BAB I. PENDAHULUAN. masih tergolong banyak. Berdasarkan kajian yang dilakukan Kementerian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Labu kuning merupakan bahan makanan yang sering digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

dimanfaatkan adalah parijoto (Medinilla speciosa). Di Indonesia, tanaman ini

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Metabolit sekunder Alkaloid Terpenoid Steroid Fenolik Flavonoid Saponin

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia 1.

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 14 September2016

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

I. PENDAHULUAN. Bidang perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu survey yang dilakukan oleh World Heatlh. Organization (WHO) dilaporkan bahwa lebih dari 80%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian kasus infeksi disebabkan oleh bakteri yang terjadi di Indonesia masih tergolong banyak. Berdasarkan kajian yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam riset kesehatan dasar tahun 2013, kelompok umur yang sering mengalami kejadian infeksi adalah balita yang disebabkan oleh kekebalan tubuh yang belum terbentuk sempurna. Penggunaan obat golongan antibiotik sebagai terapi kuratif pada pasien infeksi telah umum dilakukan, bahkan terkadang pemberian obat melebihi batas yang dianjurkan (Depkes RI, 2011). Hal negatif yang terjadi akibat pemberian antibiotik yang berkelanjutan dan berlebihan bagi pasien antara lain mengakibatkan terjadinya reaksi hipersensitif, alergi, dan imunosupresi (Schinor et al., 2007). Penggunaaan antibiotik dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan obat perlu ditingkatkan ke level yang lebih tinggi dan menyebabkan harga jual obat lebih mahal (Utami, 2012). Harga obat yang mahal menyebabkannya tidak terjangkau bagi semua lapisan masyarakat sehingga kejadian infeksi masih tetap tinggi dan menjadikannya kurang efektif untuk digunakan sebagai terapi kuratif. Pengobatan secara alami dengan menggunakan bahan-bahan alami sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menghindari efek samping dari obatobat tertentu yang akan merugikan tubuh serta melihat dari keterjangkauan harga obat yang dibuat dari bahan alami dari lingkungan sekitar. Terapi kuratif tidak hanya dilakukan dengan cara konvensional seperti meminum 3

obat pada umumnya, namun bisa dilakukan dengan makan makanan tertentu yang mempunyai efek baik terhadap kesehatan. Penggunaan unsur tanaman untuk pengobatan dan kesehatan disebut dengan nutraceutical atau pangan fungsional. Nutraceutical adalah istilah yang diciptakan oleh Stephen DeFelice pada tahun 1979 (DeFelice, 1992). Istilah ini didefinisikan sebagai makanan atau bagian dari makanan yang dapat menyumbangkan manfaat bagi kesehatan meliputi pencegahan dan pengobatan penyakit selain fungsi dasarnya sebagai penyedia zat gizi (Tapas et al., 2008; Palupi, 2013). Alasan pemilihan bahan makanan sebagai terapi pengobatan dan pencegahan penyakit adalah karena mudah didapat di pasar, harga yang terjangkau, dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Labu kuning atau biasa disebut waluh merupakan bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Bahan makanan ini biasanya diolah sebagai lauk sayuran atau diolah sebagai makanan ringan (Purwanto et al., 2013). Tekstur yang lembut membuat bahan makanan ini biasa digunakan sebagai makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan. Labu kuning akan sangat berlimpah ketersediaannya terutama disaat panen dengan jumlah cukup banyak hingga 40 ton per hektar lahan dalam waktu yang singkat sekitar 2 bulan setelah penanaman (Rukmana, 1998). Selain kemudahan dalam budidaya, kelebihan beberapa jenis labu kuning adalah masa simpan yang lama, yakni sekitar 6-9 bulan dengan catatan buah dalam keadaan utuh dan tidak rusak (Rukmana, 1998). Kemudahan mendapatkan labu kuning membuatnya dapat dengan mudah diterapkan sebagai makanan fungsional di masyarakat. Syarat makanan fungsional adalah bentuk pangan bukan kapsul, tablet, atau serbuk dan berasal dari 4

bahan-bahan alami, serta dapat dikonsumsi sebagai bagian dari diet seharihari, dan mempunyai fungsi tambahan selain fungsi utama sebagai makanan pada umumnya (Palupi, 2013). Buah labu kuning mempunyai kandungan fitokimia yang diyakini dapat menjadi agen antibakteri terhadap gram positif maupun negatif (Gurav et al., 2014; Patel et al., 2013; Pupovic, 1971). Sehingga peneliti ingin mengetahui alternatif terapi antibiotik melalui buah labu kuning mengingat masih banyak kejadian infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mengkonsumsi makanan yang bermanfaat sebagai antibakteri mampu mengatasi masalah infeksi dengan memberikan waktu kepada sistem imun tubuh untuk bekerja membersihkan agen infeksi (Byarugaba, 2010). Kejadian infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun positif, namun disini peneliti memfokuskan pada bakteri gram negatif yang diwakili oleh Escherichia coli. Bakteri ini dipilih karena kejadiannya dalam menyebabkan infeksi di masyarakat adalah yang tertinggi (Gaynes et al., 2005). Escherichia dapat menyebabkan infeksi apabila jumlahnya 10 5 CFU/ml (Oyetayo, 2004; Campanha et al., 1999). Sedangkan pada penelitian lain digunakan jumlah minimal bakteri 10 6 CFU/ml dan menghasilkan infeksi yang masih tergolong ringan (Nuraida et al., 2012). Penelitian ini akan melihat apakah labu kuning efektif digunakan sebagai salah satu bahan makanan yang mempunyai daya antibakteri, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai rujukan dalam penanganan maupun antisipasi kejadian infeksi. 5

B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, timbul masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak labu kuning dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli? 2. Apakah ekstrak labu kuning dapat membunuh Escherichia coli? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus : 1. Tujuan umum, yaitu untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak labu kuning (Cucurbita maxima) terhadap pertumbuhan Escherichia coli ATCC 35218. 2. Tujuan khusus, yaitu : a) Mengetahui kadar hambat minimal (KHM) ekstrak labu kuning terhadap bakteri gram negatif Escherichia coli ATCC 35218. b) Mengetahui kadar bunuh minimal (KBM) ekstrak labu kuning terhadap bakteri gram negatif Escherichia coli ATCC 35218. D. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui manfaat lebih lanjut buah labu kuning sebagai antibakteri. 2. Memberikan tambahan referensi kajian pemanfaatan labu kuning sebagai makanan nutraceutical. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian oleh Singh (2012) dengan judul Phytochemical Determination and Antibacterical Activity of Trichosanthes dioica Roxb (Patal), Cucurbita maxima (Pumpkin) and Abelmoschus esculentus Moench (Okra) Plant 6

Seeds, dilakukan dengan menguji tiga ekstrak biji tanaman meliputi uji fitokimia bahan meliputi tanin, saponin, flobatanin, terpenoid, flavonoid, glikosida, antraquinon, antraquinon bebas, karotenoid, alkaloid, dan gula reduksi serta uji antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis, Escherichia coli, Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus aureus dan Kliebsiella pneumonia yang terdapat di laboratorium sains Department of Life Science National Institute of Technology, Rourkela, Odisha, untuk mengetahui zona hambat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji tanaman uji mempunyai beberapa senyawa kimia yang dapat bertanggungjawab atas aksi farmakologis salah satunya sebagai antibakteri. a) Persamaan : Meneliti tanaman jenis Cucurbita maxima, dan pengujian terhadap antibakteri Escherichia coli dengan menggunakan zona hambat, b) Perbedaan : Bagian yang diuji adalah biji labu kuning, dan pengujian aktivitas antibakteri didahului dengan pembuktian fitokimia bahan uji. 2. Penelitian dilakukan oleh Sharma et al. (2013) dengan judul Preliminary Phytochemical Evaluation of Seed Extracts of Cucurbita maxima Duchesne, yaitu meneliti tentang kandungan fitokimia biji labu kuning. Penelitian dibagi dua tahap yaitu evaluasi fisikokimia dan fitokimia. Uji fisikokimia antara lain penetapan kadar abu, penetapan susut pengeringan, dan kadar ekstraktif. Kemudian dilanjutkan dengan uji fitokimia dengan mengekstrak biji menggunakan tiga pelarut yang berbeda, yaitu pelarut petroleum eter, etil asetat, dan alkohol. Kemudian ketiga ekstrak diujikan pada kandungan fitokimia dengan menggunakan 7

prosedur yang telah ditetapkan. Hasil dari penelitian berguna sebagai standarisasi dalam persiapan penelitian sejenis yang akan dilakukan di kemudian hari karena menyajikan beberapa informasi terkait identifikasi, autentifikasi, dan komponen kimia bahan uji. a) Persamaan : Meneliti tanaman jenis Cucurbita maxima, dan pengekstrakkan bahan menggunakan jenis alkohol. b) Perbedaan : Penelitian ini dilakukan terhadap sifat fitokimia & fisikokimia bahan uji, subjek penelitian adalah biji labu kuning, dan pengekstrakkan menggunakan 3 pelarut yang berbeda. 3. Penelitian berkaitan dengan labu kuning juga dilakukan oleh Saravanan dan Manokaran (2012) dengan judul Physico-Chemical Studies and Evaluation of Diuretic Activity of Cucurbita maxima. Pengujian dilakukan dengan menggunakan hewan uji berupa tikus albino dengan berat 150-220 gram yang dibagi menjadi 4 grup. Grup perlakuan meliputi kontrol, grup obat diuretik standar acetazolamide, ekstrak labu dengan kadar 150 mg/kg berat tikus, dan ekstrak labu dengan kadar 300 mg/kg berat tikus. Hasil penelitian diketahui bahwa aksi diuretik ekstrak 150mg/kg kurang signifikan, sedangkan ekstrak 300 mg/kg berpengaruh signifikan sesuai dengan standar obat asetazolamid. a) Persamaan : Menggunakan tanaman jenis Cucurbita maxima. b) Perbedaan : Bagian yang diuji adalah pulp labu kuning, objek penelitian adalah tikus albino, pengujian dilakukan untuk melihat aktivitas diuretik, dan pengujian dibandingkan dengan kontrol menggunakan obat standar. 8

4. Penelitian mengenai labu jenis Cucurbita maxima dilakukan pula oleh Patel et al. (2013) dengan judul Evaluation of Anti-Inflammatory Activity of Cucurbita maxima Fruit. Penelitian dilakukan dengan mengekstrak buah labu menggunakan metanol (polar) dan petroleum ether (non polar). Kemudian dicari kadar polifenol serta flavonoid bahan. Objek penelitian ini adalah tikus albino yang dibagi menjadi 4 grup dan masing-masing terdiri dari 6 tikus. Penelitian dilakukan dengan membagi grup menjadi kelompok kontrol, kelompok berpenyakit yang hanya diberi karagenan sebagai penginduksi udema, kelompok standar dengan pemberian obat, serta kelompok uji dengan pemberian ekstrak labu kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak labu kuning jenis Cucurbita maxima dapat menjadi agen antiinflamasi dibuktikan dengan aksi penghambatannya terhadap edema tikus yang diinduksi oleh karegenan. a) Persamaan : Menggunakan buah labu jenis Cucurbita maxima, dan menggunakan grup kontrol terhadap grup uji. b) Perbedaan : Meneliti tentang efek antiinflamasi ekstrak labu kuning, dan pengekstrakkan menggunakan dua jenis bahan, yaitu petroleum ether dan metanol. 5. Penelitian lain dilakukan di India oleh Gurav et al. (2014) dengan judul In Vitro Qualitative And Quantitative Phytochemical Analysis of Ethanolic and 50% Ethanolic Extracts of Tinospora Coordifolia, Momordica Charantia, Cucurbita Maxima, and Raphanus Sativus. Penelitian secara kualitatif dilakukan dengan menguji keberadaan alkaloid, fenol, saponin, dan tanin pada tiga bahan uji yang masing-masing diekstrak dengan menggunakan etanol absolut dan etanol 50%. Sedangkan penelitian 9

secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung jumlah total flavonoid dan total fenol. Hasilnya diketahui bahwa beberapa senyawa dapat teridentifikasi dengan baik pada ekstraksi menggunakan etanol 50% dibandingkan dengan etanol absolut. Pada pengujian kuantitatif didapat hasil dengan nilai yang lebih tinggi pada pengekstrakkan dengan etanol 50% dibandingkan dengan etanol absolut. a) Persamaan : Menguji buah labu kuning jenis Cucurbita maxima, dengan pengekstrakkan menggunakan etanol. b) Perbedaan : Menguji fitokimia bahan uji secara kualitatif dan kuantitatif, esktraksi dilakukan dua macam konsentrasi etanol, yakni etanol absolut 100% dan etanol 50%. 10