BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari pihak internal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kita perlu memiliki pengetahuan tentang Nilai Perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjadi harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan publik persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang

BAB I. kemakmuran. Dalam hal ini kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dan menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen (dividend

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BABl PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan tentang pembagian

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan. Dalam perusahaan sering kita dengar istilah principle dan agency.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkembang. Salah satu cara untuk bisa bertahan adalah bahwa perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. (principle) bisa mempercayakan dananya kepada profesional (managerial)

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Pertanian di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Brigham Gapensi menyatakan bahwa, tujuan utama. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Teori struktur modal menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. offline hingga bisnis online. Dalam perkembangan bisnis offline Indonesia bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ini adalah laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan operasional yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharapkan return investasi dalam bentuk dividen dan atau capital gains.

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tinggi kepada para pemengang saham. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber daya dasar (input), yang digabung lalu diproses untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. mengelolah dan menjalankan perusahaannya. Seorang manajer harus berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari eksternal. Kebijakan hutang ini dilakukan untuk menambah dana

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatkan keunggulan produk yang dimiliki perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Kebutuhan dana perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (modal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (investor), yaitu capital gain dan dividend. Kebijakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajer diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola, menjalankan perusahaan dan mengatasi berbagai hambatan untuk dapat mencapai tujuan. Dalam mengelola perusahaan manajer membutuhkan dana untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Salah satu cara untuk memperoleh dana adalah dengan cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham, sedangkan manajer perusahaan bisa saja tidak bertindak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Masalah inilah yang akan muncul dan disebut masalah keagenan (agency problem). Masalah ketidak percayaan pemegang saham terhadap manajer perusahaan. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, maka pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain: pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan, serta opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham (Syahyunan, 2012 : 142). 1

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu : pertama, dengan cara meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Kedua, mekanisme pengawasan dalam perusahaan. Ketiga, dengan meningkatkan dividend payout ratio. Dan keempat, dengan meningkatkan pendanaan dengan hutang (Wahidahwati, 2001). Peningkatan hutang akan menurunkan konflik keagenan yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen. Pada dasarnya akan sangat ideal apabila perusahaan dapat menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan untuk melakukan investasi, namun banyak perusahaan yang melakukan investasi dengan membutuhkan dana yang jumlahnya besar maka pendanaan di dalam perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai investasi tersebut. Dengan demikian perusahaan harus mencari sumber dana dari luar perusahaan untuk dapat digunakan dalam menambah aktiva yang di perlukan dalam rangka mewujudkan pencapaian suatu target laba bersih yang besar. Keputusan dalam menentukan pendanaan diluar perusahaan termasuk dalam keputusan kebijakan hutang. Kewajiban tersebut harus dibayarkan kembali pada waktu tertentu disertai dengan sejumlah bunga yang ditetapkan sendiri oleh pihak kreditur. Besar kecilnya hutang yang akan digunakan untuk mendanai perusahaan diputuskan oleh pihak manajer melalui kebijakan hutang. Kebijakan hutang merupakan cara bagaimana perusahaan memanfaatkan fasilitas pendanaan dari luar (hutang) agar jumlah penggunaanya dapat meminimalisir besarnya risiko yang harus di tanggung perusahaan (Gusti, 2013). Kebijakan hutang dapat diputuskan dengan mempertimbangkan beberapa hal, 2

diantaranya seperti kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen. Kebijakan pendanaan dengan meminjam modal kepada kreditor (hutang) dianggap lebih menguntungkan bagi perusahaan karena kreditor tidak akan mengganggu hak kepemilikan perusahaan dan pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan juga lebih cenderung memilih untuk menerbitkan hutang daripada menerbitkan saham baru dengan alasan jika menerbitkan saham baru, maka pemegang saham lama akan merasa bahwa dengan adanya penerbitan saham baru yang dilakukan oleh perusahaan akan mengurangi hak pemegang saham lama dan mereka harus membagi hak dengan pemegang saham baru. Pihak perusahaan harus mengelola hutang dengan hati-hati karena semakin tinggi level hutang suatu perusahaan maka akan semakin tinggi resiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan perkebunan dipilih sebagai subyek dari penelitian ini karena keberadaan perusahaan perkebunan diperlukan dalam perekonomian Indonesia. Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi perkebunan di Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat. Devisa yang dihasilkan dari ekspor produk kelapa sawit tahun 2014, mencapai US$ 19,56 miliar atau setara dengan Rp 250 triliun. Salah satu hasil olahan kelapa sawit adalah minyak sawit mentah atau Crude plam Oil (CPO). Data Kementerian Pertanian (Kemtan) mengungkapkan luas areal perkebunan kelapa sawit hingga tahun 2015, sebesar 11,3 juta hektar. Itu baru 48,6 persen potensi lahan yang bisa dimanfaatkan, yaitu 23,25 juta hektar. 3

Kemudian, dari areal seluas 11,3 juta hektar tersebut, mampu dihasilkan 31 juta ton Crude Palm Oil (CPO). Investasi pada perusahaan perkebunan terus mengalami peningkatan dan perusahaan membutuhkan dana yang besar baik untuk tanaman (biological assets) maupun aset non tanaman. Oleh karena itu manajemen perusahaan perkebunan dituntut untuk melakukan keputusan pendanaan yang salah satunya ditunjukkan melalui penggunaan hutang. Tabel 1.1 Total Hutang Beberapa Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 (dalam Jutaan Rupiah) Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 PT. BW PLANTATION 1.525.905 2.163.128 3.246.802 4.789.012 9.433.149 Tbk PT. SAMPOERNA 716.581 911.515 1.470.791 1.814.018 2.449.533 AGRO Tbk PT. SALIM IVOMAS 11.324.638 10.339.209 10.482.468 11.957.032 14.189.000 PRATAMA Tbk PT. SINAR MAS AGRO RESOURCES AND 6.499.996 7.386.347 7.308.000 11.896.213 13.346.851 TECHNOLOGY Tbk PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS 9.954.999 9.644.732 11.068.929 13.148.137 13.287.430 Tbk Sumber: idx.co.id Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penggunaan hutang pada kelima perusahaan perkebunan cendrung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini mengindikasikan bahwa penggunaan hutang merupakan alternatif yang dipilih perusahaan untuk mencari sumber pendanaan. 4

Adanya kepemilikan manajerial (managerial ownership) dapat mempengaruhi kebijakan suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham dimana pihak manajemen perusahaan memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain pihak manajemen perusahaan tersebut sekaligus sebagai pemegang saham pada perusahaan tersebut. Dengan adanya kepemilikan manajerial, pihak manajer perusahaan akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam kebijakan pendanaan perusahaan karena manajer akan menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya. Penelitian mengenai pengaruh hubungan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang perusahaan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti dan menemukan hasil penelitian yang berbeda. Dalam penelitian Faisal (2004) dan Siswandi (2011) menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan berbeda dengan hasil penelitian Pithaloka (2009) dan penelitian Damayanti (2006) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Ukuran perusahaan (size) juga diperkirakan dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan pada perusahaan. Perusahaan yang semakin besar akan lebih banyak membutuhkan modal untuk menjalankan operasinya dan ketika dana yang berasal dari internal perusahaan tidak mencukupi kebutuhan perusahaan sehingga memerlukan tambahan modal yang bersumber dari eksternal perusahaan yaitu dengan meminjam modal kepada kreditor atau menerbitkan saham. Kutipan Pithaloka (2009) dengan pendekatan Pecking Order Theory menyatakan bahwa 5

perusahaan lebih cenderung memilih sumber pendanaan yang berasal dari internal perusahaan daripada sumber eksternal perusahaan, sehingga level hutang perusahaan dikatakan kecil. Hal tersebut tidak mendukung penelitian Jaggi dan Gul (1999), Faisal (2004) dan penelitian Pithaloka (2009) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kebijakan dividen dalam suatu perusahaan merupakan hal yang kompleks karena melibatkan kepentingan berbagai pihak seperti pemegang saham, manajer, kreditor dan pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pembagian dividen menyebabkan berkurangnya laba ditahan sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal. Penambahan dana bisa dilakukan dengan menerbitkan saham baru atau mengajukan pinjaman kepada kreditor. Kreditor memerlukan informasi tentang kebijakan dividen suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan return yang akan ia peroleh apabila memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan. Penelitian Manan (2004) menunjukkan bahwa dividend payout ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, namun terjadi perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) yang menunjukkan bahwa dividen memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Investment Opportunity Set atau set kesempatan investasi juga dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan. Smith dan Watts (1992) yang dikutip dalam Faisal (2004) secara empiris menemukan adanya bukti bahwa pada 6

perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk lebih besar mempunyai rasio Debt to Equity Ratio (DER) yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang besar akan menghasilkan profit yang tinggi, dengan demikian akan dapat meminimalkan level hutang perusahaan tersebut dan perusahaan tersebut akan mengutamakan sumber pendanaan yang berasal dari internal perusahaan sebagai biaya investasi mereka. Sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah akan menghasilkan profit yang rendah juga, sehingga perusahaan tersebut akan menggunakan sumber pendanaan tambahan yang berasal dari eksternal perusahan dengan penggunaan hutang sebagai biaya investasinya. Penelitian ini menggunakan variabel moderating karena adanya ketidak konsistenan hasil dari penelitian sebelumnya. Dalam penelitian Jaggi dan Gul (1999) menunjukkan bahwa investment opportunity set tidak memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan berbeda dengan hasil penelitian Faisal (2004) yang menunjukkan hasil bahwa set kesempatan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang dan Damayanti (2006) yang menunjukkan bahwa set kesempatan investasi memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Dari berbagai penelitian diatas terdapat perbedaan dari masing-masing penelitian hal ini menunjukkan bahwa adanya ketidak konsistenan hasil penelitian, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan 7

Dividen terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang? 2. Apakah Investment Opportunity Set memoderasi Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui secara simultan dan parsial pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang. 2. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang yang dimoderasi oleh Investment Opportunity Set. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan, serta menjadi kesempatan yang baik dalam mengaplikasikan teori 8

yang didapat ke dalam masalah-masalah praktis khususnya mengenai kebijakan hutang. 2. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam pengambilan keputusan pendanaan dan memberikan pemahaman bagi manajer agar dapat membuat kebijakan keuangan yang baik dalam hal kebijakan utang. 3. Bagi investor, hasil penelitian ini mampu memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan investor terkait dengan pengambilan keputusan investasi. 4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan dan pengembangan. 9