BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru bidang studi Kimia kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENGUBAH PECAHAN. Hardini Setya Sukapti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan dan pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam menyajikan materi pelajaran dapat membantu siswa

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. pikir, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh dari hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DILENGKAPI KARTU DESTINASI

BAB I PENDAHULUAN. satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia yaitu kebudayaan yang dimiliki

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era globalisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif. Hal ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang disusun dan dilaksanakan di masing masing satuan pendidikan. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehat dan aktif, serta sikap sportif. Pendidikan jasmani merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak maksimal dimana pada tahun 2013 pembelajaran yang dilakukan dikelas XI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu bidang kajian terintegrasi dengan IPA yang diajarkan pada jenjang SMP (Sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain dan memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu guru sebagai pengajar hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi ril anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran instruksi langsung (Hartono, 2008). Peran guru dalam hal ini adalah untuk mengaktifkan siswa untuk berpartisipasi langsung dalam proses belajar mengajar sehingga siswa diberi kesempatan lebih besar untuk menuangkan gagasannya sehingga diharapkan dapat mempertinggi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Zaini, dkk (2008) mengungkapkan bahwa belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan informasi yang telah diberikan sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Berdasarkan pengamatan peneliti di SMA Swasta Nusantara Lubukpakam, terlihat bahwa pada proses belajar mengajar masih banyak guru khususnya bidang studi kimia yang masih mengajar dengan model pembelajaran instruksi langsung (Direct Instraction) sehingga proses belajar mengajar cenderung monoton. Hanya beberapa siswa yang aktif mengikuti pelajaran sedangkan siswa yang lain tidak fokus terhadap pelajaran atau hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru. Kurangnya interaksi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa pada saat

2 proses belajar mengajar mengakibatkan aktivitas siswa selama belajar menjadi rendah, sehingga banyak siswa yang memperoleh hasil belajar Kimia dibawah rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Menurut Dash (2014), Pembelajaran yang disampaikan dengan metode instruksi langsung membuat siswa bosan, tidak bersemangat di kelas, kurang aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan tidak berantusias saat berdiskusi kelompok dengan temannya. Padahal yang seharusnya dilakukan oleh pendidik adalah meningkatkan keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Dalam KTSP, kimia adalah salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum SMA. Kimia merupakan merupakan salah satu cabang sains/ipa yang berisi pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil penelitian yang dilakukan para ahli. Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari hari, namun tidak sedikit orang yang menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini disebabkan kimia erat hubungannya dengan ide ide atau konsep konsep abstrak yang membutuhkan penalaran ilmiah, sehingga belajar kimia merupakan kegiatan mental yang membutuhkan penalaran tinggi. Untuk itu, maka dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan agar kualitas pembelajaran selalu terjaga dan memperoleh hasil yang diharapkan. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2005). Menurut Tiastara (2010), bahasan materi kimia yang luas akan konsep sering menjadi kendala siswa untuk mengikuti pembelajaran kimia. Materi ini sebenarnya tidak akan menjadi kendala bagi siswa jika model pembelajaran yang digunakan oleh guru sesuai dengan karakteristik materi yang sedang diajarkan. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan pengajar untuk memecahkan masalah terkait kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain dengan memilih, membuat atau mengkombinasikan model dan media dalam proses pembelajaran. Perlunya media yang tepat untuk menggambarkan proses kejadian yang dapat dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata merupkan hal yang

3 dapat menguatkan suatu pemikiran peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga membantu siswa untuk mengurangi sifat abstrak dan syarat akan konsep dalam materi hidrolisis garam yang disampaikan. Oleh sebab itu, pemilihan media mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah aktivitas dan hasil belajar yang rendah adalah menggunakan model pembelajaran yang mampu mengkonstruksi konsep siswa dan mampu mengatasi keheterogenan siswa di kelas, misalnya menggunakan model kooperatif tipe TGT. Pada pembelajaran yang menggunakan TGT siswa akan berperan aktif dalam kelompok karena model pembelajaran TGT melibatkan siswa dalam suatu permainan yang diharapkan membuat siswa tertarik dan aktif mengikuti pelajaran. Pada pembelajaran TGT guru menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi hidrolisis garam. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sarwendah (2013), menyatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT memiliki peningkatan hasil belajar sebesar 60,8% dibandingkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI sebesar 50,3%. Dari hasil penelitian Winarto (2012) diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 84,38%. Penelitian dari Wiwit, dkk., (2012) mengatahkan bahwa pada kelas eksperimen diperoleh hasil belajar (post-test) dengan nilai rata-rata 80,25 dan pada kelas kontrol diperoleh sebesar 70,26. Untuk lebih mengoptimalkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan penggunaan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu (Djamarah dan Zain, 2010). Selain itu penggunaan media juga dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mempelajari materi yang akan diajarkan. Ada banyak media yang dapat digunakan oleh guru. Salah satunya adalah media kartu kuartet yang dapat

4 digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan yang dengan permainan. Media pembelajaran berupa set kartu kuartet berisi materi hidrolisis garam merupakan media yang dipilih oleh peneliti. Media ini dihadirkan karena konsep hidrolisis garam berupa materi konseptual yang memerlukan pemahaman dan pengulangan dalam mempelajarinya. Peneliti berharap dengan menggunakan media kartu kuartet tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pokok bahasan hidrolisis garam karena terjadi pengulangan proses pembelajaran melalui permainan yang edukatif. Adapun peningkatan pembelajaran dengan menggunakan media kartu kuartet dapat dilihat dari penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Rahmad (2013) diperoleh nilai rata-rata pra siklus hanya 60,42, meningkat pada siklus I menjadi 78,6, dan meningkat pada siklus II menjadi 83,7 dengan menggunakan media kartu kuartet. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul penelitian, yaitu : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Aktivitas dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Hidrolisis Garam yang Menggunakan Media Kartu Kuartet.

5 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran yang monoton. 2. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran kimia yang dianggap sulit dipelajari karena bersifat abstrak dan sarat dengan konsep-konsep. 3. Rendahnya hasil belajar kimia siswa. 4. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar mengajar sehingga aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menjadi rendah. 5. Penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan media kartu kuartet terhadap aktivitas belajar siswa pada pembelajaran hidrolisis garam? 2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan media kartu kuartet terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran hidrolisis garam? 3. Bagaimana korelasi antara aktivitas belajar siswa dengan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran hidrolisis garam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan media kartu kuartet?

6 1.4. Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan waktu, maka peneliti perlu membuat batasan masalah penelitian yaitu: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMA Nusantara Lubukpakam Tahun ajaran 2014/2015 2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Hidrolisis Garam. 3. Model pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Direct Instruction untuk kelas kontrol. 4. Media yang digunakan adalah kartu kuartet. 5. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. 6. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh secara individu yaitu dari pre-test dan post-test. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan media kartu kuartet terhadap aktivitas belajar siswa pada pembelajaran hidrolisis garam. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan media kartu kuartet terhadap aktivitas belajar siswa pada pembelajaran hidrolisis garam. 3. Untuk mengetahui korelasi antara aktivitas belajar siswa dengan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran hidrolisis garam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan media kartu kuartet. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman dalam meningkatkan kompetensi saya sebagai calon guru dan selanjutnya sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

7 2. Bagi guru kimia, hasil penelitian akan memberikan masukan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan penggunaan media kartu kuartet pada pokok bahasan Hidrolisis Garam. 3. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar, dan belajar lebih bermakna melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Gamse Tournamen) dan media kartu kuartet. 4. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan kondisi pembelajaran kimia kelas XI IPA di SMA Swasta Nusantara Lubukpakam. 1.7. Defenisi Operasional 1. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil, yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (Slavin,2005). 2. Model pembelajaran instruksi langsung adalah sebuah model pembelajaran menggunakan pendekatan berpusat pada guru yang digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan secara langsung dan bertujuan untuk penguasaan pengetahuan dan keterampilan (Achmad,2009). 3. Model Pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Slavin,2005). 4. Kartu kuartet adalah sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar yang dari kartu tersebut tertera keterangan berupa tulisan yang menerangkan gambar tersebut. Model kartu kuartet yang digunakan adalah modifikasi dari bentuk kartu kuartet pada umumnya. Pembuatan kartu dilakukan dengan cara mengelompokkan kategori materi yang sejenis mencakup semua aspek materi dalam kompetensi dasar (Suryani,2011).