5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

dokumen-dokumen yang mirip
6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

4. METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Kualitas Attachment dengan Ibu dan Motivasi Berprestasi pada Santri Pondok Modern Tingkat Pertama di Kota-Kabupaten Tasikmalaya

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 5. Produser : Putut Widjanarko, Avesina Soebil, Nadjmi Zen. 6. Penulis Naskah : Oka Aurora dan Ahmad Al Habsyi

BAB III TEMUAN PENELITIAN

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. dari keluarga serta perhatian orang tua yang akan dibutuhkan anak ketika di dalam

Identifikasi Masalah Siswa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

I. PENDAHULUAN. Prestasi sangat penting dimiliki oleh seseorang dan menjadi harapan dari

4. HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

Bab 4 ANALISIS DATA. untuk menunjukkan data-data yang sifatnya deskriptif yang berkenaan dengan

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

keyakinanku adalah Kristen. Aku berasal dari suatu kota yang bernama kota Purbalingga dan lahir pada 22 November Hobby aku sebenarnya ada tiga,

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Normalitas Sebaran Hasil Penelitian Utama. Uji Linearitas Hasil Penelitian Utama

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 28 Mei 2014 di SDIT

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Pembentukan Jiwa Kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB IV ANALISIS KORELASI ANTARA PEMBERIAN INSENTIF DENGAN KINERJA GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

Kring...kring...kring...pukul menunjukkan waktu 05:45 WIB.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Febi Rosalia Indah, 2014

Petunjuk Pengisian ( ) SS TS STS

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas III Madrasah

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

Oleh: Windra Yuniarsih

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

LAMPIRAN-LAMPIRAN. a. Menurut bapak, seperti apa kecerdasan emosi dan spiritual?

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MOTIVASI SISWA MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA MADRASAH TSANAWIYAH DARUL AMANAH KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT

VALIDITAS. Item Koefisien Korelasi. Item Koefisien Korelasi. Keterangan : Item diterima : 48 Item direvisi : - Item dibuang : -

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT.

KATA PENGANTAR. Saya Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini, sebanyak 232 responden dari penelitian ini terdiri dari laki-laki 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

GAYA KELEKATAN ( ATTACHMENT STYLE

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Daftar Pertanyaan untuk Responden. Respon Keluarga Terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN DAN PARTISIPAN. Kepada YTH: Bapak / Ibu Pasien Klinik Kitamura Pontianak Di Tempat

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Transkripsi:

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini, akan disampaikan gambaran umum partisipan, hasil dan analisis utama, hasil dan analisis tambahan, serta hasil wawancara. 5.1. Gambaran Umum Responden Partisipan dalam penelitian ini adalah 131 orang santri Pondok Modern tingkat pertama di Kota Tasikmalaya yang berusia 12 hingga 14 tahun. Berikut gambaran umum partisipan dalam penelitian ini: 5.1.1. Jenis Kelamin Tabel 5.1. Gambaran Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 64 48,85% Perempuan 67 51,15% Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa persebaran partisipan dapat dikatakan merata dari segi jenis kelamin. Berdasrkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa partisipan dalam penelitian ini cukup menggambarkan populasi. Hal tersebut dikarenakan perbandingan jumlah santri laki-laki dan perempuan pada santri Pondok Modern tingkat pertama dalam populasi cenderung sama. Pondok Modern di Kota-Kabupaten Tasikamalaya biasanya menerima santri baru dengan jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan. 5.1.2. Pondok Modern Tempat Partisipan Belajar Tabel 5.2. Gambaran Pondok Modern Tempat Partisipan Belajar Pondok Modern Frekuensi Persentase Al Furqon 60 45,8% Amanah 71 54,2% Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa 45, 8% partispan berasal dari Pondok Pesantren Al-Furqon dan 54,2% partisipan berasal dari Pondok pesantren Amanah. Data ini akan digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan dari kedua variabel yang diteliti antara santri Pondok Pesantren Al-Furqon dan 60

61 Amanah, mengingat adanya perbedaan antara keduanya dalam hal jumlah mata pelajaran dan perizinan pulang. 5.1.3. Asal Daerah Sebagian besar santri yang juga merupakan partispan dari penelitian ini, berasal dari wilayah Kota-Kabupaten Tasikmalaya sendiri. Hal tersebut menunjukan bahwa pada sebagian besar partisipan, jarak antara mereka dengan ibu tidak terlampau jauh. Beberapa santrilainnya berasal dari berbagai kota, baik yang ada di dalam atau di luar Provinsi Jawa Barat bahkan ada pula santri yang berasal dari luar Pulai Jawa. Secara jelas, gambaran asal daerah partisipan ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 5.3. Gambaran Asal Daerah Asal Daerah Frekuensi Persentase Kota-Kabupaten 86 65,65% Tasikmalaya Jawa Barat 35 26,72% Pulau Jawa 8 6,10% Luar Jawa 2 1,53% 5.1.4. Latar Belakang Sekolah Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, para santri yang diterima di Pondok Modern adalah siswa yang telah lulus dari pendidikan dasar. Dari 131 partisipan dalam penelitian ini, hanya 11 santri yang juga tinggal di Pondok Pesantren saat menjalani pendidikan dasar. Sedangkan, santri-santri lain merupakan alumni dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang dikelompokan dalam sekolah non-pesantren. Dengan demikian, bagi sebagian besar partisipan tinggal di Pondok Modern merupakan pengalaman pertama tinggal terpisah denagn orang tua. Tabel 5.4. Gambaran Asal Sekolah Asal Sekolah Frekuensi Persentase Pesantren 11 8,40% Non-pesantren 117 89,31% Tidak menjawab 3 2,29%

62 5.1.5. Figur Attachment Utama Sebanyak 70, 23% partispan dalam penelitian ini mempersepsikan ibu sebagai figur attachment utamanya, sedang yang lain lebih melihat ayah, nenek, kakek, ataupun saudara kandung sebagai figur attachment utama. Terdapat dua orang partisipan yang lebih mempersepsikan kakak kelas sebagai figur attachment utama mereka, seperti yang diperlihatkan dalam tabel berikut: Tabel 5.5. Gambaran Figur Attachment Utama Figur Attachment Utama Frekuensi Persentase Ibu 92 70,23% Ayah 24 18,32% Nenek 9 6,87% Kakek 3 2,29% Kakak/adik 2 1,53% Kakak kelas 1 0,76% 5.1.6. Saudara Kandung Hampir seluruh partisipan dalam penelitian ini memiliki saudara (96,94%), dan hanya dua orang partisipan yang mengaku sebagai anak tunggal. Maka, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh partisipan memiliki lebih dari satu latar belakang hubungan attachment, selain dari hubungan attachment dengan figur attachmnet utamanya. Tabel 5.6. Gambaran Saudara Kandung Anak di keluarga Frekuensi Persentase Tunggal 2 1,53% Bersaudara 127 96,94% Tidak menjawab 2 1,53% 5.1.7. Alasan Masuk Pondok Modern Tabel 5.7. Gambaran Alasan Masuk Pondok Modern Yang menginginkan masuk Frekuensi Persentase pondok Diri sendiri 86 65,65% Orang tua 44 33,59% Tidak menjawab 1 0,76% Seperti yang ditampilkan dalam tabel, diketahui bahwa sebagian besar partisipan masuk ke Pondok Modern denagn keinginan sendiri. Hal tersebut

63 menunjukan bahwa sebagai besar dari partisipan telah menyaiapkan diri untuk tinggal jauh dari ibu. 5.1.8. Perasaan Betah atau Tidak Betah Tinggal di Pondok Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sebagian besar partisipan merasa betah tinggal di Pondok. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagain besar partisipan tidak terlalu merasa terganggu atas perpisahannya dengan ibu. Tabel 5.8. Gambaran Perasaan Betah atau Tidak Betah Tinggal di Pondok Perasaan di Pondok Frekuensi Persentase Betah 80 61,07% Tidak betah 49 37,40% Tidak menjawab 2 1,53% 5.2. Hasil dan Analisis Utama Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran motivasi berprestasi dan kualitas attachment dengan ibu, dan uji korelasi antara motivasi berprestasi dan kualitas attachment dengan ibu pada santri Pondok Modern tingkat pertama di Kota-Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini. 5.2.1. Gambaran Kualitas Attachment dengan Ibu Berdasarkan perhitungan statistik yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13, diketahui bahwa skor yang diperoleh partipan berkisar dari mulai 1,81 sampai dengan 3,81 dengan median 2,94 dan skor rata-rata kelompok 2,88. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti membagi partisipan berdasarkan perolehan skornya ke dalam 3 kelompok. Berikut gambaran persebaran skor tersebut ditampilkan dalam tabel: Tabel 5.9. Distribusi Skor Rata-rata Kualitas Attachment dengan Ibu Skor Rata-rata Jumlah Partisipan Persentase Kelompok 3,1 4,0 47 35,88% Tinggi (Secure) 2,1 3, 0 83 63,36% Sedang (Secure) 1,0 2,0 1 0,76% Rendah (Insecure)

64 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar partisipan memperoleh skor kualitas attachment dengan ibu yang sedang, yaitu sebanyak 63,36%. Selain itu, berdasrkan norma yang telah ditetapkan oleh Kerns, Klepac, dan Cole (1996) untuk security scale, dapat kita ketahui bahwa hampir seluruh partisipan tergolong memiliki hubungan attachment yang secure dengan ibu, dan hanya satu orang partisipan yang memiliki insecure attachment dengan ibu. 5.2.2. Gambaran Motivasi Berprestasi Berdasarkan perhitungan statistik yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13, diketahui bahwa skor yang diperoleh partipan berkisar dari mulai 2,57 hingga 5,19 dengan median 4,14 dan skor rata-rata kelompok 4,13. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti membagi partisipan berdasarkan perolehan skornya ke dalam 5 kelompok. Berikut gambaran persebaran skor tersebut ditampilkan dalam tabel: Tabel 5.10. Distribusi Skor Rata-rata Motivasi Berprestasi Skor Rata-rata Jumlah Partisipan Persentase Kelompok 5,1 6,0 3 2,3% Tinggi 4,1 5,0 77 58,77% Cukup Tinggi 3,1 4,0 49 37,4% Sedang 2,1 3,0 2 1,53% Cukup Rendah 1,0 2,0 0 0% Rendah Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar partisipan memperoleh skor motivasi berprestasi yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 58,77%. Selain itu, jumlah partispan yang memperoleh skor motivasi berprestasi sedang juga cukup signifikan yaitu sebesar 37, 4%. 5.2.3 Uji Korelasi antara Kualitas Attachment dengan Ibu dan motivasi berprestasi Berdasarkan hasil perhitungan melalui SPSS 13, diketahui angka koefisien person correlation untuk kualitas attachment dengan ibu motivasi berprestasi dan adalah 0, 194 dengan p = 0.013. Hal tersebut menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara kualitas attachment dengan ibu motivasi berprestasi.

65 Adanya korelasi positif yang signifikan antara kualitas attachment dengan ibu dan motivasi berprestasi menunjukan bahwa semakin tinggi skor kualitas attachment dengan ibu yang diperoleh partisipan, maka semakin tinggi pula skor motivasi berprestasi yang diperoleh partisipan tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi kualitas attachment seseorang dengan ibu (semakin secure), maka semakin tinggi pula motivasi berprestasinya. Sebaliknya, semakin rendah kualitas attachment seseorang dengan ibu (semakin insecure) maka semakin rendah pula motivasi berprestasinya. Dengan diperolehnya koefisien korelasi positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kualitas attachment dengan ibu pada santri Pondok Modern tingkat pertama di Kota-Kabupaten Tasikmalaya, maka Ha (Hipotesis Alternatif) dalam penelitian ini diterima dan Ho (Hipotesis nol) ditolak. 5.3. Hasil dan Analisis Tambahan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai beberapa perhitungan lain untuk mendapatkan informasi-informasi tambahan yang dapat memperkaya hasil penelitian. 5.3.1. Perbandingan Skor Kualitas Attachment dengan Ibu antara Santri Pondok Pesantren Al-Furqon dan Santri Pondok Pesantren Amanah Analisis ini dilakukan mengingat adanya perbedaan antara Pondok Pesantren Al-Furqon dan Amanah dalam hal perizinan pulang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap salah seorang partisipan diketahui bahwa di Pondok Pesantren Amanah para santri diizinkan untuk pulan satu kali dalam dua minggu, sedangkan di Pondok Pesantren Al-Furqon para santri hanya diizinkna pulang apabila disertai dengan alasan yang dapa diterima oleh pembina di Pondok (Fauzi, 2008). Tentunya, perbedaan tersebut akan berpengaruh pada besarnya kemungkinan santri untuk bertemu dengan ibunya. Berdasarkan hasil perhitungan uji t pada l.o.s. 0.05 melalui SPSS 13 diketahui terdapat perbedaan jumlah izin pulang yang signifikan antara santri Pondok Pesantren Al-Furqon dan santri Pondok Pesantren Amanah dengan nilai t -4,389.

66 Skor nilai rata-rata kualitas attachment dengan ibu pada santri Pondok Pesantren Amanah (2,9164) lebih tinggi dari pada santri Pondok Pesantren Al- Furqon (2,8469). Namun, hasil uji t menunjukan t skor -1,043 dengan p = 0,299. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas attachment dengan ibu di antara kedua kelompok tersebut. 5.3.2. Perbandingan Skor Motivasi Berprestasi antara Santri Pondok Pesantren Al- Furqon dan Santri Pondok Pesantren Amanah Analisis ini dilakukan mengingat adanya perbedaan antara Pondok Pesantren Al-Furqon dan Amanah dalam hal jumlah mata pelajaran. Pondok pesantren Al-Furqon menyelenggarakan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) di luar pendidikan Pondok, sedangkan Pondok Pesantren Amanah menyelenggarakan pendidikan SLTP dan SMA. Hal tersebut menjadikan jumlah mata pelajaran yang dipelajari oleh para santri di Pondok Pesantren Al-Furqon lebih banyak dari pada yang dipelajari oleh para santri di Pondok Pesantren Amanah. Banyaknya jumlah mata pelajaran diasumsikan sebagai hal yang dapat meningkatkan persepsi tentang banyaknya usaha yang harus dilakukan oleh partisipan untuk dapat sukses di Pondok. Latta (1974, dalam Zenzen, 2002) menyatakan bahwa besarnya usaha yang dipersepsikan diperlukan untuk sukses dalam suatu tugas dapat mempengarahi harapan atas kesuksesan yang kemudian berpenagruh terhadap motivasi berprestasi. Skor nilai rata-rata motivasi berprestasi pada santri Pondok Pesantren Amanah (4,2163) lebih tinggi dari pada santri Pondok Pesantren Al-Furqon (4,0230). Hasil uji t menunjukan t skor -2,640 dengan p = 0,009. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi berprestasi di antara kedua kelompok tersebut. 5.3.3. Perbandingan Skor Kualitas Attachment dengan Ibu antara Santri yang Merasa Betah dan Santri yang Merasa Tidak Betah Tinggal di Pondok Modern Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang Pembina, diketahui bahwa permasalahan utama pada santri Pondok Modern tingkat pertama adalah tidak betah (Fauzi, 2008). Santri merasa tidak betah karena merasa rindu

67 dengan orang tua. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pada beberapa santri yang mnerasa tidak betah kelekatan fisik denga figur attachment masih menjadi hal yang penting. Padahal, menurut Hetherington dan Parke (1993) menyatakan bahwa seiring dengan perkembangan anak, kelekatan fisik antara anak dan figur attachmet menjadi hal yang tidak terlalu penting. Bowlby (1987, dalam Ainsworth, 1990, dalam Kerns, Klepac, dan Cole, 1996) hal yang menjadi penting adalah ketersediaan figure attachment. Selain itu, Bowlby (1973;1979, dalam Kerns, Klepac, dan Cole, 1996), juga menyatakan bahwa anak yang memiliki hubungan secure attachment percaya terhadap responsivitas dan ketersediaan dari figur attachment-nya. Peneliti mengasumsikan bahwa para santri yang merasa tidak betah tidak memiliki kepercayaan yang cukup mengenai ketersediaan ibunya. Skor nilai rata-rata kualitas attachment dengan ibu pada santri yang merasa betah (2,9031) lebih tinggi dari pada santri yang merasa tidak betah (2,8469). Namun, hasil uji t menunjukan t skor 0,820 dengan p = 0,414. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas attachment dengan ibu di antara kedua kelompok tersebut. 5.3.4. Perbandingan Skor Motivasi Berprestasi antara Santri yang Merasa Betah dan Santri yang Merasa Tidak Betah Tinggal di Pondok Modern Berdasarkan wawancara yang ddengan salah seorang Pembina, juga diketahui bahwa permasalahan tidak betah pada para santri menajdikan mereka sering pulang dan menjadi tidak terlalu fokus aktivitas belajar di Pondok (Fauzi, 2008). Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan besarnya fokus yang diberikan oleh santri yang betah dan santri yang merasa tidak betah tinggal di Pondok. Peneliti mengasumsikan bahwa perbedaan fokus yang diberikan pada aktivitas belajar di Pondok berhubungan dengan skor motivasi berprestasi. Skor nilai rata-rata motivasi berprestasi pada santri yang merasa betah (4,2051) lebih tinggi dari pada santri Pondok Pesantren Al-Furqon (4,0126). Hasil uji t menunjukan t skor 2,524 dengan p = 0,013. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi berprestasi di antara kedua kelompok tersebut.

68 5.3.5. Alasan dari Perasaan Betah dan Tidak Betah dari Santri Pondok Modern Tingkat Pertama Berdasarkan data kontrol yang diisi oleh partisipan, diketahui bahwa alasan dari perasaan betah pada santri yang merasa betah tinggal di Pondok, secara berturut-turut dijelaskan dalam tebel sebagai berikut: Tabel 5.11 Frekuensi Kemunculan Alasan dari Perasaan Betah Santri Tinggal di Pondok Modern No Alasan Frekuensi 1 Banyak teman 33 2 Banyak dapat pengalaman baru dan belajar untk dapat lebih mandiri 23 3 Menyukai aktivitas dan kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok 14 4 Menyukai suasana Pondok yang nyaman dan kondusif untuk belajar (baik ilmu agama ataupun ilmu umum) 5 5 Ingin membahagiakan orang tua 3 6 Keinginan sendiri untuk masuk Pondok 2 7 Tidak merasa betah tinggal di rumah 2 8 Merasa nyaman 1 9 Menganggap tinggal dan belajar di Pondok sebagai jihad 1 10 Sudah terbiasa karena telah hampir satu tahun tinggal di Pondok 1 Sedangkan alasan dari perasaan tidak betah pada santri-santri yang merasa tidak betah secara berturut-turut dijelaskan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.12 Frekuensi Kemunculan Alasan dari Perasaan Tidak Betah Santri Tinggal di Pondok Modern No Alasan Frekuensi 1 Kangen dengan orang tua, keluarga, dan suasana rumah 20 2 Menemukan banyak masalah 14 3 Keberadaan teman-teman atau pembina yang dirasa kurang cocok 9 4 Tidak bebas, karena banyak peraturan 8 5 Menemukan masalah dalam hal manajemen waktu dan keuangan 4 6 Merasa lelah dengan aktivitas Pondok yang padat 3 7 Masuk Pondok tidak dengan keinginan sendiri 2 8 Ingin merasakan bersekolah di luar Pondok 1 9 Sering melanggar peraturan 1 10 Tidak ada yang memperhatikan seperiti di rumah 1 11 Belum terbiasa 1 5.4. Hasil Wawancara 5.4.1. Partisipan 1 Partisipan 1 memperoleh skor yang tinggi (3,81) untuk kualitas attachment dengan ibu skor yang cukup tinggi dan berada di atas skor rata-rata kelompok (4,33) untuk motivasi berprestasi. Partisipan 1 mengaku sangat dekat dengan

69 ibunya, ia merasa ibunya seperti sahabat sendiri. Menurutnya, ibu bisa diajak curhat dan selalu memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, partisipan 1 juga menyatakan bahwa ibunya tahu mana teman yang baik untuknya dan mana yang tidak. Partisipan 1 masih mengingat bagaimana ibunya dulu sangat gesit saat menolongnya ketika ia jatuh dari tangga hingga kepalanya bocor. Saat itu, partisipan 1 masih berusia 5 tahun, namun ia masih ingat saat ibunya meminta ia untuk menggigit ibunya karena ingin ikut merasakan sakit yang diderita oleh partisipan 1. Sejak tinggal di Pondok, ibu dari partisipan 1 rutin mengunjunginya di Pondok. Pernah suatu waktu ibunya tidak menjenguknya dalam kurun waktu yang cukup lama, partisipan 1 pun sempat marah dan bertanya pada ibunya apakah ia sudah tidak sayang lagi pada partisipan 1. Saat itu, ibu dari partisipan 1 langsung menjelaskan bahwa ia tidak bisa menjenguk karena kakek dari partisipan 1 sedang sakit, ia pun meminta maaf pada partisipan1. Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, partisipan 1 mau mengerti dan tidak marah lagi. Selain ibunya yang mengunjungi partisipan di Pondok, partisipan 1 juga sering menelepon dan pulang ke rumah setiap dua minggu sekali untuk mengatasi perasaan rindunya pada ibu. Partisipan 1 mengaku kurang dekat dengan ayah, ayahnya sering ditugaskan ke luar kota sehingga partisipan 1 jarang menghabiskan waktu bersamanya. Namun, hal tersebut tidak terlalu mengganggu karena ibu telah sangat ada untuknya. Ia pun merasa senang karena ayahnya juga selalu berkunjung ke Pondok saat sedang ada di rumah. Partisipan 1 merasa tidak betah di Pondok, ia merasa di Pondok tidak ada teman yang seperti ibunya, yang selalu ada dan saiap membantunya. Selain itu ia juga sering merasa tidak betah saat sedang bermusuhan dengan teman. Walaupun hanya merasa sering bermasalah dengan 1 orang teman, tapi partisipan 1 merasa tidak nyaman karena ia tidak mau punya musuh. Mengenai prestasi di Pondok, partisipan 1 mengaku kurang puas dengan prestasinya pada semester lalu. Tapi, ia merasa bahwa pada semester ini ia telah mengalami peningkatan. Ia ingin berprestasi di Pondok karena ingin negbanggain ibu, ia merasa selama ini belum pernah ngebanggain ibu. Ia ingin ngebanggain ibu karena Alloh SWT, untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Partispan 1

70 merasa tidak hanya itu alasannya untuk berprestasi, karena di Pondok ioa merasa tidak ada yang dapat memotivasinya. 5.4.2. Partisipan 2 Partisipan 2 memperoleh skor yang tinggi (3,75) untuk kualitas attachment dengan ibu dan skor yang cukup tinggi dan berada di atas skor rata-rata kelompok (4,45) untuk motivasi berprestasi. Sama halnya dengan partisipan 1, partisipan 2 merasa sangat dekat dengan ibunya. Ia merasa ibunya selalu memahaminya, dari mulai makanan apa yang ia sukai sampai dengan kapan partisipan merasa takut dan tidak. Berbeda dengan partisipan 1 yang tetap sering bertemu dengan ibu, partisipan 2 hanya sesekali dijenguk, ia pun hanya pulang pada saat liburan semester. Hal tersebut dikarenakan jauhnya jarak rumah dan Pondok yang berada pada provinsi yang berbeda. Partisipan 2 juga masih ingat saat ibunya dengan sabar merawatnya saat ia terlukan karena terbentur pintu ketikan dimandikan. Partisipan 2 menolak untuk dijahit, ibunya pun tidak memaksanya untuk itu. Sebaliknya, ibunya dengan sabar merawat luka tersebut hingga kering dan sembuh. Walaupun mengaku sangat dekat dengan orang tua, partisipan 2 memilih untuk tidak menceritakan mengenai perasaan betahnya di Pondok, ia takut ibunya khawatir. Di Pondok ia telah memiliki beberapa teman, dan ia kini lebih memilih untuk ercerita pada teman-teman. Menurutnya, bermain dengan teman-teman dapat mengalihkan perhatiannya saat merasa kangen dengan orang tua. Selain itu, ia juga merasa bahwa teman-teman di Pondok lebih memotivasinya untuk terus berprestasi dari pada orang tua di rumah. 5.4.3. Partisipan 3 Partisipan 3 memperoleh skor yang sedang (2,06) untuk kualitas attachment dengan ibu dan skor yang cukup tinggi dan berada di atas skor ratarata kelompok (4,45) untuk motivasi berprestasi. Partisipan 3 mengaku ingin berprestasi di Pondok karena ingin memuaskan mewujudkan cita-cita orang tua, selain itu hal tersebut juga dilakukannya untuk menjaga nama baik diri sendiri. Ia mengaku, tahu apa yang diharapkan orang tua atasnya dari do a-do a yang sering

71 diucapkan untuknya saat ia pulang ke rumah. Partisipan 3 mengaku tidak terlalu dekat denga ibunya, ia tidak mau banyak bercerita pada ibunya tkarena takut memberatkan. Menurutnya, ibu partisipan 3 sudah cukup lelah dengan kesibukannay bekerja, kasihan kalau masih diceritain juga. Selain itu, ibunya juga sakit dan sering mengorbankan diri untuk anak-anaknya. Tapi, partispan 3 juga mengaku bahwa ibunya pemarah. Ia masih ingat ketika ibunya marah berhari-hari padanya karena rankingnya sempat turun saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dan ia mengaku sakit hati karenanya. Karena ibunya bekerja, dari kecil partisipan 3 sering dititipkan di rumah nenek. Bahkan, seringkali ia baru di jemput pada malam hari. Hal tersebut jugalah yang menjadikan partisipan 3 lebih dekat nenek. Menurutnya, nenek bisa menjaga rahasia, jadi ia tidak sungkan untuk bercerita pada nenek. Saat ini, ia mengaku betah tinggal di Pondok. Hal tersebut dikarenakan ia justru merasa tidak betah di rumah dan telah mengenal sifat dari teman-teman di Pondok. Ia mengaku kalau di rumahnya banyak masalah. Saat ini, prestasinya tidak terlalu bagus di Pondok. Tapi, orang tuanya tidak lagi memarahinya karenanya. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan ia telah menjadi anak baik dengan merasa betah di Pondok. Saat ini, orang yang berpengaruh untuk memotivasinya untuk dapat terus berprestasi adalah dirinya sendiri, karena ia ingin mewujudkan cita-cita orang tua dan menjaga nama baiknya. Ia juga mengaku lebih antusias untuk belajar dibandingkan teman-teman yang dekat dengannya. 5.4.4. Partisipan 4 Partisipan 4 memperoleh skor yang sedang (2,375) untuk kualitas attachment dengan ibu dan skor yang sedang dan berada di bawah skor rata-rata kelompok (3,5) untuk motivasi berprestasi. Partisipan 4 tidak terlalu suka belajar, terutama saat menemukan materi yang sulit. Ia lebih suka menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan teman-teman atau melakukan hobi olahraga. Ia juga merasa tidak bermasalah dengan nilainya pada semester lalu yang menurutnya kurang baik. Tapi, walau demikian partisipan

72 4 tetap ingin memperbaiki prestasinya di Pondok. Hal tersebut dikarenakan partisipan 4 ingin memuaskan orang tua. Mengenai kehidupannya di Pondok, ia mengaku telah cukup merasa betah. Ia dekat dengan dua orang teman yang tinggal satu kamar dengannya. Ia juga mengaku nyaman bercerita kepada mereka. 5.4.5. Partisipan 5 Partisipan 5 memperoleh skor yang tinggi (3,31) untuk kualitas attachment dengan ibu dan skor yang sedang dan berada di bawah skor rata-rata kelompok (3,57) untuk motivasi berprestasi. Partisipan 5 mengaku sudah merasa lebih betah karena mulai dekat dengan kakak-kakak kelas. Selain itu, di Pondok ia merasa lebih mandiri. Namun, waalu demikian partisipan 5 mengaku tetap suka kanegn sama ayah. Partisipan 5 merasa lebih dekat dengan ayah karena ayah selalu memberinya hadiah. Ia mengaku kalau orang tuanya (terlebih ayah) tidak pernah menolak permintaannya. Karena itulah partisipan 5 sanagt senang belajar karena ingin membahagiakan mereka. Menurutnya, hingga saat ini ayahlah yang paling dapat menyemangatinya belajar dengan cara menyuruh belajar. 5.4.6. Gambaran Umum Hasil Wawancara Tiga orang partisipan yang mempeoroleh skor motivasi berprestasi di atas rata-rata mengaku hal yang paling membuatnya ingin berprestasi adalah karena ingin membahagiakan orang tua. Selain itu, berdasrkan cerita tentang masa kecil orang tua denga ibu, peneliti menyimpulkan adanya stabilitas dari kualitas attachment dengan ibu pada ketiga partisipan tersebut. Dua orang partisipan lainnya yang memperoleh skor motivasi berprestasi di bawah rata-rata juga mengaku ingin berprestasi karena ingin memabahagiakan orang tua (partisipan 5) dan memuaskan mereka (partisipan 4). Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa hal yang menyebabkan rendahnya skor motivasi berprestasi pada partispan 4 adalah ketertarikannya yang lebih besar untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman. Sedangkan pada partisipan 5, hal tersebut dikarenakan orang tuanya yang selalu mengabulkan setiap permintaan partisipan 5.