BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Variabel Penelitian. keluarga tidak lengkap, dan variabel (Y) identitas vokasional.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. (komperatif).menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. C. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kebermaknaan Hidup sebagai variabel tunggal. hidup, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasional. Penelitian ini menghubungkan antara variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan satu bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional yang menggunakan teknik analisa nonparametric. Penelitian ini akan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menjawab masalah penelitian (Setiadi dkk, 2005 ). Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional yang meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. konsumtif remaja ditinjau dari status sosial ekonomi orangtua di SMKN 4. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian. kecerdasan spiritual pada mahasiswa aktivis kerohanian islam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al-

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. datanya berupa angka-angka, Sedangkan korelasional adalah meneliti hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian Komparatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional ini menekankan analisisnya pada data-data numerikal

BAB III METODE PENELITIAN. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasinya (Azwar, 200 4). Penelitian ini menghubungkan tiga variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan anatara kreativitas ( X) sebagai variabel bebas, dengan problem

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu syukur sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasi. Menurut Arikunto (2002 ) penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Teknik korelasional memungkinkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian korelasional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. korelasional yaitu korelasi product moment dari Pearson.Menurut Arikunto

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. DesainPenelitian. Metode penelitian yang cocok digunakan ialah deskriptif korelasional. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. duavariable yaitu rasa bersalah sebagai variabel (X) dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. antara dua atau beberapa variabel. dengan teknik korelasi seorang peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dukungan sosial dari atasan dengan burnout pada paramedis keperawatan

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Prestasi Akademik (Y) dengan Self-Efficacy (X1) dan Optimisme (X2).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

Transkripsi:

35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan kemandirian remaja. Agar lebih jelas, penelitian ini digambarkan dengan bagan sebagai berikut: X Y B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: a. Variabel X : Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya b. Variabel Y : Kemandirian Remaja 2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Untuk memudahkan analisis dan menghindari kesalahan penafsiran, maka peneliti merasa perlu untuk menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian dalam bentuk konsep operasional untuk masing-masing variabel penelitian. a. Interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antara dua atau lebih remaja yang memiliki 35

36 usia yang relatif sama, dimana perilaku anak yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku anak yang lain atau sebaliknya. Aspek interaksi sosial adalah sebagai berikut: 1) Aspek Assosiatif, yaitu suatu proses interaksi sosial yang mengidentifikasikan adanya gerak pendekatan atau penyatuan. Adapun indikatornya sebagai berikut: a) Kerjasama (Cooperation). b) Akomodasi (Accomodation). c) Asimilasi (Assimilation). 2) Aspek Dissosiatif, yaitu suatu proses interaksi sosial yang mengidentifikasikan pada gerak ke arah perpecahan. Adapun indikatornya sebagai berikut: a) Persaingan (Competition). b) Kontravensi (Contravention). c) Pertentangan (Pertikaian Conflict). b. Kemandirian remaja dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu kemampuan remaja dalam mengelola dirinya, sehingga tidak tergantung pada dukungan emosional orang lain terutama orangtua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah, penting dan tidak penting. Aspek dari kemandirian sebagai berikut: 1) Kemandirian Emosional ( emotional autonomy), yaitu aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan/keterikatan hubungan

37 emosional individu, terutama sekali dengan orang tua. Adapun indikatornya sebagai berikut: a) Tidak serta merta membutuhkan bantuan orangtua ketika mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran. b) Tidak lagi memandang orang tua sebagai orang yang mengetahui segalagalanya atau menguasai segala-galanya. c) Memiliki energi emosional yang besar dalam rangka menyelesaikan hubungan di luar kelurga. d) Mampu memandang dan berinteraksi dengan orangtua sebagai orang pada umumnya, bukan semata-mata sebagai orangtua. 2) Kemandirian Tingkah Laku (behavioral autonomy), yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab. Adapun indikatornya sebagai berikut: a) Mampu membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta atau mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai. b) Mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran-saran orang lain. c) Mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bertindak atau melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri.

38 3) Kemandirian Nilai ( value autonomy), yaitu kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Adapun indikatornya sebagai berikut: a) Dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak. b) Keyakinannya menjadi semakin bertambah mengakar pada perinsipperinsip umum yang memiliki beberapa basis idiologis. c) Keyakinannya menjadi semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri dan bukan hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur pemegang kekuasaan lainnya. 1. Populasi Penelitian C. Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2002: 108) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh siswa SMAN 2 Kudap, Kecamatan Tasik Putri Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Berdasarkan data dari bagian kesiswaan SMAN 2 Kudap, jumlah siswa SMAN 2 Kudap Tahun Ajaran 2013/2014 berjumlah 310 siswa. Dengan demikian jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 310 siswa yang secara rinci penyebaran populasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMAN 2 Kudap No Ruangan Kelas Jumlah 1 XA 28 2 XB 34

39 3 XC 35 4 XI IPA 32 5 XI IPS I 28 6 XI IPS II 29 7 XI IPS III 36 8 XII IPA 30 9 XII IPS I 25 10 XII IPS II 33 Jumlah 310 Sumber : Bagian Kesiswaan SMAN 2 Kudap 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan berlaku untuk populasi (Sugiyono, 2005 : 91). Populasi yang besarnya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, tetapi jika jumlah subjeknya besar dari 100 maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2002 : 112). Oleh karena jumlah populasi lebih dari 100 yaitu 310 orang siswa, maka peneliti mengambil sampel sebesar 45% dari 310 yaitu 140 siswa. D. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah kuota random sampling yang merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan (Sugiyono, 2005: 95). Dalam penelitian ini kuota berlandaskan pada kelas. Setelah didapatkan jumlah sampel pada setiap angkatan lalu dilakukan random

40 dari lokal yang ada. Berdasarkan teknik tersebut, maka kuota untuk masingmasing angkatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian (%) No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel (45%) 1 XA 28 13 2 XB 34 15 3 XC 35 16 4 XI IPA 32 14 5 XI IPS I 28 13 6 XI IPS II 29 13 7 XI IPS III 36 16 8 XII IPA 30 14 9 XII IPS I 25 11 10 XII IPS II 33 15 Jumlah 310 140 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Alat Ukur Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala psikologi. Dalam proses untuk mendapatkan data yang ingin dicapai, maka penelitian ini menggunakan dua macam skala yaitu skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dan skala kemandirian remaja. Menurut Azwar (2009: 3-4) skala merupakan suatu alat ukur yang stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku atribut yang bersangkutan. a. Skala Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan pemberian skala kepada sampel penelitian. Skala tersebut kemudian diberi skor berdasarkan model

41 skala Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan alternatif jawaban netral. Penyajian skala ini terdiri dari 36 aitem yang disusun dengan model skala Likert, terdiri dari dua kelompok aitem yaitu aitem yang mengandung favorable dan unfavorable. Sistem penilaian menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk aitem favorable, nilai jawaban Sangat Setuju (SS) : 4, Setuju (S) : 3, Tidak Setuju (TS) : 2, Sangat Tidak Setuju (STS) : 1. Sedangkan untuk unfavorable, nilai jawaban Sangat Setuju (SS) : 1, Setuju (S) : 2, Tidak Setuju (TS) : 3, Sangat Tidak Setuju (STS) : 4. Hal ini akan mempermudah peneliti dalam skoring data penelitian (Hadi, 2004: 87). Berikut adalah blue print skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya: Tabel 3.3 Blue Print Variabel Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya (Sebelum Uji Coba) Aspek Indikator Nomor Aitem Jml Favorable Unfavorable Assosiatif Kerjasama 1,13,25 7,19,31 6 Akomodasi 2,14,26 8,20,32 6 Asimilasi 3,15,27 9,21,33 6 Dissosiatif Persaingan 4,16,28 10,22,34 6 Kontravensi 5,17,29 11,23,35 6 Pertentangan 6,18,30 12,24,36 6 Jumlah 18 18 36 b. Skala Kemandirian Remaja Penyajian skala ini terdiri dari 40 aitem yang disusun dengan model skala Likert yang dimodifikasi dalam bentuk empat alternatif jawaban, dengan

42 menghilangkan jawaban netral untuk menghindari jawaban subyek yang mengelompok. Pernyataan dalam skala tersebut memiliki kecenderungan favorable yaitu pernyataan yang mendukung subjek, diberi nilai sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) : 4, Setuju (S) : 3, Tidak Setuju (TS) : 2, Sangat Tidak Setuju (STS) : 1. Sedangkan pernyataan dalam skala yang mempunyai kecenderungan unfavorable, yaitu pernyataan yang tidak mendukung subjek, diberi nilai sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) : 1, Setuju (S) : 2, Tidak Setuju (TS) : 3, Sangat Tidak Setuju (STS) : 4. Hal ini akan mempermudah peneliti dalam skoring data penelitian (Hadi, 2004: 87). Berikut adalah blue print skala kemandirian remaja: Tabel 3.4 Blue Print Variabel Kemandirian Remaja (Sebelum Uji Coba) Aspek Indikator Nomor Item Jml Favorable Unfavorable Emosional a. Tidak serta merta 1,21 11,31 4 Autonomy membutuhkan bantuan orangtua ketika mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran. b. Tidak lagi memandang 2,22 12,32 4 orang tua sebagai orang yang mengetahui segalagalanya atau menguasai segala-galanya c. Memiliki emosional yang 3,23 13,33 4 besar dalam rangka menyelesaikan hubunganhubungan di luar kelurga dan dalam kenyataannya mereka merasa lebih dekat dengan teman-teman daripada orangtua. d. Mampu memandang dan berinteraksi dengan orangtuanya sebagai orang 4,24 14,34 4

43 Behavioral Autonomy Value Autonomy pada umumnya. a. Membuat keputusan sendiri 5,25 15,35 4 dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta atau mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai. b. Mampu mempertimbangkan 6,26 16,36 4 bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan saran dari orang lain. c. Mencapai suatu keputusan 7,27 17,37 4 bagaimana seharusnya melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri. a. Cara remaja dalam 8,28 18,38 4 memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak. b. Keyakinan-keyakinan 9,29 19,39 4 remaja semakin bertambah pada prinsip-prinsip umum yang dimiliki beberapa basis ideologis. c. Keyakinan-keyakinan 10,30 20,40 4 remaja semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri, bukan hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur lainnya. Jumlah 20 20 40 F. Uji coba Alat Ukur Sebelum alat ukur ini digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya, maka alat ukur yang akan digunakan harus dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan melakukan try out. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas, guna untuk mendapatkan aitem-aitem yang layak sebagai alat ukur.

44 Dalam menetapkan sampel uji coba, Azwar (2010 : 57) mengatakan tidak ada ketentuan pasti untuk menentukan seberapa banyak sampel yang harus diambil. Berdasarkan konsep tersebut, uji coba aitem dilakukan terhadap 170 sampel yang terdiri dari kelas 1, 2 dan 3. Uji coba alat ukur dilakukan pada siswa/siswi SMAN 2 Kudap, pada tanggal 11 Januari 2014. Adapun pelaksanaan uji coba tersebut dilaksanakan pada setiap kelas yang ingin diuji. Sebelum peneliti memberikan skala tersebut terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan penyebaran skala dan cara pengisian skala tersebut. Skala uji coba diberikan kepada siswa/siswi kemudian peneliti mengawasi siswa/siswi mengisi skala tersebut sampai selesai. 1. Uji Validitas Validitas merupakan hal yang berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan skala dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009: 7). Untuk mengetahui apakah skala yang dibuat sesuai dengan tujuan pengukuran perlu dilakukan uji validitas, adapun uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasioanal atau lewat professional judgment (Azwar, 2009: 45). Professional judgment ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi dan nara sumber pada seminar usulan penelitian. 2. Daya Beda Salah satu cara yang sederhana untuk melihat apakah validitas isi telah terpenuhi adalah memeriksa apakah masing-masing butir telah sesuai dengan indikator perilaku yang akan diungkap. Analisa rasional ini juga dilakukan oleh

45 pihak yang berkompeten untuk menganalisis skala, langkah selanjutnya setelah melakukan pengujian validitas isi adalah memilih aitem yang memiliki daya beda aitem tertinggi. Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem total (Azwar, 2009: 58-59). Untuk mengetahui tingkat validitas alat ukur dianalisis dengan cara menggunakan korelasi Product Moment Pearson dalam Azwar (2009: 100) dengan bantuan program SPSS 18.0 For Windows, dengan cara menghubungkan skor tiap butir dengan skor totalnya. Adapun rumus dari Product Moment Pearson adalah sebagai berikut: = / / ( ) / Keterangan: = Koefisien korelasi product moment N = Jumlah subjek penelitian X = Skor butir tiap aitem Y = Skor total aitem setiap subjek = Jumlah kuadrat skor setiap aitem = Jumlah kuadrat skor total aitem xy = Jumlah hasil perkalian skor tiap aitem

46 Untuk menentukan apakah suatu aitem dianggap valid atau gugur, digunakan kriteria Azwar (2010: 56) yang mengatakan bahwa untuk penyusunan skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, aitem yang koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur, sedangkan aitem yang dapat dianggap valid adalah aitem dengan koefisien korelasi >0,30. Dari 36 aitem skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya terdapat 24 aitem yang valid dan 12 aitem yang gugur. Rincian mengenai jumlah aitem yang valid dan yang gugur dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.5 Blue Print Variabel Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya (Valid dan Gugur) Nomor Aitem No Aspek Indikator Jml Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur 1 Assosiatif Kerjasama 6 1,13,25-7,31 19 Akomodasi 6 2,14,26-8 20,32 Asimilasi 6 3,15,27-9,33 21 2 Dissosiatif Persaingan 6 4,16 28 10,22,34 - Kontravensi 6 5,17,29 - - 11,23,35 Pertentangan 6 6,18 30-12,24,36 Jumlah 36 16 2 8 10 Setelah diuraikan rincian dan butir-butir aitem yang valid dan yang gugur selanjutnya disusun blue print yang terbaru untuk penelitian yang sesungguhnya. Adapun blue print terbaru dari skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

47 Tabel 3.6 Blue Print Variabel Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya (untuk Penelitian) Nomor Aitem No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml 1 Assosiatif Kerjasama 7,14,19 3,11 5 Akomodasi 12,18,22 5 4 Asimilasi 4,10,23 16,20 5 2 Dissosiatif Persaingan 13,24 1,9,17 5 Kontravensi 8,15,21-3 Pertentangan 2,6-2 Jumlah 16 8 24 Pada variabel kemandirian remaja terdapat 40 aitem yang diuji validitasnya, dari jumlah aitem tersebut hanya 26 aitem yang valid, sedangkan 14 aitem dinyatakan gugur atau tidak valid. Adapun rincian aitem-aitem yang valid dan aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.7 Blue Print Variabel Kemandirian Remaja (Valid dan Gugur) Nomor Aitem No Aspek Indikator Jml Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur 1 Emosional a. Tidak serta merta 4 1 21-11,31 Autonomy membutuhkan bantuan orangtua ketika mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran. b. Tidak lagi 4 2,22 - - 12,32 memandang orang tua sebagai orang yang mengetahui segala-galanya atau menguasai segalagalanya c. Memiliki emosional yang besar dalam 4 3,23 - - 13,33

48 2 Behavioral Autonomy 3 Value Autonomy rangka menyelesaikan hubungan-hubungan di luar kelurga dan dalam kenyataannya mereka merasa lebih dekat dengan temanteman daripada orangtua. d. Mampu memandang dan berinteraksi dengan orangtuanya sebagai orang pada umumnya. a. Membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta atau mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai. b. Mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan saran dari orang lain. c. Mencapai suatu keputusan bagaimana seharusnya melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri. a. Cara remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak. 4 4 24 14,34-4 5,25 - - 15,35 4 6,26-16,36-4 7,27 - - 17,37 4 8,28 - - 18,38 b. Keyakinan- 4 9,29-19,39 -

49 keyakinan remaja semakin bertambah pada prinsip-prinsip umum yang dimiliki beberapa basis ideologis. c. Keyakinankeyakinan 4 10,30-20,40 - remaja semakin bertambah tinggi dalam nilainilai mereka sendiri, bukan hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur lainnya. Jumlah 40 18 2 8 12 Setelah diuraikan rincian dan butir-butir aitem yang valid dan yang gugur selanjutnya disusun blue print yang terbaru untuk penelitian yang sesungguhnya. Adapun blue print terbaru dari skala kemandirian remaja dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.8 Blue Print Variabel Kemandirian Remaja (untuk Penelitian) No Aspek Indikator Nomor Aitem Jml Favorabel Unfavorabel 1 Emosional a. Tidak serta merta 5-1 Autonomy membutuhkan bantuan orangtua ketika mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran. b. Tidak lagi memandang 16,11-2 orang tua sebagai orang yang mengetahui segalagalanya atau menguasai segala-galanya c. Memiliki emosional yang 4,23-2

50 2 Behavioral Autonomy 3 Value Autonomy besar dalam rangka menyelesaikan hubunganhubungan di luar kelurga dan dalam kenyataannya mereka merasa lebih dekat dengan teman-teman daripada orangtua. d. Mampu memandang dan berinteraksi dengan orangtuanya sebagai orang pada umumnya. a. Membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta atau mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai. b. Mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan saran dari orang lain. c. Mencapai suatu keputusan bagaimana seharusnya melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri. a. Cara remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak. b. Keyakinan-keyakinan remaja semakin bertambah pada prinsipprinsip umum yang dimiliki beberapa basis ideologis. 14 3,18 3 20,8-2 17,10 6,26 4 7,2-2 22,15-2 25,19 9,13 4

51 c. Keyakinan-keyakinan 1,21 24,12 4 remaja semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri, bukan hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur lainnya. Jumlah 18 8 26 3. Reliabilitas Reliabilitas adalah teknik untuk melihat seberapa jauh skala ini memberikan hasil atau nilai yang konstan dalam pengukuran. Skala yang akan diamati dibelah menjadi dua reliabilitas sehingga setiap belahan berisi aitem-aitem dengan jumlah yang sama banyak. Ini akan dihitung dengan menggunakan rumus: = 2 1 Keterangan = Koefisien reliabilitas alpha 1 dan 2 = Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 = Varians skor skala (Azwar, 2009: 87) Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1.00. Apabila koefisien reliabilitas semakin mendekati angka 1.00 maka reliabilitas semakin tinggi. Sebaliknya, jika koefisien reliabilitas semakin mendekati 0 maka semakin rendah tingkat reliabilitasnya (Azwar, 2009: 83). Dari perhitungan dengan menggunakan program SPSS 17,0 for windows diketahui reliabilitas skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dari 24 aitem yang valid adalah 0,881. Sedangkan reliabilitas skala kemandirian remaja

52 dari 26 aitem yang valid adalah 0,867. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian cukup reliabel karena angkanya mendekati angka 1,00. G. Teknik Analisa Data Untuk menguji hipotesa maka data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa. Analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data korelasi Product Moment Pearson. Teknik ini digunakan bila data bersifat homogen, kontinu, dan regresinya linier (Hartono: 2005: 42). Teknik korelasi Product Moment Pearson dianalisa dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows dengan rumus sebagai berikut: = ( )( )/ ( ) Keterangan: = Koefisien korelasi product moment X = Skor aitem tiap subjek Y = Skor total aitem tiap subjek = Jumlah skor skala X = Jumlah skor skala Y N = Jumlah subjek H. Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Kudap. Adapun jadwal penelitian yang peneliti lakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

53 Tabel 3.9 Jadwal dan Lokasi Penelitian No Tanggal Kegiatan 1 17 s/d 25 Januari 2012 Acc sinopsis dan penentuan dosen pembimbing 2 11 Oktober 2012 s/d 08 Oktober 2013 Bimbingan dan penyusunan proposal 3 13 November 2013 Ujian proposal 4 11 Januari 2014 Pelaksanaan try out 5 11 Januari s/d 01 Februari 2014 Analisis hasil try out 6 08 Februari 2014 Pelaksanaan penelitian 7. 10 Februari s/d 05 April 2014 Mengolah data penelitian 8 24 Juli 2014 Ujian seminar hasil 9 14 Agustus 2014 Bimbingan skripsi 10 27 Agustus 2014 Ujian munaqasyah