1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk saat ini terus bertambah setiap harinya. Perkembangan penduduk yang sangat pesat berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal. Beton merupakan komponen utama dalam konstruksi, apabila kebutuhan pembangunan dan tempat tinggal meningkat maka penggunaan beton akan meningkat pula. Beton memiliki nilai kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik nya lemah, oleh karena itu diperlukan material yang memiliki nilai kuat tarik yang tinggi agar dapat mengimbangi kuat tekan beton. Baja merupakan material yang selama ini dipilih sebagai tulangan beton karena mempunyai kuat tarik yang tinggi. Pesatnya kebutuhan beton, maka kebutuhan baja akan semakin meningkat pula. Kenaikan kebutuhan baja sebagai tulangan beton akan berdampak kenaikan harga baja. Bahan dasar pembuatan baja yaitu bijih besi, untuk mengolah bijih besi tersebut diperlukan energi yang besar sehingga diperlukan material lain yang lebih ramah lingkungan. Energi yang di konsumsi untuk memproduksi baja sangat besar dan dalam proses produksi 1 ton baja mengeluarkan 2 ton emisi CO2. Hal ini membuat baja sebagai material yang tidak ramah lingkungan. Ahli struktur telah meneliti bahan lain yang memungkinkan untuk pengganti baja, seperti yang dilakukan oleh Morisco (1996) [24] yaitu dengan memanfaatkan bambu sebagai tulangan beton. Pemilihan bambu sebagai tulangan alternatif beton karena bambu memiliki kuat tarik tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja (Setiya Budi, 2013) [12], selain itu bambu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable). Bambu merupakan salah satu material yang mudah ditemukan di Indonesia, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedesaan dapat memanfaatkan bambu sebagai material pengganti baja sebagai tulangan beton. Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah harga yang murah dan kemampuan material tersebut untuk dapat menggantikan baja. 1
2 Pemilihan bambu sebagai alternatif tulangan pengganti baja didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kekuatan tarik bambu hampir setara dengan kekuatan tarik baja. Kekuatan tarik yang dimiliki bambu cukup tinggi, antara 100 400 MPa, hampir menyamai kekuatan tarik baja yaitu ½ sampai ¼ dari tegangan ultimate baja (Widjaja, 2001) [34], serta (Surjokusumo dan Nugroho, 1993) [29] menunjukkan hasil yang sama, dan menurut Morisco (1996) [24], kuat tarik bambu dapat mencapai 1280 kg/cm 2. Menurut Jansen (1987) [22], kekuatan tarik bambu sejajar serat antara 200-300 MPa, kekuatan lentur rata-rata 84 MPa, dan modulus elastisitas 200.000 MPa. Penelitian yang dilakukan oleh I.K. Khan (2014) [20], ditemukan bahwa kekuatan tarik bambu adalah sekitar satu setengah bahwa dari baja ringan dan modulus elastisitas adalah sekitar sepertiga dari baja ringan. Penggunaan bambu untuk konstruksi dapat diaplikasikan terutama pada bangunan rumah sederhana, selain dapat mengurangi jumlah pemakaian baja, Penggunaan bambu untuk konstruksi juga sangat membantu masyarakat dengan penghasilan rendah untuk membangun rumah (J.Atanda, 2015) [10]. Bambu mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan baja tetapi bambu memiliki beberapa kelemahan seperti bambu memiliki permukaan kulit yang licin, serta bambu rentan terhadap serangga. Kulit bambu yang licin dapat mengakibatkan penurunan kuat lekat antara tulangan bambu dengan beton sehingga akan mengakibatkan penurunan kemampuan tulangan bambu terhadap beton. Tulangan bambu perlu ditambahkan takikan untuk menjaga agar tulangan dapat bekerja secara optimal dalam beton. Pengawetan merupakan cara menghidari pembubukan pada bambu akibat serangan serangga. Pengawetan dilakukan dengan merendam bambu dengan menggunakan campuran zat borax, asam boriks dan air. Hal ini dilakukan untuk membunuh serangga sehingga kerusakan pada bambu dapat diminimalisir. Balok merupakan salah satu elemen sruktur yang penting dalam sebuah bangunan. Balok adalah bagian yang memikul beban yang cukup besar. Beban yang paling
3 dominan ditahan oleh balok adalah beban lentur. Balok beton bertulang kapasitas lentur sangat dipengaruhi oleh kemampuan tulangan beton. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengkajian kuat lentur balok bertulangan bambu petung takikan tipe U dengan jarak 10 cm pada lebar takikan 1 cm dan 2 cm yang diteliti oleh Ghai Ulfa D.N pada tahun 2015 [26]. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam tahap pendahuluan, bambu terlebih dahulu diawetkan dengan cara diredam dengan menggunakan boraks dan asam boriks dengan perbandingan 3:2, konsentrasi 10%. Tujuan dari pengawetan ini adalah agar bambu tidak mengalami pengeroposan dan tahan terhadap serangan serangga. Penelitian ini menggunakan posisi nodia bambu di tengah bentang berbeda dengan sebelumnya yang tidak memperhatikan letak nodia. Penelitian ini mengkaji berapa besar nilai kapasitas lentur balok beton tulangan bambu petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 2 cm tiap jarak 15 cm. Hasil dari penelitian ini nanti akan menampilkan berapa besar nilai kapasitas lentur balok beserta analisa perhitungannya, serta perbandingnnya dengan tulangan baja, sehingga hasil dari penelitian ini dapat di aplikasikan dan bermanfaat secara riil di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diperoleh adalah: a. Mengkaji berapa kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan bambu petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 2 cm tiap jarak 15 cm, dan b. Mengkaji berapa kapasitas lentur analisis balok beton tulangan bambu petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 2 cm tiap jarak 15 cm, dan c. Mengkaji berapa kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan bambu petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 2 cm tiap jarak 15 cm dan balok
4 beton tulangan baja D8mm, serta membandingkannya dengan kapasitas lentur analisis. 1.3. Batasan Masalah Lingkup penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, yaitu: a. Mix design yang digunakan untuk membuat beton direncanakan dengan fc = 17,0 MPa. b. Semen yang digunakan dalam rancang campur beton adalah Portland Pozzolan Cement (PPC). c. Tulangan bambu yang digunakan adalah bambu petung dengan umur minimal 2.5 tahun yang diawetkan. Pada penelitian ini bambu petung diambil dari Desa Mojorejo Ketitang, Nogosari, Boyolali. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: a. Mengetahui kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan bambu Petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 1 cm tiap jarak 15 cm, dan b. Mengetahui kapasitas lentur analisis balok beton tulangan bambu Petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 1 cm tiap jarak 15 cm, dan c. Mengetahui kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan bambu Petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 1 cm tiap jarak 15 cm dan balok beton tulangan baja D8mm, serta membandingkannya dengan kapasitas lentur hasil analisis. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Dapat memberikan wawasan baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada pemanfaatan bambu sebagai material alternatif pengganti tulangan baja. b. Salah satu input data desain dalam perancangan balok beton normal dengan tulangan bambu.
5 c. Dapat diaplikasikan sebagai tulangan untuk pembangunan rumah sederhana. d. Memanfaatkan material lokal berupa bambu yang belum digunakan secara maksimal sebagai material dalam konstruksi.