I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119 juta wisatawan dan pariwisata Asia tumbuh 15% dari tahun 2009. Pertumbuhan industri pariwisata berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan perkembangan sebuah negara (www.unwto.org). Industri pariwisata di Indonesia juga mengalami pertumbuhan, dan ditargetkan terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, hingga 2010 jumlah wisatawan sebanyak 5.934.239 orang meningkat sebanyak 17,4% dibandingkan dengan 2009 yang tercatat 5.053.269 orang (www.budpar.go.id). Peningkatan pariwisata ini memberikan dampak berganda lintas sektoral, karena akan membuka lapangan pekerjaan untuk sektor transportasi, akomodasi, konsumsi, UKM souvenir, dan lain-lain. Pertumbuhan semua sektor yang berhubungan dengan pariwisata akan meningkatkan perekonomian Indonesia dan menambah devisa negara. Oleh sebab itu pemerintah memfasilitasi pertumbuhan sektor pariwisata untuk bekerjasama dengan sektor lain yang terkait dan menjadi faktor-faktor pendukung dalam industri pariwisata Indonesia.
Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nasional (WISNAS) Tahun 2004-2010 TAHUN WISATAWAN NASIONAL RATA-RATA PENGELUARAN PER ORANG (USD) PER KUNJUNGAN PER HARI RATA-RATA LAMA TINGGAL (HARI) TOTAL PENGELUARAN (JUTA USD) 2004 3.941.381 859,81 77,88 11,04 3.388,84 2005 4.106.225 683,78 83,90 8,15 2.807,75 2006 4.967.403 777,71 100,87 7,71 3.863,20 2007 5.158.441 839,64 88,79 9,24 4.331,23 2008 4.996.594 1.049,72 96,69 10,62 5.245,02 2009 5.053.269 977,39 109,80 8,81 4.939,01 2010 5.934.239*) 976,65 117,59 8,20 5.795,65*) Sumber : BPS dan Kemenbudpar Keterangan : Data jumlah wisnas tahun 2004-2009 disesuaikan dengan NESPARNAS 2005-2010 Tabel 2. Rekapitulasi Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2010 Tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara Jumlah Pertumbuhan % Rata-rata Lama Tinggal (Hari) Pengeluaran USD Rata Per Kunjungan Per Hari Juta Penerimaan Devisa USD Pertumbuhan % 2004 5.321.165 19,12 9,47 95,17 901,66 4.797,90 18,85 2005 5.002.101-6,00 9,05 99,86 904,00 4.521,90-5,75 2006 4.871.351-2,61 9,09 100,48 913,09 4.447,98-1,63 2007 5.505.759 13,02 9,02 107,70 970,98 5.345,98 20,19 2008*) 6.234.497 13,24 8,58 137,38 1.178,54 7.347,60 37,44 2009**) 6.323.730 1,43 7,69 129,57 995,93 6.297,99-14,29 2010 7.002.944 10,74 8,04 135,01 1.085,75 7.603,45 20,73 Sumber : BPS Keterangan : *) Tidak termasuk 194.530 penumpang transit internasional 2
**) Tidak termasuk 128.529 penumpang transit internasional Industri pariwisata dunia cenderung bergeser dari wisata masal menjadi wisata minat khusus, dan semakin besarnya minat wisatawan terhadap wisata yang mengusung konsep ekowisata. World Tourism Organization mulai tahun 2001 memulai program pariwisata yang mengentaskan kemiskinan penduduk lokal. Bahkan tahun 2002 menghasilkan kode etik mengenai prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan (www.unwto.org). Ekowisata digambarkan sebagai perjalanan yang bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat TIES (1990). Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor melalui Dinas Budaya dan Pariwisata (www.wisatakabupatenbogor.com) mempunyai visi mewujudkan Kabupaten Bogor sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. Destinasi yang menjadi daya tarik baik alam, seni budaya, buatan dengan fasilitas yang berkualitas dan berdampak minimal terhadap lingkungan, memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif, serta membawa kemandirian dan kesejahteraan bagi masyarakat. Potensi tempat tujuan wisata di Kabupaten Bogor sangat besar dan beragam, terutama sumber daya alamnya, sehingga Pemda Kabupaten Bogor mendorong dikembangkannya ekowisata yang ada di Kabupaten Bogor. Pengembangan ekowisata mempunyai banyak manfaat, selain untuk memajukan pariwisata juga untuk melestarikan alam baik itu berupa pegunungan, sawah, ladang, perkebunan, perikanan, menjaga gaya hidup masyarakat, seni budaya serta tradisi yang ada. Pengembangan pariwisata diarahkan mengacu pada konsep ekowisata berbasis komunitas (Community Based Tourism), dimana masyarakat ditempat wisata tersebut terlibat secara aktif dalam kegiatan wisata. 3
Salah satu tempat tujuan wisata dengan konsep ekowisata di Kabupaten Bogor adalah desa wisata Cinangneng. Tempat wisata yang berada diselatan Kabupaten Bogor ini bernama Kampoeng Wisata Cinangneng (KWC), menawarkan pengalaman berwisata ke desa dengan mengenalkan kehidupan masyarakat Sunda pedesaan, baik bentuk rumah, pakaian, makanan, minuman, permainan, tradisi dan budaya yang ada. Wisatawan juga diajak menikmati lingkungan desa yang alami dengan beraneka macam tanaman yang mungkin belum pernah dilihat di kota, berinteraksi dengan masyarakat desa. KWC merupakan paduan wisata ekologi, edukasi, budaya dan tradisi. Kegiatan wisata di KWC beragam dan terbagi dalam paket-paket wisata. Mulai dari tour kampung mengunjungi industri rumah tangga, belajar main angklung dan menyanyi lagu Sunda, menari tarian sunda, memainkan gamelan, menanam/menggarap/memanen padi, membuat makanan dan minuman tradisional, memandikan kerbau, membuat wayang dari daun singkong, menggambari topi caping, foto memakai pakaian orang desa, ronda kampung, membuat api unggun dan bakar jagung. Setelah selama sepuluh tahun menjadi tujuan wisata bagi anak sekolah, pengajar, wisatawan asing maupun masyarakat umum, terjadi kenaikan jumlah pengunjung tiap tahunnya. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah kamar yang tersedia untuk guest house dari 2 kamar menjadi 9, diperluasnya lahan untuk kegiatan agar mampu menampung pengunjung dan lapang, kegiatan wisata ditambah, paket-paket yang ditawarkan bertambah dan bervariasi. Makin banyaknya pengunjung terkadang membuat KWC harus mengalihkan waktu kunjungan wisatawan pada hari yang tidak ada rombongan berkunjung. Sehingga calon pengunjung kadang kecewa tidak bisa berwisata pada hari yang dikehendaki. 4
KWC menerapkan sistem reservasi untuk mengantisipasi jumlah pengunjung disebabkan terbatasnya tempat dan pemandu wisata. Sumber daya manusia yang bekerja pada KWC sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar, karena KWC berprinsip menyelenggarakan pariwisata berbasis masyarakat. KWC juga memberdayakan UMKM yang ada dilingkungan sekitar dengan memberi kesempatan menjadi pemasok souvenir, bahan makanan, minuman, dan membawa wisatawan berkunjung ke workshop para UMKM. Keterlibatan masyarakat desa dengan kegiatan wisata membuat keberadaan KWC diterima dengan baik bahkan diharapkan semakin banyak pengunjung dan terus berlanjut. Keberlanjutan KWC juga menjadi visi kedepan bagi pemilik tempat wisata tersebut. Visi KWC meskipun tidak dinyatakan secara tertulis, namun menjadi harapan yang berusaha dicapai adalah KWC akan menjadi pusat wisata edukasi, budaya dan tradisi Sunda. Visi tersebut membawa misi untuk melestarikan seni budaya dan tradisi, memberdayakan masyarakat setempat, mengangkat kelompok kesenian, membantu UMKM-UMKM yang ada di Desa Cinangneng, sehingga membuka lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja. Harapan pemilik KWC adalah menjadikan pertunjukan kesenian Sunda sebagai agenda harian di KWC, sehingga dapat dinikmati wisatawan yang berkunjung. Gelar seni tersebut menampilkan sanggar-sanggar seni di desa, melibatkan anakanak sekolah untuk berkesenian, para pengrajin souvenir memamerkan karya seni dan cara pembuatannya. Visi menjadi pusat wisata budaya tentu bukan hal yang mudah untuk diwujudkan, karena terkait kesiapan manajemen KWC, kesanggupan pemasok untuk pesanan yang lebih besar, masalah pendanaan, pelatihan sumber daya 5
manusia, dukungan pihak luar baik instansi pemerintah atau swasta, keterlibatan masyarakat desa yang semakin besar. Pengembangan KWC akan melibatkan semua aktor dalam rantai nilai wisata, karena tiap rantai saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Namun sesulit apapun perubahan dan perkembangan yang akan dihadapi, KWC tetap harus melakukan inovasi untuk menjaga keberlanjutan dan menghadapi persaingan dengan obyek wisata lain. Masalah yang dihadapi pemilik KWC adalah bagaimana mengembangkan dan meningkatkan KWC terkait rantai nilainya, apa yang harus lebih dulu dikerjakan, bagaimana mengkoordinasikan kesiapan masyarakat sekitar untuk lebih berkontribusi terhadap pariwisata. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang didapat gambaran bahwa KWC berusaha berinovasi dalam meramu wisata desa agar wisatawan selalu mendapatkan kegiatan wisata yang baru, mampu bersaing dengan tempat wisata lain dan keberlanjutannya tetap terjaga. Banyak potensi dari masyarakat desa yang apabila ditangani secara tepat akan menjadi daya tarik wisata. Akan tetapi banyak kendala yang dihadapi, untuk mengembangkan KWC yang melibatkan masyarakat sebagai bagian dari rantai nilai wisata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menentukan strategi pengembangan Kampoeng Wisata Cinangneng agar menjadi tempat wisata yang berkelanjutan. Permasalahan yang ada dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi rantai nilai KWC saat ini? 2. Bagaimana mengembangkan KWC agar tercapai visi KWC? 3. Apa strategi yang tepat untuk mengembangkan rantai nilai KWC? 6
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan Kampoeng Wisata Cinangneng (KWC) agar menjadi tempat wisata yang berkelanjutan. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Melakukan analisis potensi dan kelemahan rantai nilai KWC. 2. Merumuskan alternatif strategi yang mungkin dapat digunakan untuk pengembangan KWC agar tercapai visi KWC. 3. Memilih strategi untuk mengembangkan rantai nilai KWC. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai strategi mengembangkan Kampoeng Wisata Cinangneng ini diharapkan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk: 1. Mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas tentang rantai nilai Kampoeng Wisata Cinangneng sehingga dapat digunakan untuk pengetahuan bagi peneliti dan pembaca. 2. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait rantai nilai Kampoeng Wisata Cinangneng agar dapat dijadikan alternatif pengembangan KWC. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dibatasi hanya mengenai rantai nilai wisata KWC, siapa aktoraktor dalam tiap rantai, bagaimana kondisi tiap rantai, apa yang berpotensi mendukung pengembangan dan tidak/kurang mendukung strategi yang kemungkinan dapat digunakan untuk mengembangkan tempat wisata KWC. 7
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB 8