SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

dokumen-dokumen yang mirip
SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BELAJAR DAYA TAHAN SEJAK FORMASI AWAL Rohani, Maret 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KETIDAKPERCAYAAN DALAM BIARA Rohani, Januari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal Paul Suparno, S.J.

MENJADI TUA DAN BAHAGIA

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

GOSIP DALAM BIARA Rohani, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

MENGAPA SULIT TERUS TERANG DALAM FORMASI? Rohani, April 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELASI GURU-MURID-BIDANG STUDI BAGI GURU SEJATI

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BE AMAZING TEACHERS. Lokakarya Yayasan Suaka Insan Suster SPC Jl. Danau Agung 13, Sunter, Jakarta, 22 Juli 2015 Paul Suparno, S.J.

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

NAFSU: TANTANGAN KAUL DARI DALAM BIARA KITA Rohani, September 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

MEMBANGUN SIKAP DISKRETIF DALAM MENYIKAPI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PENGHAYATAN HIDUP BAKTI

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

saja ada satu hal yang merupakan kunci. Kunci itu adalah cinta. Cinta dari hati.

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

Suster-suster Notre Dame

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

KADO NATAL DI BIARA Rohani, Desember 2011, hal Paul Suparno, S.J.

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

Suster-suster Notre Dame

Minggu 9 : Mengapa & Bagaimana Saya Memberitahukan Kepada Orang Lain?

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

I. MENGHADAP TUHAN. NYANYIAN UMAT : MAZMUR 98 : 1, 3 & 4 (do=g) Kantoria

My Journey with Jesus #3 - Perjalananku dengan Yesus #3 KEKUATAN- NYA SEMPURNA

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b)

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

Kenapa Menolong Sesama dan Menjadi Relawan?*

Psikologi Dunia Kerja Profesionalisme dan Karir Kerja

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN

MODEL PENDIDIKAN UNTUK MENCINTAI TANAH AIR Educare, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENGAJARAN FISIKA Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas.

LAMPIRAN 1 SKALA PSIKOLOGI

Sekolah belas kasih. (frater Wim Verschuren) BELAS KASIH KINI! Agustus

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB 1. PEMBEDAAN ROH 1

TATA IBADAH Minggu Adven I

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

karena kita begitu istimewa Cantik

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

LITURGI SABDA. Tahun C Hari Minggu Biasa XVII

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua:

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius.

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

BAGIAN 1. PRINSIP-PRINSIP PEDAGOGI IGNATIAN

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ).

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

terus berjuang, meskipun kadang-kadang banyak rintangan dan masalah dalam kehidupan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat di mana seseorang

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

Victorious Living #5 - Hidup Berkemenangan #5 THE FULFILLMENT OF GOD S PLAN PENGGENAPAN RENCANA ALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

Transkripsi:

1 SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Awal September adalah awal para biarawan-biarawati yang bertugas untuk studi memulai perutusannya. Pada awal-awal tugas belajar, kadang beberapa orang mengalami kesulitan penyesuaian diri dan tidak jarang mengalami stress. Berikut adalah pengalaman beberapa rekan yang harus berjuang berat pada awal dan selama studi mereka. Dari pengalaman itu dicoba digarisbawahi spiritualitas studi yang hendaknya menjadi landasan hidup mereka. Suster Kepseka mengalami stres pada waktu mengawali tugas studi setelah bertahuntahun bertugas sebagai guru di sekolah dasar. Ia merasa berat karena harus mulai belajar lagi seperti para mahasiswa lain yang jauh lebih muda. Ia kaget karena sekarang menjadi mahasiswa, yang banyak disuruh oleh dosennya dengan berbagai tugas, padahal waktu di sekolah dulu ia paling suka menyuruh murid-muridnya. Bila dulu sebagai kepala sekolah ia menjadi penentu, sekarang ia banyak ditentukan oleh dosen dan institusi. Dulu ia mengatur kelas, sekarang ia diatur oleh aturan universitas. Dulu kalau ada siswa terlambat datang ia skors, sekarang ia mengalami sendiri bila terlambat mengumpulkan tugas dikurangi nilainya. Bruder Scientius oleh kongregasinya diutus untuk belajar Fisika. Ia pun mengalami kesulitan pada awal kuliahnya. Ia merasa sudah terlalu tua untuk dapat menghafalkan beberapa rumus fisika yang rumit. Ia merasa sungguh berat. Beberapa teman mengira ia pandai, padahal sebenarnya ia tidak menguasai bahan yang dikuliahkan. Maka waktu minta tolong temantemannya pada awalnya teman-temannya tidak percaya. Baru setelah ditunjukkan bahwa nilai PRnya 3, teman-teman mulai percaya. Pernah ia berpikir untuk pindah program studi saja, tetapi tidak jadi. Dan syukurlah tidak jadi karena rencana keputusan itu hanya berdasarkan emosi belaka. Setelah bergulat dan berjuang dengan energi yang besar, ia dapat mengatasi tahun pertama dan mulai berjalan dengan biasa. Suster Ipeka merasa berhasil dalam studinya. Nilainya hampir semuanya A. Namun ia tidak banyak kenal teman-temannya satu prodi. Melihat temannya mengalami kesulitan belajar, jarang ia menawarkan diri untuk membantu. Dalam kegiatan prodi atau kampus pun ia jarang

2 nongol. Ia sibuk mencari nilai tinggi, agar IPKnya hebat. Suatu hari ia dengan bangganya menemui pimpinan kongregasinya untuk menunjukkan hasil studinya. Ia kaget waktu menunjukkan nilainya yang sangat bagus itu, provinsialnya bilang, yang penting kamu menjadi suster yang baik, bukan nilainya! Suster Ipeka dengan sedih mulai bertanya dalam batinya, Apa yang salah dengan aku? Frater Humanus sedang studi di suatu Universitas. Temannya bervariasi dan situasi kampuspun sangat berbeda dengan situasi sekolah-sekolah yang pernah dialami di kongregasinya. Fr. Humanus mengisahkan bagaimana sulitnya kuliah disitu sampai akhirnya dapat lulus. Ia harus punya daya tahan untuk dapat menemukan dosen pembimbing, untuk melakukan riset, dan menyesuaikan dengan situasi universitas. Yang menarik dari Fr. Humanus adalah selain ia belajar bidang studinya, ia juga menggunakan kesempatan studi untuk membangun relasi baik dengan teman-teman seangkatan, dengan beberapa dosen, dan bahkan ia juga terlibat dengan kegiatan utama di universitas. Fr Humanus berpikir, aku juga harus menjadi pewarta kasih selama studi. Dan memang Frater mempunyai banyak teman mahasiswa dan memperkenalkan kepada teman-teman dan dosennya bahwa orang katolik itu mau hidup bersama orang lain. Nilai dan Semangat Studi Dari empat teman kita di atas, kita melihat bahwa nilai studi pertama-tama bukan soal IPK 4, tetapi ada nilai yang lebih mulia di balik itu. Mereka semua mengalami bahwa dalam studi mereka perlu usaha dan bekerja keras untuk mengatasi halangan, tantangan, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Perjuangan awal mereka kadang begitu berat karena situasi yang sangat berbeda, sehingga kadang memang mengurangi jam doa bahkan malah beberapa orang mengalami sulit membangun hidup doa. Di saat tugas begitu banyak, menjelang ujian, terutama bagi yang merasa talentanya kurang tinggi dalam bidang studinya, jelas mereka membutuhkan waktu dan energi yang sangat banyak untuk belajar, sehingga menguras tenaga. Akibatnya sering hidup doa terganggu. Beberapa lalu merasa kering dan merasa bersalah.

3 Beberapa orang mengira bahwa kesucian orang studi adalah terletak pada doa yang panjang, pada kekhusukan menghadiri misa atau keikutsertaan dalam doa komunitas yang tidak pernah absen. Bahkan ada yang mengira dalam studi yang kering, pasti sulit menemukan Tuhan di sana. Maka beberapa biarawan-biarawati yang merasa waktu doanya berkurang selama studi dapat cepat menjadi frustrasi, merasa kesuciannya mundur, dan bahkan merasa tidak cocok lagi hidup sebagai seorang biarawan-biarawati. Akibatnya, mereka mencari pemecahan dengan mengurangi waktu studi untuk dapat meluangkan banyak waktu untuk doa. Akibatnya, studi tidak berjalan dengan baik bahkan terbengkelai. Dari pengalaman beberapa teman di atas, nampak kesucian orang studi bukan pada doa panjang, tetapi lebih pada kesungguhan pergumulan mereka dengan bidang studi yang dipelajari. Orang dapat menjadi lebih religius dengan menekuni tugas perutusan studi yang sering tidak mudah dan sering kering. Orang dapat menjadi semakin mensyukuri karya ciptaan Allah lewat pendalaman bidang studinya dan bahkan merasakan semakin terlibat dalam karya penciptaan Allah yang sampai hari ini terus mencipta. Kesucian orang studi pertama-tama bukan terletak pada doanya yang khusuk dan lama, karena waktu untuk itu sering tidak ada. Banyak waktu mereka gunakan untuk mengerjakan tugas, menekuni bidang kajian, menyiapkan presentasi, mempersiapkan paper, tes, ujian, atau menyelesaikan skripsi. Kesucian mereka bukan karena meninggalkan waktu studi untuk pergi ke gunung yang sepi dan bermenung berhari-hari disana, dengan akibat skripsi dan tugas studi tidak selesai. Kesucian orang studi terletak pada kesungguhan, kemendalaman, dan tanggungjawabnya melaksanakan tugas perutusan itu. Secara sederhana kesucian studi dapat dilihat dalam hal-hal berikut: o Pada ketekunan dan daya juang dalam menggulati bidang studinya yang kering, yang membutuhkan perhatian besar. Juga terletak pada ketabahannya dalam menggulati bidang yang dipelajari dan sejauh mana ia secara mendalam menekuni bidang kajian. Orang tidak puas hanya belajar asal-asalan, tidak puas hanya asal lulus ujian, tetapi sungguh menguasai bidang yang dipelajari. Maka ia belajar secara optimal, dengan seluruh tenaga, hati, dan pikirannya.

4 o Pada pengembangan pikiran, rasionalitas, dan wawasan hidup yang lebih luas yang dikembangkan; sehingga sebagai seorang religius ia menjadi lebih rational, lebih realistik, dan berwawasan luas. Pemikiran rational dan wawasan luas membantunya untuk semakin bijak dalam memutuskan sesuatu dalam hidupnya. o Penghayatan panggilan menjadi semakin lebih obyektif, rational, dan dipertanggungjawabkan. Bidang kajian digunakan pula untuk merefleksikan hidup panggilan dan imannya; sehingga menjadi semakin beriman secara rational pula. Dengan demikian studinya yang mendalam membantu penghayatan panggilannya lebih realistik, lebih obyektif, dan lebih dipertanggungjawabkan. Ia tidak ikut-ikutan lagi, tetapi menjadi semakin mantap karena rationalitasnya. o Semakin menemukan Tuhan dan memuliakan Tuhan. Dengan menggali ilmu pengetahuan, orang semakin dapat mengenal rahasia alam ciptaan dan semakin dapat menguasai alam ciptaan seperti yang diamanatkan Tuhan dalam Kitab Kejadian, agar manusia menguasai dan mengolah alam ini. Dengan semakin dapat membuka sedikit rahasia alam ciptaan, orang dibantu untuk mengenal Sang Pencipta sendiri dan semakin memuliakan Tuhan lewat ciptaannya yang begitu hebat. Dengan semakin mengenal alam secara mendalam, orang juga dibantu untuk semakin mau bertanggung jawab terhadap kemajuan alam. Maka ia diajak untuk ikut terlibat dalam karya penciptaan Tuhan yang terus terjadi sampai hari ini. Maka bagi orang yang studi, mereka dapat dikatakan hanya bertemu dengan Tuhan bila mereka sungguh bertekun dalam studinya. Tanpa ketekunan ia tidak akan dapat menguak sedikit rahasia alam. Selain pergulatan dalam bidang studi sendiri, perutusan studi juga mengandung perutusan untuk tetap mengembangkan diri sebagai seorang biarawan-biarawati di tengah lingkungan kampus. Berarti kita juga diutus menjadi saksi kegembiraan Tuhan di lingkungan kita berada, di prodi dan universitas di mana kita diutus. Secara rohani kita juga diajak menjadi tanda kehadiran Tuhan di kampus. Itulah sebabnya, suster Ipeka oleh provinsialnya masih dinasehati, yang penting adalah menjadi suster yang baik, dan bukan hanya mencari IPK tinggi. Menjadi suster yang baik berarti juga membawa perutusan kongregasi, semangat kongregasi di tengah wilayah kita belajar. Maka

5 seseorang yang hanya belajar saja sampai tidak kenal siapapun, sebenarnya kurang tepat. Kalaupun nanti lulus, ia tidak punya relasi apapun, dan bahkan tidak dapat mengembangkan kerasulannya karena tidak mempunyai jaringan dll. Tambahan lagi mereka egois hanya mencari ilmunya sendiri tanpa perhatian kepada teman yang belajar bersama. Apa yang dilakukan Fr. Humanus menjadi jawaban bagaimana mengembangkan semangatnya dalam lingkungan kampus. Ia bukan hanya belajar, tetapi juga mengembangkan kemanusiaan dan juga menjadi tanda kehadiran Tuhan di tengah kampus. Tentu apa yang dilakukannya membutuhkan waktu dan energi tersendiri. Secara mendalam, pengalaman studi dengan segala pergulatannya, membantu seseorang menjadi semakin mengenal jati dirinya entah sebagai pribadi maupun sebagai religius anggota kongregasi. Ia juga semakin dapat melihat apakah semangat kongregasi yang dihayati sungguh dapat tahan dan berkembang dalam tantangan dunia kampus. Apakah dalam tantangan kampus ia semakin menghayati semangat kongregasinya atau sebaliknya. Perlunya studi bagi biarawan biarawati Tugas perutusan studi sangat penting bagi para biarawan-biarawati muda. Hal ini juga ditekankan dalam Hukum Gereja (HK) dan Dekrit tentang Hidup Membiara (PC). Dalam Hukum Kanon 659 diungkapkan dengan jelas bahwa (1) pendidikan setelah profesi pertama perlu diteruskan agar anggota lebih penuh dan dapat melakukan perutusan dengan lebih baik. (2) Kongregasi harus mengatur garis besar pendidikan dan lamanya pendidikan. Pendidikan harus memperhatikan kepentingan Gereja dan keadaan orang dan tempatnya. Dalam Dekrit PC no 18 tentang pembinaan, dikatakan bahwa para anggota bukan rohaniwan dan para suster jangan ditugaskan dalam karya-karya kerasulan langsung sesudah novisiat. Tetapi pembinaan mereka dibidang religius maupun kerasulan, dan pendidikan pengetahuan maupun kejuruan, termasuk pula mendapatkan ijasah yang diperlukan, hendaknya dilanjutkan sebagaimana mestinya. Selanjutnya dalam PC 18 dituliskan, Sesuai dengan kecerdasan dan watak perangai pribadi, masing-masing orang diberi pendidikan secukupnya tentang cara-cara hidup, cara

6 berpandangan serta berpikir dalam masyarakat sekarang. Hendaknya diselenggarakan pembinaan melalui perpaduan unsur yang serasi sedemikian sehingga membantu para anggota mencapai keutuhan hidup. Kita Lakukan Tugas Studi dengan Semangat dan Gembira Sangat jelas bahwa pendidikan bagi biarawan-biarawati muda sangat penting dalam mengembangkan pribadi dan kompetensi yang nanti berguna bagi karya perutusan kongregasi dan juga kelangsungan kongregasi. Maka diharapkan bahwa kita yang diutus studi perlu melaksanakan tugas perutusan itu secara sungguh-sungguh dan bertanggungjawab. Marilah kita lakukan perutusan itu dengan semangat dan kegembiraan hati. Meski tugas itu untuk beberapa dari kita berat, namun demi kongregasi, kita rela melakukannya dengan semangat dan tanggungjawab. Semoga kita dapat semakin bertekun di dalamnya. Semoga kita menemukan kehadiran dan kekuatan Tuhan dalam perjuangan dan pergulatan studi kita.