannya (Arikunto, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan di RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena tingkat pekerjaan bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diabetes tetapi ada berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi suatu kejadian penyakit diabetes. Berbagai faktor risiko tersebut diantaranya adalah sebagian besar responden dalam penelitian ini 7

memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus tipe 2, dimana berdasarkan hasil penelitian responden yang memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mempunyai risiko 5,90 kali terkena dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki umur diatas 41 tahun dimana pada usia ini responden lebih rentan terkena diabetes mellitus. Semakin bertambahanya usia maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh terutama pancreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga lebih memicu responden yang usia berisiko terkena. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dkk (2013) tentang Faktor Risiko Kejadian tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012, dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian tipe 2. Hubungan Antara Riwayat dengan Kejadian Tipe 2 Diabetes Mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan mengidap diabetes, sepanjang dapat menjaga dan menghindari faktor risiko yang lain. Misalnya dengan menerapakan pola hidup yang sehat. Faktor risiko secara genetik yang perlu diperhatikan apabila kedua atau salah seorang dari orang tua dan saudara kandung mengidap diabetes. Seseorang yang memiliki saudara kandung mengidap diabetes Mellitus tipe 2 memiliki risiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes (Suiraoka, 2012). Sebagian besar responden berdasarkan hasil penelitian memiliki riwayat keluarga menderita tipe 2. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Suiraoka, 2012) dimana penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara genetik. Untuk responden yang memiliki riwayat diabetes namun tidak menderita diabetes dikarenakan pengaturan gaya hidup responden yang sudah baik dengan mencegah agar tidak menderita diabetes diantaranya dengan melakukan aktifitas fisik maupun pola makan yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dkk (2013) tentang Faktor Risiko Kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Penelitian 8

tersebut menunjukan ada hubungan yang signifikan antara riwayat diabetes mellitus dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Responden yang memiliki keluarga dengan diabetes mellitus harus waspada. Risiko menderita diabetes mellitus bila salah satu orang tuanya menderita diabetes mellitus adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki diabetes mellitus maka risiko untuk menderita diabetes mellitus adalah 75%. Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan Kejadian Tipe 2 Aktifitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori, misalnya menyapu, mencuci, naik turun tangga, menyetrika, berkebun, berolahraga dan kegiatan lain (Tandra, 2015). Tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 dikarenakan berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden sudah memiliki aktifitas fisik yang baik. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa aktifitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori, misalnya menyapu, naik turun tangga, menyetrika, berkebun dan berolahraga. Olahraga rutin sangat baik bagi diabetes, olahraga aerobik yang mengikuti serangkaian gerak berurutan akan menguatkan dan mengembangkan otot dan semua bagian tubuh. Termasuk didalamnya adalah jalan, berenang, bersepeda, jogging, atau senam. Sekecil apapun gerakan olahraga yang dilakukan dapat menurunkan gula darah sehingga lemak dan tekanan darah pun menjadi lebih baik (Tandra, 2015). Hal-hal tersebutlah yang mengakibatkan aktifitas fisik tidak mempunyai hubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2010) tentang Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Mellitus () Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007. Dimana hasil dari uji statistic menunjukan nilai p=0,342(p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan kejadian tipe 2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian tipe 2 di Poliklinik Interna RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado Tahun 2017. Karena nilai (p=0,959>0,05). 2. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan dengan kejadian tipe 2 di Poliklinik Interna RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado 9

Tahun 2017. Karena nilai (p=0,276>0,05). 3. Terdapat hubungan antara riwayat dengan kejadian tipe 2 pada responden di Poliklinik Interna RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado Tahun 2017. Dengan nilai p = 0,000 ( p < 0,05), menunjukan bahwa riwayat mempunyai hubungan dengan kejadian tipe 2. 4. Tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan dengan kejadian tipe 2 di Poliklinik Interna RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado Tahun 2017. Karena nilai (p=0,098>0,05). SARAN 1. Bagi Masyarakat Diharapkan dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adanya kejadian penyakit Tipe 2 dan mampu mencegah dengan cara mengenali adanya faktor risiko, mengubah dan mempertahankan pola hidup sehat yang terhindar dari kejadian tipe 2, serta bersedia melakukan pemeriksaan maupun pengobatan di layanan kesehatan terdekat. 2. Bagi Rumah Sakit Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi petugas kesehatan, terutama pada tindakan promotif dan preventif dengan memberikan health education pada masyarakat melalui penjelasan secara langsung, pembagian pamflet maupun pemasangan poster pada tempat pemeriksaan atau pengobatan tentang faktor risiko kejadian Tipe 2, maupun pada komunitas yang memiliki angka kejadian. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengingat hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian Tipe 2 adalah riwayat serta faktor lain yang mempengaruhi seperti pola makan, maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dan membahas tentang hubungan pola makan dengan kejadian Tipe 2. DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Dinas Kesehatan Kota Manado. 2016. Profil Kesehatan Kota Manado. Manado Dinas Kesehatan Provinsi Sulut. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Sulut Tahun 2016. Sulawesi Utara Fatmawati, A. 2010. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 10

Pasien Rawat Jalan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan 1. Jakarta: PT Rineka Cipta RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado. 2017. Profil RS. TK. III. R. W. Mongisidi Manado Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif. Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha Medika Tandra Hans. 2015. Diabetes Bisa Sembuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Trisnawati, S.K. Setyorogo. S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal IlmiahKesehatan, (online), Vol. 5 (1), (https://s3.amazonaws.com/acade mia.edu.documents/40771315/jur nal_kesehatan epid_non, diakses pada 06 April 2017) Wahyuni, S. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Mellitus () Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah World Health Organization (WHO). 2015. Global Report on Diabetes 2015. Switzerland. 11