BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. ekstensifikasi (peningkatan jumlah wajib pajak) dan intensifikasi (peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya suatu negara melakukan

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2011). Pajak merupakan sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari negara. Seperti yang tercantum dalam pancasila, sila ke-5 yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional diperoleh dari pendapatan sektor pajak. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Pendapatan Negara. PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA Tahun (dalam milyaran rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara berkesinambungan yang memiliki tujuan awal, yaitu untuk mensejahterakan rakyat baik secara materiil maupun spiritual. Demi tercapainya pembangunan nasional yang telah direncanakan, maka dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi berkepanjangan dari tahun 1997 yang disebabkan oleh banyaknya utang luar negeri, pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan negara dalam negeri untuk membiayai pembangunan nasional dan melunasi utang luar negeri Indonesia yang semakin bertambah. Semakin besar penerimaan negara, kemampuan negara membiayai pembangunan dan melunasi utang luar negeri akan semakin optimal. Selain itu, dengan semakin meningkatnya penerimaan dalam negeri maka kemandirian negara dalam membiayai pengeluarannya akan terwujud. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan dalam negeri. Manfaat pajak sangat strategis, dikarenakan 70% dari penerimaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional, baik berupa barang maupun jasa berasal dari pajak. Hal ini terlihat dari persentase penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam negeri dari tahun 2000 sampai dengan 2008, dengan data sebagai berikut: 1

2 Tabel I Penerimaan Pajak dan Total Penerimaan, 2000-2008 (dalam miliar Rupiah) Tahun Penerimaan Penerimaan Persentase (%) Anggaran Pajak Dalam Negeri 2000*) 115.912,5 205.334,5 56,45 2001 185.540,9 300.599,5 61,72 2002 210.087,5 298.527,5 70,27 2003 242.048,1 340.928,3 71,00 2004 280.558,8 403.104,6 69,60 2005 347.031,1 493.919,4 70,26 2006**) 409.203 636.153,1 64,32 2007***) 492.000 690.000 71,30 2008****) 584.675,6 759.324,7 76,87 Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN 2008 Keterangan: *) Periode 1 April s.d. 31 Desember 2000 (9 bulan). **) LKPP ***) APBN-P ****) RPABN Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa penerimaan pajak dari tahun 2000 hingga 2008 meningkat terus sehingga dapat memberikan andil yang sangat besar terhadap penerimaan negara.

3 Salah satu usaha pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak dalam hal meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah program ekstensifikasi. Ekstensifikasi adalah proses atau usaha menjaring sejumlah calon wajib pajak menjadi wajib pajak. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan memiliki hak dan kewajiban perpajakan. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti ekstensfikasi wajib pajak orang pribadi, dikarenakan banyaknya penduduk Indonesia yang berprofesi sebagai pedagang, pekerja maupun pengusaha namun belum mendaftarkan diri menjadi wajib pajak. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran mereka dalam menaati kewajiban perpajakannya. Menurut Gunadi (2007:13), sampai saat ini penduduk Indonesia yang telah menjadi wajib pajak termasuk orang pribadi hanya 5% dari total 220 juta jiwa. Dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia dengan asumsi (1) keluarga terdiri dari 5 orang termasuk pembantu, (2) keluarga miskin dan yang berpenghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 25%, dan (3) sektor informal 40%, maka terdapat potensi wajib pajak yang seharusnya terdaftar sekitar 15.400 wajib pajak orang pribadi. Lebih lanjut Gunadi menjelaskan kenaikan dan pertambahan jumlah wajib pajak termasuk orang pribadi berdasarkan hasil ekstensifikasi antara tahun 2000 hingga 2005, terjadi pada akhir tahun 2005 sebesar 170,70%. Hal ini dapat tercapai karena pada bulan Oktober 2005 diluncurkan program 10 juta wajib pajak. Namun untuk tahun berikutnya, program ini tidak berjalan dengan baik karena masih kurangnya tanggapan dari masyarakat.

4 Salah satu bentuk ketaatan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah dengan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yaitu sebagai identitas wajib pajak dalam menjalankan kewajiban dan haknya di bidang perpajakan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan program pendaftaran wajib pajak secara online (e-registration) yang ditetapkan dengan KEP-173/PJ/2004 tanggal 29 November 2004. Dasar pengembangan dari e-registration ini adalah KEP.161/PJ./2001, tanggal 21 Februari 2001 tentang jangka waktu pendaftaran, dan pelaporan kegiatan usaha, tata cara pendaftaran serta Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Namun, tidak semua wajib pajak mau secara sukarela mendaftarkan diri menjadi wajib pajak dikarenakan kurangnya pemahaman wajib pajak mengenai kewajiban membayar pajak dan pentingnya pajak bagi pembangunan nasional. Menurut penuturan Direktur Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Djoko Slamet Surjoputro, pajak merupakan iuran kepada kas negara yang diatur berdasarkan undangundang, sehingga pemungutan pajak dapat dipaksakan. Oleh karena itu, membayar pajak sifatnya wajib bagi semua elemen masyarakat calon wajib pajak dan wajib pajak. Sistem perpajakan yang dianut sejak diberlakukan aktif tahun 1984 adalah Self- Assessment System dan kepatuhan sukarela (Voluntary Compliance) yaitu bahwa masyarakat wajib pajak mempunyai tanggung jawab untuk meyakini bahwa kewajiban pajaknya telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya oleh Undang-Undang untuk mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Walaupun telah diberikan kepercayaan dalam memenuhi kewajiban

5 perpajakannya secara baik dan benar, masih banyak masyarakat yang seharusnya menjadi wajib pajak belum mendaftarkan diri menjadi wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya penegakan hukum (law enforcement) bagi calon wajib pajak yang seharusnya menjadi wajib pajak. Salah satunya dengan memberikan sanksi, baik itu berupa denda ataupun pidana. Selain itu, instansi-instansi pemerintah, lembaga-lembaga non-pemerintah serta pihak lain diwajibkan menyampaikan data dan informasi terkait perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan isi pasal 35 A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi: Setiap Instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dengan adanya ketentuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak dapat mengawasi apakah wajib pajak dan calon wajib pajak sudah sesuai ketentuan atau belum dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlu tidaknya dikenakan sanksi perpajakan. Untuk menghindarkan masyarakat dari pengenaan sanksi perpajakan yang timbul apabila tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara benar, Direktorat Jenderal Pajak di tahun 2008 memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan kebijakan Sunset Policy. Sunset Policy merupakan fasilitas penghapusan sanksi administrasi pajak orang pribadi atau badan berupa bunga atas kekurangan pembayaran pajak yang dapat

6 dinikmati oleh masyarakat baik yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau belum. Dasar hukum dari Sunset Policy adalah: 1. Pasal 37 A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. 2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 5 Tahun 2008. 3. Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007. 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK/.03/2008. 5. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-30/PJ/2008. 6. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-3/PJ/2008. Kebijakan Sunset Policy ini salah satunya adalah upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya orang pribadi melalui program ekstensifikasi selain meningkatkan penerimaan pajak. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyadari pentingnya Sunset Policy untuk diketahui semua pihak. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sunset Policy. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas penulis adalah sebagai berikut: 1. Berapakah hasil ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi sebelum penerapan Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama X Bandung.

7 2. Berapakah hasil ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi sesudah penerapan Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama X Bandung. 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi sebelum dan sesudah diterapkannya Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan penelitian Maksud dan tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi sebelum penerapan Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama X Bandung. 2. Untuk mengetahui hasil ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi sesudah penerapan Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama X Bandung. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi sebelum dan sesudah diterapkannya Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain:

8 1. Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang permasalahan dalam perpajakan, khususnya mengenai kebijakan Sunset Policy yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak tahun 2008 dan diperpanjang hingga tanggal 28 Februari 2009, dan perannya dalam membantu masyarakat melaksanakan kewajiban perpajakannya. 2. Kantor Pajak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk pengembangan Kantor Pajak menjadi lebih baik tidak hanya dalam hal pelayanan tetapi juga melalui pengadaan kebijakan-kebijakan seperti Sunset Policy. Hasil penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dalam pengambilan keputusan. 3. Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi bahan referensi untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.