PADA PROGRAMA 4 BUDAYA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BHISMA DEWABHARATA (BABAK I)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama.

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

ARTIKEL KARYA SENI RINDUKU

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan

BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

Transkripsi:

LAKON RAREANGON DALAM ARJA NEGAK PADA PROGRAMA 4 BUDAYA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA DENPASAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh : Ida Bagus Eka Permana idabaguspermana@yahoo.com ABSTRAK Kesenian Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar pertama kali muncul pada tahun 1958 yang dihimpun dalam wadah Keluarga Kesenian Bali (KKB). Arja Negak adalah arja yang ketika pentas para pemainnya tidak melakukan aktivitas menari, tetapi duduk bersama memerankan tokoh yang diperankan dalam lakon. Dalam memerankan tokoh yang diperankan itu tidak terlepas dari pakem pengarjaan seperti struktur pemain yang terdiri dari 12 tokoh atau lebih dan lakon-lakon yang ditampilkan berasal dari cerita Panji (Malat). Lakon Rareangon merupakan salah satu bagian dari cerita Panji. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yaitu; 1) bagaimanakah struktur lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya di Radio Republik Indonesia Denpasar?, 2) apakah fungsi lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya di Radio Republik Indonesia Denpasar?, 3) nilai-nilai pendidikan agama Hindu apa saja yang terkandung pada lakon Rareangon dalam Arja Negak Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar?. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui Lakon Rarengon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar karena mengandung nilai-nilai pendidikan agama Hindu serta menumbuh kembangkan pelestarian budaya Bali. Manfaat penelitian sebagai salah satu sumber informasi tentang kajian analisis Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar serta diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang pendidikan agama Hindu, seni, dan budaya. Teori yang dipergunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah; teori wacana, teori fungsionalisme struktural, dan teori nilai. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dan teknik analisis data dilakukan dengan analisis deksriptif kualitatif dengan tahap yang digunakan berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis dari lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Radio Republik Indonesia Denpasar dalam penelitian ini membahas mengenai struktur Lakon Rareangon meliputi; sinopsis Lakon Rareangon, babak Lakon Rareangon yang terdiri dari tujuh babak, adegan lakon Rareangon meliputi; adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat, dan adegan pangkat. Analisis struktur formal Lakon Rareangon meliputi; tema, tokoh dan penokohan, plot/alur, dan latar/setting. Ditinjau dari segi fungsi, lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Radio Republik Indonesia Denpasar memiliki fungsi pendidikan sraddha, fungsi ajakan berbuat baik, fungsi estetis, fungsi pelestarian budaya dan fungsi hiburan yang merujuk pada teori fungsional struktural. Hasil terakhir 1

dalam penelian ini membahas nilai-nilai pendidikan agama Hindu pada lakon Rareangon dalam Arja Negak Programa 4 Budaya yaitu meliputi; nilai Estetika, nilai Tri Hita Karana, nilai Putra Sesana, nilai Etika/Susila, dan nilai Kepemimpinan dengan konsep Asta Brata. Melalui fungsi dari nilainilai pendidikan agama Hindu yang terdapat dalam Lakon Rareangon dalam Arja Negak diharapkan dapat menjadi tuntunan kepada umat manusia dalam menjalankan kehidupan berdasarkan swadharma masing-masing. Kata Kunci : Lakon Rareangon, Arja Negak PENDAHULUAN Salah satu seni pertunjukan yang masih bertahan di zaman modern ini adalah seni pertunjukan Arja. Arja pada dasarnya adalah sebuah dramatari musikal yang banyak menggunakan seni suara vokal (tembang) dengan lakon yang pada umumnya bersumber pada cerita Panji (Malat). Dalam membawakan sebuah lakon dengan kisah-kisahnya yang melodramatik setiap penari tampil dengan cara berdialog menggunakan tembang-tembang macepat yang kadang-kadang dipadukan dengan bahasa verbal non-tembang (Dibia, 2012:81). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, pakar seni dan seniman agar jenis-jenis seni pertunjukan Bali yang langka tidak punah termasuk arja itu sendiri, diantaranya dengan menggelar saresehan seni, festival kesenian dan Pesta Kesenian Bali (PKB), bahkan di ajang Pesta Kesenian Bali, arja tidak pernah absen untuk ditampilkan serta masyarakat begitu antusias untuk menyaksikan seni pertunjukan arja, Kesenian Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar pertama kali muncul pada tahun 1958, yang dihimpun dalam wadah Keluarga Kesenian Bali (KKB). Pemain Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar tidak pentas seperti pertunjukan Arja pada umumnya, tetapi para pemain duduk di dalam studio membawakan suatu lakon, serta tetap mempergunakan pakem Arja seperti struktur pemain terdiri dari 12 tokoh yang disesuaikan pula dengan papeson. Radio Republik Indonesia Denpasar sebagai Lembaga Penyiaran Publik, masih eksis menyiarkan kesenian Arja Negak di tengah semakin banyaknya hiburan yang bersifat variatif yang ditawarkan oleh media 2

elektronik seperti sinetron di televisi, acara musik di radio swasta dan hiburan lainnya, hal ini mengisyaratkan bahwa kesenian Arja Negak RRI Denpasar masih digemari oleh masyarakat pendengar, dan keampuan grup kesenian Arja Negak dalam merespon selera masyarakat dengan membawakan lakon-lakon yang sarat dengan tutur (nasehat), banyol (humor). Siaran Arja Negak, menjadi mata acara siaran trade mark yaitu mata siaran ciri khasnya RRI Denpasar yang disiarkan setiap hari Minggu pukul 10.00 sampai dengan pukul 12.00 Wita. Lakon yang disiarkan dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar, mengambil salah satu bagian dari cerita Panji (Malat) yaitu Lakon Rareangon. Dalam Lakon Rareangon terdapat pesan-pesan yang disampaikan oleh pemain Arja Negak melalui dialog-dialog yang diucapkan sehingga menunjukan fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat penikmatnya. Selain itu dalam Lakon Rareangon terdapat nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang disampaikan kepada masyarakat/pemirsa yang bertujuan agar pemirsa dapat mengambil hikmah dalam dari Arja Negak dengan Lakon Rareangon tersebut, sehingga dapat dipakai cerminan atau penuntun dalam mengarungi kehidupan ini. Tokoh Rareangon adalah contoh tokoh yang konsisten menjalankan kebenaran berdasarkan ajaran agama. Walaupun dalam kesehariannya tokoh ini bersama dengan saudaranya yaitu Galuh (Lobangkuri) mendapat perlakuan yang sangat menyakitkan oleh ibu tirinya, tetapi ia tetap konsisten membela kebenaran. Karena hanya dengan perilaku benar, dia akan selamat dari bahaya yang menimpa dirinya walaupun pada awal cerita ini Rarengon dan Lobangkuri mendapat perlakuan yang menyakitkan. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih mendalam tentang kesenian Arja Negak di RRI Denpasar dengan judul Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). 3

METODE Secara metodologis penelitian ini dilakukan melalui pendekatan perspektif Pendidikan Agama Hindu dengan metode kualitatif. Penelitian dilakukan di Radio Republik Indonesia Denpasar. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari sumber data primer dan data skunder. Data diperoleh dari beberapa literatur dan informan yang ditentukan secara purposive sampling berdasarkan pertimbangan permasalahannya. Dalam pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan pedoman wawancara, tape recorder, kamera digital, dan alat tulis. Selanjutnya, teknik yang digunakan dalam dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan teknik deskritif kualitatif dengan menggunakan teori Wacana, teori Fungsionalisme Struktural, dan teori Nilai, yang hasilnya disajikan secara formal dan informal. HASIL ANALISIS Hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Srtuktur Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar adalah menguraikan tentang sinopsis dari lakon Rareangon, babak lakon Rareangon, babak menurut Panuti Sudjiman (1990:11) mengatakan bahwa babak adalah bagian dalam drama atau lakon. Babak lakon Rareangon terdiri dari tujuh babak. Babak pertama dimulai dengan pertemuan tokoh Galuh atau (Lobangkuri), Inya dan Mantri Manis. Babak kedua menceritakan ketidaksenangan Liku terhadap kedua anak tirinya dan muncul konflik. Babak ketiga memunculkan tokoh Dukuh. Babak keempat memperkenalkan tokoh Mantri Buduh. Babak kelima pertemuan tokoh Mantri Buduh dan Liku yang membicarakan peminangan. Babak keenam menceritakan Mantri Buduh dalam mencari Lobangkuri bertemu dengan Dukuh dan Mantri Manis. Babak ketujuh adalah babak penutup, bertemunya Rareangon dengan Lobangkuri. Adegan lakon Rareangon terdiri dari adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat dan adegan 4

pangkat. Tema dari lakon Rareangon adalah kesetiaan dari dua orang bersaudara yang selalu rukun, meskipun ibu kandungnya sudah meninggal. Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang paling penting dalam karya naratif. Menurut Nurgiantoro (2007:165) mengatakan bahwa istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh dalam lakon Rareangon adalah terdiri dari tokoh protagonis yaitu Galuh dan Mantri Manis, tokoh antagonis yaitu Liku, tokoh tritagonis yaitu Limbur dan Mantri Werda tokoh pembantu yaitu Inya, Desak Rai, Penasar Kelihan dan Penasar Cenikan. Plot dalam lakon Rareangon terdiri dari paparan mualinya peristiwa, peristiwa yang mengarah pada konflik yang memuncak dan penyelesaian terhadap konflik. Latar atau setting lakon Rareangon, terdiri dari unsur waktu, tempat, dan suasana. Peristiwa dalam cerita ini terjadi dalam waktu yang tidak tentu atau bersifat fleksibel yang berlaku sepanjang masa, dapat menyesuaikan diri dengan waktu kapan saja dan tidak ketinggalan zaman. Tempat dalam lakon Rareangon ini bersifat khayalan. Istana Daha dan Jenggala adalah sebuah nama fiktif yang tidak dikenal dalam faktual oleh masyarakat. Suasana atau situasi dalam lakon Rareangon dari babak pertama sudah tidak kondusif., Galuh dan Mantri Manis dari sejak kecil mendapat perlakuan yang tidak baik dari Ibu tirinya (Liku). Arja merupakan salah satu bentuk kesenian yang menyangkut berbagai elemen seni yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pendukungnya, termasuk Arja Negak RRI Denpasar. Hal ini disebabkan bahwa kesenian merupakan bagian budaya yang menduduki fungsi penting sekaligus memberi nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Menurut Bascom (dalam Dananjaya 1991:19) mengatakan bahwa folklore atau cerita rakyat memiliki empat fungsi yaitu : (1) sebagai cermin atau angan-angan pemiliknya, (2) sebagai pengesah pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat pendidikan anak-anak, dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi 5

anggota kolektifnya. Fungsi lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar terdapat fungsi pendidikan sraddha. Menurut Titib (2001:8), menyatakan bahwa sraddha secara harfiah berarti iman dari umat manusia. Dengan demikian sraddha adalah kepercayaan dalam agama Hindu. Fungsi pendidikan sraddha dalam lakon Rareangon dapat dicermati ketika Penasar Kelihan dalam prolognya menekankan pada tata cara beryajña yang baik, yang dilakukan berdasarkan kempampuan dan keikhlasan. Fungsi ajakan berbuat baik, terdapat dialog yang berisikan nasehat Limbur kepada menantunya yaitu Liku cara mendampingi suami yang berkedudukan sebagai raja dan nasehat cara memelihara dan mendidik anak. Fungsi estetis, terdapat ucapan Inya, yang merasa kagum atas kecantikan dan ketampanan dari Galuh dan Mantri Manis, dan dalam persaudaraan mereka berdua selalu rukun, dan damai, sehingga menjadi panutan di kerajaan Daha. Fungsi pelestarian budaya, terdapat dialog antara Penasar Kelihan dan Penasar Cenikan tentang pelestarian seni Arja khususnya Arja RRI Denpasar, mereka khawatir terhadap kondisi kesenian Arja yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah terutama dalam hal penggantian pemain yang sudah menginjak masa pensiun dan pengangkatan pegawai negeri demi mendukung kelanjutan kesenian Arja dan mengajak masyarakat untuk bergabung dengan RRI Denpasar untuk ngayah walaupun mendapat honor sedikit, sebagai wujud pelestarian budaya. Fungsi hiburan menjadi hal yang sangat esensial karena setiap pertunjukan memiliki fungsi menghibur masyarakat. Lakon Rareangon dalam Arja Negak RRI Denpasar fungsi hiburan terdapat dialog lelucon yang diungkap oleh Mantri Werda dalam bentuk tembang pengajum, pengungkapannya dilakukan ketika menyanjung istrinya(liku) yang berlebihan dihadapan Punakawannya, ketika ia dipuji Liku sangat kegirangan seperti kekanak-kanakan, sehingga dapat menghibur pemirsa. Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu pada lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar terdapat nilai estetika yang memancarkan keutuhan atau keseluruhan penampilannya, kecuali seni gerak 6

dan seni busana dan rias tidak ditonjolkan karena kesenian ini tidak pentas seperti Arja pada umumnya, meskipun hanya melibatkan dua aspek seni secara utuh yaitu tembang pupuh, tembang sisipan dan non tembang, serta seni musik berupa geguntangan tidak mengurangi keutuhan dari penampilan Arja Negak tersebut, sehingga dengan dua aspek seni tersebut nilai estetika suatu karya seni bisa terwujud. Nilai Tri Hita Karana terdapat dalam dialog antara Penasar Kelihan dan Penasar Cenikan yang lebih cendrung menekankan menjaga hubungan manusia dengan manusia, antara manusia dengan Tuhan. Sedangkan menjaga hubungan dengan alam lingkungan tidak diungkap dalam dialog tersebut. Walaupun demikian, dua kewajiban manusia sebagai bagian dari Tri Hita Karana, yang diungkap di atas merupakan usaha manusia untuk menjaga keseimbangan dunia ini, sebagai upaya untuk menciptakan kedamaian, kedamaian yang bermuara pada kesejahteraan bersama, dan sebagai suatu kesatuan yang dapat membentuk iklim hidup yang harmonis menyukseskan empat tujuan hidup yang disebut dengan Catur Purusa Artha. Nilai Putra Sesana yaitu terdapat dialog antara Ayah (Mantri Werda) dan dua orang anak (Galuh dan Mantri Manis). Prilaku dan kewajiban seorang anak terhadap Ayahnya, ketika kedua anaknya menghadap menyampaikan isi hati dengan penuh santun. Kebahagiaan dan ketenangan hati seorang Ayah terletak pada prilaku anaknya sendiri. Nilai Susila terdapat dalam dialog antara Rareangon dan Dukuh, Rareangon merasa berhutang budi kepada Si Dukuh karena telah menolong dirinya dari kesengsaraan dan mau memungut sebagai anak, dan menyarankan kepada Rareangon kalau mau membayar hutang kepada Si Dukuh yang selama ini dianggap sebagai Ayahnya sendiri atau dikenal dengan istilah Guru Rupaka, maka hutang itu harus dibayar dengan perbuatan yang baik, karena perbuatan yang baik itu adalah merupakan yajña dalam bentuk nonmaterial. Nilai Kepemimpinan, menekankan tentang ajaran kepemimpinan, khususnya kepemimpinan dengan konsep Asta Brata, yaitu delapan pedoman dalam melaksanakan kewajiban bagi seorang pemimpin atau raja. (Mahendra, 2001:27). Dalam nilai kepemimpinan dinyatakan bahwa dua orang abdi atau punakawan menghadap 7

kepada Mantri Werda dengan menggunakan tembang berupa kekawin dan menggunakan non tembang atau munyi matah. Kedua abdi atau punakawan ini menanyakan kepada Mantri Werda, bagaimana kewajiban seorang pemimpin atau raja supaya wilayah kerajaan makmur. Mantri Werda menjawab bahwa ajaran kepemimpinan yang disebut Asta Brata agar diperkokoh dan tidak boleh ingkar terhadap sastra yang disebut dengan Sang Hyang Aji. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar dapat disimpulkan sebagai berikut : 1). Sruktur Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Pada Programa 4 RRI Denpasar, terdiri dari sinopsis lakon Rareangon, babak lakon Rareangon yang terdiri dari tujuh babak. Adegan yang terdiri dari adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat, dan adegan pangkat. Analisis struktur formal dalam lakon Rareangon terdiri dari tema, tentang kesetiaan dua orang bersaudara. Selanjutnya tokoh dan penokohan. Tokoh dalam lakon Rareangon terdiri dari tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan pembantu. Plot dalam lakon Rareangon terdiri dari pemaparan cerita, konfliks dan penyelesaian terhadap konflik. Latar dan setting lakon Rareangon terdiri dari tiga unsur yaitu : waktu, tempat, dan suasana atau situasi, 2). Dramatari Arja merupakan salah satu bentuk kesenian yang menyangkut berbagai elemen seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat pendukungnya, termasuk dramatari Arja Negak RRI Denpasar dalam memilih pesan atau amanat yang diwacanakan dalam bentuk dialog menunjukkan fungsi-fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat penikmatnya. Fungsi Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Pada Programa 4 RRI Denpasar dalam penelitian ini terdiri dari : fungsi pendidikan sraddha, fungsi ajakan berbuat baik, fungsi estetis, fungsi pelestarian budaya, dan fungsi hiburan, 3). Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu pada Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Programa 4 RRI Denpasar, yakni mengandung 8

nilai estetika, nilai tri hita karana, nilai putra sesana, nilai pendidikan etika dan nilai kepemimpinan dengan konsep Asta Brata. SARAN 1). Kepada Pemerintah Daerah agar senantiasa memperhatikan kesenian dramatari Arja dengan memberikan dukungan moril maupun materiil serta memikirkan kedepan untuk diadakan regenerasi, mengingat sebagian besar penarinya sudah berusia lanjut, sehingga dramatari Arja yang memiliki fungsi dan nilai-nilai luhur bisa hidup kembali untuk memperkaya kesenian tradisional dan mengimbangi pengaruh negatif dari luar yang dibawa oleh arus globalisasi akibat pengaruh kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, 2). Kepada tokoh-tokoh pemeran kesenian Arja diharapkan duduk bersama mencari solusi sebagai bentuk inovasi. Inovasi harus dilakukan tetapi jangan keluar dari pakem-pakem pengarjaan karena esensi dramatari Arja, ketika dilahirkan sudah membawa identitasnya sendiri sebagai seni tradisional yang mengutamakan tembang sebagai alat komunikasinya, 3). Kepada lembaga penyiaran publik, khususnya RRI Stasiun Denpasar agar tetap mempertahankan kesenian Arja Negak sebagai model percontohan kepada lembaga penyiaran lainnya terutama penyiaran lembaga lokal untuk menyiarkan kesenian-kesenian tradisional langka yang hampir punah demi kelestarian dan pengembangan budaya Bali. DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Dananjaya, James. 1997. Folkor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lainlain. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti Dibia, I Wayan, 2012. Geliat Seni Pertunjukan Bali. Denpasar : Buku Arti. Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 9

Gulo, 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hasan, Iqbal, 2004. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Indonesia Gahilia. Kaelan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta : Paradigma. Koentajaraningrat, 2000. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. Moleong J. Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution, 2003. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara. Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Satori, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Penerbit Alafabeta Oka Mahendra, 2001. Ajaran Hindu Tentang Kepemimpinan, Konsep Negara dan Wiweka. Denpasar, Pustaka Manik Geni. Titib, I Made, 2001. Pengantar Veda. Jakarta : Hanuman Sakti. Zuriah Nurul, 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 10